Rabu, 26 Juni 2013

Ngomong apa sih ?!

Untuk apa duduk sendiri dalam tembok, atau di kursi beludru namun otak tetap hampa tanpa cahaya dan udara. Keluar, hampiri ladang ladang anggur, belah kesunyian dalam langkah dan keyakinan, jadi dua atau tiga.

Tinggalkan masa kelam,
Ada yang ada, ada yang tak ada, nyatanya ada. Jangan pikir lagi. Jangan duduk lagi.

Bangun dan bangkit.

"Ngomong apa sih ?!"

Senin, 24 Juni 2013

Kau takkan mengerti maksudku


Klise klasik belum kau cetak,dari bayang bayang jalan di atas tanah merah yang becek. Seorang anak kecil tanpa baju, telanjang kaki, kepala terdapat koreng, dari hidung mengucur basah, kental, ingus aktif. Di dalam rumah bertembok putih tebal, layar kaca hitam putih, lembut memang, seperti Joan Baez memanggil dengan gitar yang disandang. Seperti pohon rindang diterpa angin ketika terik. Anak anak ada di kali sedikit keruh.

Dua belas hari lagi ramadhan ketika itu. Tak kau lupa, tak ada bayangan membeli benang yang baru. Cerita suka suka, modal kata dirangkai seperti kritik kental Bob Dylan di dalam tongkrongan becek di jalan sempit. Penuh warna pada tembok, lampiaskan amarah yang tertampung dari generasi ke generasi. Kini hilang semua kisah, tv hitam putih, jalan becek di atas tanah, suara sungai mengalir diselingi tawa anak anak mandi di sungai. Dikelabuhi sinyal Hanphone, dikelabuhi beton beton mengacung, dikelabuhi kendaraan yang kadang tanpa maksud mewarnai jalan.

Kini anak anak sudah besar,bersama wajah yang ada, bersama bahan buatan, pewarna buatan. Ku sentuh lagi, kali ini sama dengan biasanya, hanya beda waktu dan keinginan yang makin kuat. Sama seperti sudut nyalimu. Aku disini, berselimut tulis. Untuk smangat anak anak yang harus terus tumbuh, ditemani jalanku, ditemani maksud keriangan. Sementara disini sudah over, over, over.
Salam,
-f@i-

Iki

Iki bukan ini, iki hanya nama. Iki pekerja keras, memperhatikan keadaan di hutan. Menginformasikan berita terbaru yang ada di hutan. Iki sendiri, iki bukan ini. Ini tidak sendiri. Dalam hutan tanpa teman, hanya sepi menjadi teman mengamati dan dengan sepi mungkin si Iki memiliki arti dalam hidup. karena dari sepi Iki memiki karya yang bisa diberikan untuk ilmu pengetahuan.

Solmet kawan jalanan


Dalam tatap mata yang sempurna, melihat di luar pagar. Tebal kaki yang berdebu, membawa tamborin dari bekas tutup botol minuman. hanya seribuan digenggamnya. Menatap panas dalam hati yang terik, tidak sekolah, tidak lagi sekolah. makin menjauh dari kekanak kanakannya. Sendiri mengibas jalan raya. Kulit mukanya dengan masker serbuk timah dan tembaga, tindik di kuping tanpa anting. Matanya yang kosong menyelimuti rambutnya yang pecah karena panas kehidupan. Lagi dan lagi, masih banyak cerita ini, pada tiap perempatan jalan, lorong lorong kota, di tepi danau limbah bahtera. lagi dan lagi terlalu banyak anak miskin yang tidak ditanggung Ibu. Ibu pertiwi, tidakkah kau punya rahim, tidakkah kau melahirkan anak, kau melupakannya dalam fatamorgama yang lama. Pecah diterpa gosip, pecah tertutup langit gemerlap warna warni. nanar dihilangkan pebisis raja tega. Sembunyi sembunyi sambil menunggu giliran petugas penertib kota yang kelaparan uang jatah. Matamu yang kaca kaca, menyebut lambayan yang tak lagi dipeluknya. Ini hanya ini cerita untuk ibu. Solmet, -f@i-

Poster Aku adalah Aku


Kita harus jadi diri kita sendiri.

Kamis, 20 Juni 2013

Poster


Poster "Ibarat Hari, Datang dan Pergi" Salam, -f@i-

Poster Nelayan

Kehidupan nelayan makin terpinggirkan, sebelum melaut harus mencari BBM untuk melaut, hasil laut yang semakin tidak menentu, jumlah tangkapan yang makin menurun, musim yang tidak menentu. Makin menyurutkan profesi nelayan.

Salam, -f@i-

Sabtu, 15 Juni 2013

Warung Sastro, Denpasar

Bosan dengan nasi campur Bali, anda bisa menghampiri nasi uduk ala Betawi. Tidak hanya itu, dari minuman dingin sampai panas menyediakan rasa yang komplit. Untuk rasa jangan ditanya, warung ini mengutamakan Murah, Bersih, Ajib ajib yang disingkat (MBA). Warung Sastro yang bertempat di Jalan Letda Reta No. 61 ini menjadi incaran orang yang menginginkan rasa yang lain dan lekat di lidah.



