Kamis, 13 Mei 2021

Umar Rana Di Selatan Jakarta

 



















Salam berbagai,
Fadlik Al Iman

Beberapa Manfaat Ruang Terbuka Hijau

 Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area atau jalur dalam kota/wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi tempat tumbuh tanaman—baik secara alamiah ataupun yang sengaja ditanami. RTH memiliki banyak manfaat, diantaranya:


RTH memiliki fungsi ekologi.


1. RTH merupakan ‘paru-paru’ kota atau wilayah. Tumbuhan dan tanaman hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air, serta meredam kebisingan.


2. RTH menjadi ruang tempat warga dapat bersilaturahmi dan berekreasi.

Anak-anak mendapatkan ruang untuk bermain, sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau video game. Masyarakat dapat berjalan kaki, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya.


3. RTH memiliki fungsi estetis.


Kehadiran RTH memperindah pemukiman, komplek perumahan, perkantoran, sekolah, mall, dan lain-lain. Bayangkan suasana kantor yang ‘kering’, sekolah yang panas, perumahan yang gersang, mall yang hanya dipenuhi tembok dan tanaman artifisial. Bandingkan dengan kantor, sekolah, perumahan, dan mall yang menghijau. Bukan saja hati dan perasaan jadi adem. Kepala pun bisa diajak berpikir lebih jernih dan kreatif.


4. RTH dalam tata kota memiliki fungsi planologi.R

RTHdapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang berbeda peruntukannya.



5. 

6 Manfaat Ruang Terbuka Hijau

  •  7 January 2016
  •  Berita Pengetahuan

Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area atau jalur dalam kota/wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi tempat tumbuh tanaman—baik secara alamiah ataupun yang sengaja ditanami. RTH memiliki banyak manfaat, diantaranya:

  1. RTH memiliki fungsi ekologi.

    RTH merupakan ‘paru-paru’ kota atau wilayah. Tumbuhan dan tanaman hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air, serta meredam kebisingan.

  2. RTH menjadi ruang tempat warga dapat bersilaturahmi dan berekreasi.

    Anak-anak mendapatkan ruang untuk bermain, sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau video game. Masyarakat dapat berjalan kaki, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya.

  3. RTH memiliki fungsi estetis.

    Kehadiran RTH memperindah pemukiman, komplek perumahan, perkantoran, sekolah, mall, dan lain-lain. Bayangkan suasana kantor yang ‘kering’, sekolah yang panas, perumahan yang gersang, mall yang hanya dipenuhi tembok dan tanaman artifisial. Bandingkan dengan kantor, sekolah, perumahan, dan mall yang menghijau. Bukan saja hati dan perasaan jadi adem. Kepala pun bisa diajak berpikir lebih jernih dan kreatif.

  4. RTH dalam tata kota memiliki fungsi planologi.

    RTH dapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang berbeda peruntukannya.

  5. RTH memenuhi fungsi pendidikan.

    RTH menjadi ruang tempat satwa dan tanaman yang bisa dijadikan sarana belajar. Kalau anak-anak juga dilibatkan dalam pengelolaan RTH,mereka juga akan mendapat pelajaran soft skill yang penting dan mungkin tak bisa didapatkan di bangku sekolah: belajar berorganisasi dan menghayati nilai-nilai luhur dari upaya menjaga kelestarian lingkungan. Ini bekal yang penting bagi mereka sebagai generasi penerus di masa depan, jadi mengapa sekarang?

6. 

6 Manfaat Ruang Terbuka Hijau

  •  7 January 2016
  •  Berita Pengetahuan

Green Open Space atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area atau jalur dalam kota/wilayah yang penggunaannya bersifat terbuka. Dikatakan ‘hijau’ karena RTH menjadi tempat tumbuh tanaman—baik secara alamiah ataupun yang sengaja ditanami. RTH memiliki banyak manfaat, diantaranya:

  1. RTH memiliki fungsi ekologi.

    RTH merupakan ‘paru-paru’ kota atau wilayah. Tumbuhan dan tanaman hijau dapat menyerap kadar karbondioksida (CO2), menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan kesejukan tanaman, menjadi area resapan air, serta meredam kebisingan.

  2. RTH menjadi ruang tempat warga dapat bersilaturahmi dan berekreasi.

    Anak-anak mendapatkan ruang untuk bermain, sehingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau video game. Masyarakat dapat berjalan kaki, berolahraga, dan melakukan aktivitas lainnya.

  3. RTH memiliki fungsi estetis.

    Kehadiran RTH memperindah pemukiman, komplek perumahan, perkantoran, sekolah, mall, dan lain-lain. Bayangkan suasana kantor yang ‘kering’, sekolah yang panas, perumahan yang gersang, mall yang hanya dipenuhi tembok dan tanaman artifisial. Bandingkan dengan kantor, sekolah, perumahan, dan mall yang menghijau. Bukan saja hati dan perasaan jadi adem. Kepala pun bisa diajak berpikir lebih jernih dan kreatif.

  4. RTH dalam tata kota memiliki fungsi planologi.

    RTH dapat menjadi pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya yang berbeda peruntukannya.

  5. RTH memenuhi fungsi pendidikan.

    RTH menjadi ruang tempat satwa dan tanaman yang bisa dijadikan sarana belajar. Kalau anak-anak juga dilibatkan dalam pengelolaan RTH,mereka juga akan mendapat pelajaran soft skill yang penting dan mungkin tak bisa didapatkan di bangku sekolah: belajar berorganisasi dan menghayati nilai-nilai luhur dari upaya menjaga kelestarian lingkungan. Ini bekal yang penting bagi mereka sebagai generasi penerus di masa depan, jadi mengapa sekarang?