Ketika ramadhan datang warung ini juga menyediakan menu special biji salak, yang jelas lembut banget, jauh dari biji salak yang asli hehe.., menu unggulan lainnya yakni ayam sambel ijo, bandeng presto dan yang paling diincer menikmat kuliner yaitu garang asem, rasa cabenya mentok sampe ke ubun ubun.

Jika anda saru dengan posisi jalan Letda Reta, anda bisa berpatokan ke arah renon, mengikuti one way depan kantor PLN, kemudian ada jalan pertama di sebelah kiri setelah belokan ke kanan. Untuk yang punya kocek pas pasan bisa mampir ke sini. dari luar aja tampilannya seperti mahal, jika anda masuk langsung ke warung Sastro, maka anda akan menemukan nuansa tambahan, yakni sambutan seperti keluarga sendiri. Bukannya promosi, selamat mencoba.

Salam,
f@i
Kuta
  • Masjid Nur Hasanah: Jln. Dewi Sartika, Kuta (di depan Pujasera Kuta)
  • Masjid Ar-Rahmat: Kuta, Kab. Badung. (dekat Rumah Makan Taliwang Bersaudara)
  • Masjid Al-Mujahidin: Jl. Raya Kuta, Gg. Rai Yasa, Kuta. (dekat Supermarket Supernova)
  • Masjid Asasut Taqwa: Jalan I Gusti Ngurah Rai. Kampung Bugis, Tuban. (dekat pertigaan Bandara, Kuta dan Nusa Dua)
  • Masjid Al Ikhlas: Jalan Baucau, Komplek Bandara Ngurah Rai. Tuban, Kuta. Kab. Badung. (di dalam komplek perumahan karyawan Angkasa Pura Bandara Ngurah Rai)
  • Masjid Minhajul Athfal: Jl. Kediri, Tuban, Kuta. Kab. Badung. (di dalam komplek perumahan angkatan darat)
  • Masjid Nurul Huda: Jl. Bandara Ngurah Rai. Desa Tuban. Kuta. Kab. Badung. (dekat Patung Gatotkaca )
  • Masjid Baitut Taubah: Masjid Baitut Taubah. Jalan Raya Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kuta. Kab. Badung.
  • Masjid Al Amin Kuta: Jalan Raya Tuban, Kompi Senapan A Yonif 900, Tuban, Kuta. Kab. Badung.
Nusa Dua
- See more at: http://ndahsaja.com/?p=278#sthash.XJWbXmSD.dpuf
Kuta
  • Masjid Nur Hasanah: Jln. Dewi Sartika, Kuta (di depan Pujasera Kuta)
  • Masjid Ar-Rahmat: Kuta, Kab. Badung. (dekat Rumah Makan Taliwang Bersaudara)
  • Masjid Al-Mujahidin: Jl. Raya Kuta, Gg. Rai Yasa, Kuta. (dekat Supermarket Supernova)
  • Masjid Asasut Taqwa: Jalan I Gusti Ngurah Rai. Kampung Bugis, Tuban. (dekat pertigaan Bandara, Kuta dan Nusa Dua)
  • Masjid Al Ikhlas: Jalan Baucau, Komplek Bandara Ngurah Rai. Tuban, Kuta. Kab. Badung. (di dalam komplek perumahan karyawan Angkasa Pura Bandara Ngurah Rai)
  • Masjid Minhajul Athfal: Jl. Kediri, Tuban, Kuta. Kab. Badung. (di dalam komplek perumahan angkatan darat)
  • Masjid Nurul Huda: Jl. Bandara Ngurah Rai. Desa Tuban. Kuta. Kab. Badung. (dekat Patung Gatotkaca )
  • Masjid Baitut Taubah: Masjid Baitut Taubah. Jalan Raya Bandara Ngurah Rai, Tuban, Kuta. Kab. Badung.
  • Masjid Al Amin Kuta: Jalan Raya Tuban, Kompi Senapan A Yonif 900, Tuban, Kuta. Kab. Badung.
Nusa Dua
- See more at: http://ndahsaja.com/?p=278#sthash.XJWbXmSD.dpuf

Berangsur angsur

Minggu yang lalu kami kedatangan tamu dari India, belum satu jam kami berjalan tamu tersebut meminta berhenti karena takjub melihat pura di tepi jalan, bisik kami dibangku belakang, "loh itu kan biasa, karena itu pura yang setiap rumah orang Bali memilikinya. Gambaran cerita tadi bisa diambil hikmahnya, betapa ketika kita bosan pada bentuk yang itu itu saja, namun hal itu tidak terjadi bagi para pelancong.

Para wisatawan pasti akan mencari mana yang khas pada daerah yang dikunjunginya. Bisa saja daerahnya biasa saja, namun rajutan kainnya sangat diminati, atau mungkin kulinernya. kalau di Bali memang terkenal dengan kebudayaan masyarakatnya yang sangat kental mempertahankan tradisi.
Bangunan dipinggir jalan, nggak Bali lagi.
Manusia terus berkembang, dahulu saya sangat senang memasuki daerah daerah di Bali karena sangat sederhana dan khas, kini unsur unsur itu mulai terkikis, menuruti tren yang sedang terjadi. Lihat saja di pasar Ubud, di pantai Kuta, di Seminyak dan banyak tempat lainnya, perlahan namun pasti, unsur tradisi Bali mulai luntur. Lihat saja pada bangunan ini. Nampak nggak Bali lagi.

Salam berbagi,
f@i

Masjid Buleleng

Melihat Masjid di Jalan Hasanuddin, Buleleng, Bali. Masjid ini merupakan mesjid tua yang dibangun di abad 16 M. Masjid ini menjadi masjid bersejarah masuknya Islam di pulau Dewata.
Masjid tampak dari jalan Hasanuddin, Buleleng, Bali.
Dalam perjalanan masyarakat di sekitarnya selalu rukun hidup dalam keberagaman, hal ini yang harus kita ambil hikmahnya. Bahwa perdamaian diatas segalanya.

Kaca kaca membanjar di timur Masjid.
Pada tanggal 11 Maret 1986 masjid ini diperbaiki, malah dari agama hindu turut serta untuk memperbaiki masjid ini.

Tempat imam dan mimbar di arah kiblat.
Salam berbagi,
f@i

Poster Pantai Bersih

Pantai bersih cerminan manusianya.
Sebuah Poster sederhana dengan penggambaran sederhana.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Poster Keberanian

Keberanian adalah sesuatu.

Semuanya hilang jika keberanian hilang.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 14 Juni 2013

Satu kisah

Apa saja yang menyebabkan korupsi, salah satunya adalah gaya hidup. Ungkapan besar pasak daripada tidang sepertinya sudah dari dulu berkumandang. namun demikian, semua difasilitasi untuk membeli apa saja yang sebetulnya tidak perlu. Lihat saja di supermarket, semua terpampang gamblang, hingga semuanya dengan mudah bisa diambil. Tadinya nggak perlu jadi berasa perlu. Ibu ibu lihat barang baru langsung berbisik ke suaminya, membandingkan dengan tetangga.

Satu contoh kisah tadi sebetulnya membuat kita semakin miskin. Korupsi terbiasa dilakukan, dari di bawah meja sampai meja mejanya juga dikorup. Sementara hukum masih dinilai pilih kasih, hukum hanya untuk orang kuat, yang lemah pasti kalah, meski taruhannya adalah kebenaran, sebuah fakta yang terpampang.

Saya teringat sebuah cerita Pramodya Ananta Tour yang bersumber dari Tirto Adhi Soerjo salah seorang perintis jurnalistik di Indonesia(Bapak Pers Nasional). "Di daerah daerah banyak yang menjual tanahnya, demi titel Haji",walhasil ketika pulang membawa titel. Titel yang sebetulnya lebih penting dikenang menurut saya bukan Haji-nya, tapi "tamu"' mengapa tamu ?, karena ketiaka ia pulang tanahnya tak ada lagi. Ada ungkapan diam diam para cukong tanah bahwa membeli tanah paling murah adalah ketika musim haji. Lagi lagi gaya hidup melenakan semuanya.


Neolibralisme akan terus berubah bentuk, memperbaharui aroma hingga kita terlena, satu hal yang paling penting adalah "jangan sampai menjual tanah". Jika hal itu terjadi, makin banyak orang terpinggirkan, ketegangan makin meluas, ketegangan akan mengundang bencana. Hingga pada saatnya nanti, kita akan jatuh terkapar dan mati ungkap Virgiawan Listanto.

Salam berbagi,
f@i

Alkisah angsa ditumpukan sampah

Ada satu kisah merias diri, tanpa memperhatikan sekitarnya. Pagi sudah di depan kaca, siang ada di salon, malam di spa sebelum tidur. Pekerjaannya, menghabiskan uang suaminya yang geladak di tepi laut.
Ujung ujungnya suaminya tersingkap kasus korupsi, sementara wanita memiliki pria idaman lain. Apa yang dikejar dalam hidup, mengapa tak berbagi, apa cuma itu cerita hidup,menikmati makanan manis dan lembut, sementara seumur hidupmu belum pernah mengunyah sagon.

Berbeda dengan satunya, wanita yang ditinggal pergi orang tuanya. Bekerja sendiri mengumpulkan receh demi receh, belajar dan berdoa mengiringinya. Meski banyak orang mencoba, memberikan duri bersama bunga, membekap hidungnya dengan sapu tangan bius, namun cerita lain bicara.