  6. RTH juga punya fungsi ekonomis.

    Jenis-jenis tanaman tertentu punya nilai jual dan nilai konsumsi yang lumayan. Bunga, buah-buahan, kayu-kayuan. Apabila ditata dengan baik, RTH bukan saja menjadi lokasi wisata yang strategis, namun juga menghasilkan nilai ekonomi bagi pengelolanya. Oleh karena itu, keberadaan RTH dapat menyejahterakan masyarakat di sekitarnya.


Dengan sekian banyak manfaatnya, bisa kita pahami mengapa keberadaan RTH menjadi sangat penting dalam perencanaan wilayah. Tanpa RTH, sebuah kawasan akan mengalami banyak kerugian. Pertanyaan selanjutnya, dimana dan seperti apakah wujud RTH?

Umar Rana

 







Umar, Rana, Fadlik & Sinthya mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Mohon Maaf Lahir & Batin.

Parkour Bali, Meloncat Cepat ke Sana ke Mari

By Fadlik Al Iman

Puluhan anak muda berkumpul di utara Puputan Badung, Denpasar.


Dari kejauhan terlihat lompatan lompatan mereka dari undakan di pinggir air mancur. Mereka berlompatan ke sana ke mari dengan cepat.



Eko, salah satu dari mereka, membuka untuk pemanasan. Gerakan gerakannya sederhana. Tujuannya untuk melenturkan otot-otot para pengikut latihan Parkour.


Mereka kemudian melanjutkan dengan gerakan lain. Begitulah kegiatan komunitas Parkour Bali Jumat malam lalu.


Komunitas ini berdiri pada 5 April 2009 lalu. Tantra, anggota komunitas yang juga guru SMA ternama di Kuta, bercerita bahwa olah raga parkour generasi pertama terdapat di Prancis. Arti Parkour sendiri adalah seni gerak dengan aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain secara cepat dan efisien.


“Tidak naik ojeg atau naik taksi,” tambah Arriv, anggota lain.


Parkour juga mengajarkan bagaimana menolong diri sendiri efesien dan cepat. “Dari sini kita bisa mengukur sejauh mana batas kemampuan kita ungkap,” Arriv.


Selama ini Parkour juga melakukan kegiatan sosial lain. Hebatnya Parkour Bali peka sekali terhadap lingkungan. Hal ini terbukti ketika mereka ikut kegiatan penurunan terumbu karang buatan bekerja sama dengan Yayasan LINI, Sispala dan Mapala Se Bali pada peringatan hari Bumi tahun ini.


Tidak cukup dengan itu, komunitas ini kerap mengadakan Bali bebas sampah plastik. Kegiatan dilakukan dari kota sampai ke Gunung Agung.


Pada malam itu Alfin menjadi mentor gerakan Parkour. Beberapa gerakan dasar diperagakan kemudian diikuti puluhan peserta latihan. Pada celah batu pembatas Alfin dan Dewa Dede bertelanjang dada. Badannya yang berisi seolah menceritakan buah dari latihan Parkour selama ini.


Dalam obrolan di sela istirahat latihan Herby menjelaskan tentang filosofi Parkour. Sebelumnya dia berpesan, jangan ikut kegiatan yang aneh-aneh seperti pergaulan bebas, kalau ikut Parkour kita lebih positif. Olah raga ini mengajarkan kita tentang bagaimana mengubah penghalang jadi peluang, jalan yang penuh dengan rintangan dilewati dengan seni gerak Parkour.



Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari Parkour. Arriv menambahkan dengan ini kita bisa melawan rasa takut, gerakan gerakan Parkour yang fleksibel berdampak pada kehidupan yang kreatif dan fleksibel.

Untuk penggiat Parkour generasi pertama sebutan Traceur dan Traceuse adalah untuk praktisi Parkour generasi pertama yang berlatih bersama David Belle yang penjadi pendiri Parkour di Prancis.

Tantra mengatakan tidak ada sistem lomba di Parkour. Kompetisi tidak sesuai dengan filosofi dan nilai moral dari parkour yang mengutamakan kebebasan. Kompetisi hanya untuk mengalahkan orang lain yang disaksikan penonton atau hanya akan menambah keuntungan beberapa korporasi.

Tentra berpesan ajarkan Parkour kepada orang yang belum kenal sehingga banyak yang mengenal Parkour.

Pada tahun 2014 Jamming Nasional dilakukan di Jakarta, sedang tahun 2013 di laksanakan di Bali selama 3 hari. Hari pertama di Nusa Dua, hari kedua ke Canggu dan Kuta, hari terakhir dengan melakukan donor darah di Puputan renon, sebanyak 104 peserta ikut Jambore.

Surya salah seorang pendiri Bali Parkour and Freerunning mengungkapkan bahwa komunitas Parkour tampil sederhana. Parkour bukanlah olahraga ekstrem yang berbahaya. Dengan latihan semua yang terlihat berbahaya sebetulnya mengasyikkan. Hal itu lah yang membuat Ia masih betah di Parkour. [b]



Kamis, 06 Mei 2021

Tanda tanda

 بسم الله الرحمن الرحيم


[TANDA-TANDA ORANG MUKMIN YANG TELAH MEMPEROLEH LAILATUL QADAR]


1. Hatinya lembut

2. Mudah menangis

3. Menyesali dosa-dosa lalu

4. Merasa malu kepada Allah

5. Rindu kepada Rasulullah

6. Senantiasa merasa tenang dan lapang dada

7. Bertambah Rajin beribadah dan beramal Shaleh

8. Rindu berjumpa dengan