Seperti analogi dalam gambar yang mungkin serupa, seorang pemilik nyawa diceburkan kelaut, ketika mulut dan hidungnya masih diatas air, maka selamatlah ia. Itulah masalah, tak ada persoalan yang tak selesai. Seperti hari ini, banyak orang yang ku ajak memunguti sampah, namun karena gaya hidup, lantas gengsi memungutnya. Hingga suara himbauan ku lantangkan sedikit. "Tak kan ada orang cantik akan berkurang kecantikannya, jikalau hanya karena memungut sampah". Semua tergantung kita, mau berpikir sendiri sendiri, atau menyelamatkan alam sekitar.

Yang cantik tetaplah cantik, yang gengsi seperti pasir, teramat banyak bahkan tak terlihat. Ibarat angsa di tumpukan sampah, meski sampah banyak jenisnya, mengulang ngulang baunya, namun angsa tetap nyaman dan tenang, tak bersalah, mau berbaur dalam hidupnya yang sepi. Tak mau menganggap dirinya cantik, tak mau di kenal orang, justru malu dan kabur bila kita mendekat. banyak orang yang mau mengenalnya. Tapi tak bisa bahasa angsa.

Salam,
f@i

Poster Abrasi Luar Biasa

Abrasi luar biasa

Manusia manusia serakah mengeruknya
Dahulu bakau disulap botak

Sudah ada AMDAL
Sudah
Sudah, Sudah !

Itu retorika
Itu cuma kecap

Manusia manusia yang mengaku perkasa
Namun tetap saja
Alam tetap raja

Tak bisa bohong
Tak bisa dibungkam
Apalagi disogok

Kini di laut pantai selatan
Abrasi luar biasa

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Anjing tetap anjing

Anjing geladak, bukan hinaan, tapi ungkapan
Ternama Anjing dan dibuntuti geladak
Ternama empat kaki dan dipasangkan penciuman
Terlahir menggonggong di tepi tepi pelabuhan
Terlahir dan hadir menguasai lahan yang dikencinginya pijakan tiga kaki

Anjing geladak
Mencari makan dengan apa yang dia suka
Usai makan, berteduh di tepi subuh
Sebelumnya menggonggong, melolong, ketika malaikat turun dari langit

Anjing tidak tercatat, karena hanya figuran

Sementara kau yang manusia, ngelantur jadi reporter bola
Nggak mau kalah, menganggap semuanya anjing
Anjing anjing geladak tak hiraukan pola mu itu.

Anjing tetap anjing, manusia yang seperti anjing
Entah di pelabuhan, pasar, terminal, jalan raya, gedung gedung, ruang rapat, dalam sedan, di night club, di ranjang ranjang restora, di atas mimbar, dan ruang ruang lainnya

Anjing geladak, mengagumkan, mungkin bergumam, mungkin lurus lurus saja.
Seperti hakikatnya, makan, kawin, menggonggong, melolong, menyapa yang mungkin dianggapnya tak sopan.

Anjing geladak, siang hari, mengais dari sisipan aktivitas manusia.
Anjing tetap anjing, kita yang seperti anjing.

Salam,
f@i

Pelan pelan

Pelan pelan bukan hanya himbauan di jalan,
pelan pelan adalah pesan perolehan yang dilontarkan secara matang.

Bukan hanya kata, tapi kata kata
Pengulangan, yang tadinya sepi menjadi seruan sepi

"Pelan pelan"
Pelan pelan bisa trilogi
atau mungkin fiksi tak seksi

Perlahan, tak dihiraukan oleh pengguna jalan hingga dibuatkan konblock
Namun masih suara kencang dan ngebut, sebentar lagi polisi tidur akan dibangun
Semua tergantung kita, mau pelan pelan, jadi nggak bisa cepat berubah
Pelan pelan perlahan diikuti pengguna jalan atau hanya papan himbauan proyek jalanan.

Salam,
Fadlik Al Iman

Satu menara di tengah Dolly



Menara tegak di tengah Dolly
Pancangnya kokoh
Suaranya nyembur ke penjuru tubuh

Mengapa kau helakan
Jelas lebih perkasa
Kepuasan ada pada-Nya

Lihat pancangnya
Mengagumkan
Hijau, lestari

Sekali lagi, lihat pancang di tengah Dolly
Menaranya tetap disitu
Suaranya menghujam, bagai peluru, seperti angin, bagai aroma membuai..
Rontokkan debu debu

Jemputlah Ia, alpa ratusan lubang, nyalakan satu keran
Membasuh, tayamum jika perlu
Memburu biru

Salam,
f@i


Kamis, 13 Juni 2013

Gambar Gembor

Gambar Gembor fadlik al pappagallo





Gambar Gembor yang pernah dipublikasikan sebagai cover blog, sayang kalau dibuang.

Salam,
-F-

Musim tidak menentu

Coba kau tanya ibu ibu pembuka lapak kaki lima di pinggir jalan. "Apakah hari ini panas ?", jawabnya cuma tersenyum, jika ditanyakan kembali, "Apakah pernah merasakan ruang AC sampai tertidur ?" jawabnya "ya belum pernah Mas". Kehidupan manusia disesuaikan dengan kesehariannya. Terbiasa dengan panas terik, bersetubuh dengan keringat, debu debu di jalan atau bising suara knalpot menderu. Hal itu sudah dirasakannya sejak lama.

Berbeda situasinya dengan ibu ibu salon yang jarang merasakan terik. Sering di rumah dengan ruangan dingin memanjakan. Jikalau keluar rumah maka keluhannya takut hitam. Cerita kecil ini sungguh sangat kecil jika dibandingkan dengan perubahan bumi ini. Bumi terus berputar, kenjataan musim menentu kini tak dapat diprediksi. Dalam satu tahun ini kita tidak lagi menemui musim kemarau, dalam tahun ini belum saya dengar nelayan gembira karena hasil melautnya yang memuaskan.

Banyak cerita pinggiran yang bisa diceritakan untuk memaksa bahwa hidup cukup tak perlu lagi dikeluhkan. Apa ancaman Jakarta ke depan. Jakarta akan tenggelam, meski kemarau Jakarta sudah ditenggelamkan dengan banyaknya masalah polusi asap, medan hijau yang semakin sempit. hak pejalan kaki yang sering disrempet kendaraan. Musim tidak menentu, aura liar manusia mengalir sesuai keinginannya, membuat banjir, membuat keluhan keluhan baru, tanpa berupaya menyelesaikannnya. Amarah, rayuan, cacian, pujian dapat terjadi dengan tiba tiba seperti gerimis, terik, hujan lebat, panas dahsyat. Musim tidak menentu, terus berjalan beriring darah sang hidup.

Musim tidak menentu.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Bu Slamet

Ada yang bilang bisa keliling semua tempat wisata di Bali seharian, saya katakan itu bohong besar. Wong setiap jengkal tanah Bali bisa disinggahi dan penuh dengan cerita. Hal ini saya dapatkan di Warung Jawa Moro Seneng Bu Slamet yang terletak di Jalan Danau Poso, Sanur, Bali. Rasanya jarang sekali saya melihat warung ini sepi dari pengunjung.

Sebelumnya dalam perjalanan saya ditawari untuk makan siang, tawarannya sedikit janggal (diluar biasanya), habis ini kita makan sama Bule ujar Bli Putu Pariata. Tanpa pikir karena perus setengah keroncongan, langsung saja saya sambut tawarannya (mumpung gratis).

Setelah saya berkesempatan berada di warungnya saya berkesimpulan "pantes aja". Banyak menu pilihan disini, mau apa aja ada. Harganya juga terjangkau, dari pengangguran sampai hartawan mampir ke sini. Tak jarang juga orang menjajakan dagangannya di dekat dekat warung karena banyaknya pengunjung. Ketika ditanyakan salah satu orang pedangan madu, yang sengaja buka lapak dadakan disini, beliau mengungkapkan "saya jualan disini karena tempatnya ramai".

Selain rasanya enak, harganya terjangkau, tempatnya strategis, Warung Bu Slamet menyuguhkan semua makanan halalnya. Di depan warung dipampang aneka buah buahan segar yang murah meriah. Herannya meski tempatnya ramai, namun nuansa santai masih dirasa, hal ini dikarenakan keragaman pengunjung yang kadang menyapa tukar bicara atau sendiri sendiri menikmati hidangan khas warung Bu Slamet.

Dari warung Bu Slamet saya bilang Slamet mencoba.

Salam,
Fadlik Al Iman

Hasil Tangkapan

Bulan terang mempengaruhi tangkapan nelayan berkurang. Namun sekarang semua sulit diprediksi. Menurut prakiraan cuaca tahun ini bisa jadi Indonesia tak mengalami musim kemarau. Kehidupan sejahtera di lautan pun begitu. Di sekitar Jimbaran kualitas air laut semakin lama semakin tidak baik,hal ini dikarenakan buangan limbah dari sungai ungkap salah satu nelayan di Tuban. Air laut yang keruh juga mempengaruhi terumbu karang sebagai rumah ikan tumbuh dengan wajar, malah bisa mati.
Salah satu jenis tangkapan nelayan, jenis ikan terbang
Lain halnya dengan keseharian para nelayan di Bali utara, meski air lautnya tidak keruh, hasil tangkapan juga berkurang, hal ini diakibatkan faktor penunjang seperti kualitas terumbu karang yang semakin tidak lestari. Untuk itu dalam beberapa tahun terakhir para nelayan secara sadar bahu membahu untuk membuat terumbu karang buatan.
Para istri membagi hasil dari tangkapan suaminya usai melaut
Meski hasilnya tidak langsung dipetik, hal ini merupakan investasi jangka panjang ungkap Made Partiana. Semoga upaya pelestarian dalam bentuk pembuatan rumah ikan terus berlanjut,dan kehidupan nelayan bisa mengalami masa kejayaan seperti di tahun 70,80 sembungnya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Mau apa ?

Poster "Mau Apa ? Terserah Anda".

Banyak orang tua menentukan cita cita anaknya seperti yang dia inginkan. Hal ini berbahaya, jikalau anak mulai mengerti bahwasanya selama ini dia telah diarahkan. anak tidak lagi alami menyenangi apa yang diinginkannya. Ada syair yang mengungkapkan "aku ingin jadi sesuatu, yang kau tau itu aku". Meskinya kita hidup dalam pilihan kita sendiri.

Merasakan semuanya sendiri, mengarungi pahit getir pilihannya sendiri. Maka perkasalah orang orang yang memilih sesuai jalannya.

Salam berbagi,
-F-

Selasa, 11 Juni 2013

Jalan Plastik

Jalan plastik
Hampa udara, miskin unsur hara

Sedikit sekali kita mengalaminya, melihat gusi merah di sore hari
Ketika tidur sendiri sendiri

Jalan plastik selama ini, hampa udara
Meski diurai, hampa tenaga

Jalan plastik mengusik
Menyundut dengan bara kenangan lama,

Kau pilih air itu, sementara aku belum minum
Jalan plastik, ditinggal pembuat kenangan

Tak tau apa apa, siapa yang tau jalan itu
Hanya Mu dan Aku
Tak pernah ada udara, namun ketika kau sulut dengan bara, aku menemui jalan luas bukan lampau

Jalan plastik, ketika aku ditampar, jambak, dengan menggunakan kekerasan yang lainnya di jalan plastik

Jalan baru pun tak bisa membuat aku berpikir karena jalan itu.

Salam,
-F-



Air Terjun Tegenungan

Para wisatawan selalu tidak melewatkan pasar Sukawati di Bali sebagai tempat membeli oleh oleh khas Bali, meski sekarang banyak alternatif yang bisa disinggahi. Di dekat pasar Sukawati terdapat air terjun yang indah. Air terjun Tegenungan yang berlokasi di Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Dari Denpasar air terjun ini dekat dibandingkan air terjun yang lainnya seperti Yeh Mepeh dan Gitgit. Dari jalan juga tidak jauh masuk ke Tegenungan. Kita harus menuruni lembah 172 anak tangga untuk bisa ke aliran sungai tersebut. Jika kita tidak memiliki fisik yang bagus bisa melihat dari pintu masuk yang dibangun warung.

Dari pasar Sukawati jaraknya lebih kurang 2 km.  Untuk pecinta fotographi bisa mengambil gambar dari atas dan bawah air terjun. Jika anda tidak memiliki kendaraan pribadi bisa memekai kendaraan umum dengan jurusan terminal Padang Bulan, dari sana kita bisa ke arah Gianyar dengan menggunakan angkutan umum warna coklat ke arah perempatan lampu merah desa Kemenuh. Dari jalan itu lebih kurang 600 meter berjalan, maka akan kita temukan Air Terjun Tegenungan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Sabtu, 08 Juni 2013

Dari sini aku cinta kau

Yang lalu ketika dapur nggak ngebul, kamu menyelam berbuat itu
Masa silam ketika anak menangis minta mainan, kemudian kau perpanjang luka yang lalu
Masa masa itu, ketika di dalam semuanya dicukur

Lantas bunyi dentuman, keruh ikannya mabuk, dimana mana, kapan saja

Kini, satu demi satu mengulang
Satu demi satu mengenang
Satu demi satu datang

Tentang semangat perubahan

Hanya satu inci, mungkin kurang atau lebih

dan kini, mulai meleleh keringat dari pori pori
Tangan yang menggenggam berbalur semen
Kau hapus dosa lama
Kau semu luka itu

dan esok, satu satu datang
Satu, dua, tiga,
Merangkak, bangun dan berlari

Bahwa gerbang pembaharuan penyelamatan lautan mesti dipegang
Meski hanya mengelus, menyentuh, digenggam, erat tak mau lepas

Ocean Day datang lagi, menyapu semangat yang keliru
Membuat lagi kisah baru

Membahagiakan pesisir, membahagiakan lamunan dan padang lamun
Membahagiakan igau si hutan bakau
Membahagiakan bangga yang karang

Mengeras bahkan doa menyanjungmu
Selamat datang kemenangan
Tempatmu pada lautan, bukan lamunan

Mengalir, mengalirlah
Merontokkan dosa lama
Menanam doa baru
Yang akan tumbuh bersama anak anak yang sama kita didik

Dari sini aku cinta kau


Happy Ocean Day,
-Save Bali Reefs-

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 07 Juni 2013

Momentum Ocean Day

Ungkapan bahwasanya "Nenek Moyangku Seorang Pelaut" nampaknya menjadi fokus ke dua setelah manusia mencari penghidupannya di daratan. Semua yang bekerja memaksa berhimpitan untuk mendapatkan lapaknya di kota. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan di laut kita. Untuk nelayan di Bali utara rata rata di atas usia 30, ini menandakan semakin sedikitnya pilihan mata pencaharian di laut.

Hal tadi harus menjadi koreksi bersama, apa yang sebenarnya terjadi di laut kita. Aktivitas manusia di daratan ternyata mampengaruhi terhadap kehidupan laut, sebut saja di Taman Nasional Pulau Seribu. Sampah dan limbah dari daratan bermuara ke laut, terumbu karang yang ada ditutupi sampah sampah plastik dan lainnya. Ketika terumbu karang terancam, maka secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikannya.

Tak hanya itu, lahan lahan bakau menjadi semakin sempit. Parumahan menggatiakan posisinya di lahan itu. Sebetulnya banyak peraturan yang melindunginya, namun payung hukum tersebut sepertinya tidak cukup sakti ketimbang kebijakan pejabat yang memiliki kewenangan. Peaturan hanya menjadi macan kertas, pelakunya lebih buas dari macan, srigala, drakula dan lainnya.
Kapal Rainbow Warrior merapat di pelabuhan Benoa dalam aksi penyelamatan laut Indonesia, foto : Fadlik

Tanggal 8 Juni kami peringati Ocean Day, kami masih punya mimpi untuk menyelamatkan laut Indonesia, dari gerakan kecil mendidik anak anak di pesisir, bersama sama membuat rumah ikan. Semoga kita semua bisa berfikir, bahwa ketika kita menghancurkan semuanya, maka alam akan lebih marah pada kita. Lihat saja sekarang, nelayan mengeluh karena jarang sekali mendapatkan ikan. Semoga kedepan kehidupan pesisir dan laut Indonesia makin menjanjikan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Rabu, 05 Juni 2013

Dengan Musik

Go green lifestyle semakin menjadi warna orang orang yang peduli pada lingkungan. Banyak komunitas didirikan, banyak produk produk diperjual belikan, nilainya menjadi lebih ketika produk tersibut mendukung kehidupan yang lestari. Lihat perempuan tambah cakep dan punya isi ketika dia sudah memperaktekan gaya hidup hijau, begitupun sebaliknya. Jika hal ini terus diterapkan maka pola pola konsumtif juga akan mampu ditekan. Bayangkan saja kalau orang sudah tidak lagi merokok, bawa barang belanjaannya sendiri dari kantong yang sudah dipersiapkannya dari rumah, barang barang yang masih bisa dimanfaatkan digunakan lagi dan banyak yang lainnya.
Penampilan Navicula dalam penyambutan Kapal Rainbow Warrior,  foto : Fadlik

Hal ini tidak terlepas dari figur yang mencontohkan, banyak figur melakukan go green, hal ini bukan cuma menjadi slogan, nemuin lyric yang sexy atau biar dianggap peduli. Tapi sudah menjadi warna dalam kesehariannya. Banyak orang di Bali menggemari musik dengan lyric lyric cinta lingkungan. Sebut saja kelompok Nosstress, Navicula dan Supermen is Dead yang kesemuanya berasal dari Bali. Mereka terus mengkampanyekan cinta lingkungan, lyric lyricnya sangat peduli dengan keberlangsungan Bumi.
Nosstress di Ulang Tahun Yayasan Wisnu yang ke 20, foto : Fadlik

Saya teringat pada kelompok Kantata Takwa yang punya gaung di tahun 90-an, menjadi icon Revolusi Budaya. Ketika musik mampu membuat orang menjadi kritis dan peduli sehingga di tahun 1998 terjadi Revormasi, ada yang bilang, salah satu yang mempengaruhinya adalah musik. Kantata didengar dari kolong jembatan sampai kantor kantor, dari tukang cukur sampai tentara. Gelombang semangat semakin besar, kekuatan perubahan yang mendorong kita seperti ini. Semoga hal yang sama terjadi dengan kawan kawan yang perlahan ingin melakukan perubahan di bidang lingkungan. Saya percaya, musik memiliki magnet yang besar untuk perubahan. Selamat Hari Lingkungan Hidup Se Dunia, 5 Juni. Pastikan anda menjadi barisan yang peduli pada lingkungan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman




Jadilah Pembela Lautan

Berada di kapal Greenpeace Rainbow Warrior merupakan kebanggaan tersendiri bagi para aktivis lingkungan. Kapal generasi ketiga Rainbow Warrior ini menjelajah belum genap 2 tahun. Kapal Rainbow Warrior yang pertama dibomdi pelabuhan Auckland pada 10 Juli 1985, ketika mempersiapkan perjalanan Pasifik untuk memprotes uji coba nuklir Prancis.

Kampanye kampanye yang bersifat heroik sering dilakukan Greenpeace, meski Greenpeace telah lama telah mengangkat isu isu kelautan. Kini Greenpeace bersama mitra mitranya yang memiliki visi penyelamatan laut Indonesia dan dunia berupaya memperlambat laju kerusakan di lautan.
berdiskusi di atas kapal Rainbow Warrior, foto : Fadlik

Kegiatan deklarasi visi bersama penyelamatan laut Indonesia sampai dengan 2025 dilakukan pada tanggal 31 Mei 2013 di pelabuhan Benoa, Bali. Upaya penyelamatan sendiri banyak dilakukan oleh kawan kawan di Bali, salah satunya adalah Yayasan Alam Indonesia Lestari dengan terus membuat rumah ikan di lautan, hal ini bisa menjaga kelestarian habitat laut. Ini sejalan dengan kampanye Greenpeace yang mengusung slogan "Jadilah Ocean Defender" (Jadilah Pembela Lautan). Selamat memperingati Hari Lingkungan Hidup Se Dunia, 5 Juni 2013.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Selasa, 04 Juni 2013

Kacang Ijo Madura Pak Ahmad

Pak Ahmad berjualan Kacang Hijau Madura dari tahun 1997 di Jl. Pulau Buru, Denpasar. Yang mengagetkan adalah harga perporsinya yang sangat terjangkau. Satu mangkok besar dihargainya Rp. 4.000,-, bayangkan, dari mulai anak SD sampai "Pengacara" pasti dong bisa belanja disini. Lokasinya strategis. Jika anda selama ini telah mengetahui Jalan Sulawesi Denpasar sebagai pusat grosir terbesar di Bali, maka Bubur Kacang Ijo Pak Ahmad nggak jauh dari jalan Sulawesi, lebih kurang 200 meter.

Suasananya santai, tidak terlalu ramai. Rasa gurih kacang hijaunya sampai ke badan, terlebih jika anda makan sehabis hujan. Menu tambahan lainnya adalah sate ubi olahan yang diberi parutan kelapa. Uniknya dari Kacang Ijo ini menu dampingannya adalah ketan putih, bukan hitam. Kenapa rasanya gurih ?, beliau membuat ramuan dengan gula pasir, seperempat sendok tah vanili bubuk, seperempat sendok teh garam, 3 cm jahe kupas, 3 liter santan dan menu rahasia lainnya.

Coba tebak, biasanya kalau di kacang ijo ada menu tambahan apalagi, ya.. roti bantal dicelup dalam santan yang kental, lembut ditelan, nikmat tak terelakkan. Jadi jika anda main ke Bali, mampirlah ke Denpasar, disana ada Kacang Ijo Pak Ahmad dengan kocek sangat terjangkau. Oh ya.. kalau buburnya mau rasa berbeda bisa menambahkannya dengan es. Namanya juga sedia Es Bubur Kacang Ijo. Salamat mencoba.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Senin, 03 Juni 2013

Roti Cane dan Teh Tarik

Menikmati Roti Cane khas India, dengan harga terjangkau di Bali. Anda bisa menghampiri daerah Jimbaran, lebih kurang 3 kilometer dari kampus Bukit Udayana dan 5 Kilo dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.
Roti cane kini merebak di Nusantara, Malaysia, Singapura bahkan China, makanan ini mirip sekali dengan makanan orang orang Sumatera yang dekat sekali dengan kari. Di Indonesia Roti Cane kari kambing sering disebut sebut dengan makanan Khas Aceh. Bahkan konon asalnya dari Bangladesh. yang jelas ini adalah resep turun temurun, karena rasanya maka masakan ini menjadi abadi.

Karinya yang kuat dengan aneka rempah yang lebur menjadi satu, ada jinten, kapulaga, bunga lawang, merica, kayu manis yang melahirkan aroma harum penggugah selera. Teksturnya juga kental dengan rasanya yang pedas menampar bibir karena ada paduan cabe dan merica. Ditambah dengan Roti Cane yang empuk, di dalamnya dilapisi parutan keju. Makin menagih selera. Kalau uda gini tinggal mikirin minumnya. Nah ini ada teh tarik, kenapa namanya demikian, lihat nih gambar di bawah.
Wadoh, nggak takut tumpah tuh bang ?, abangnya bilang "sudah biasa". Giliran saya minum nggak lagi biasa tapi RruarR BiasSa..'. Rasanya gurih, aromanya mengepul satu dalam rasa, baru nyium aja kaya uda sampe di tenggorokan. Biasakan minumnya tanpa sedotan, jadi berasa banget sruput sruputnya. Kenapa nggak pake sedotan ?, makenya cuma lima menit, sampahnya 50 tahun bertahan.
Sruput,sruput. Teh tarik tanpa pengawet. Selamat mencoba.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman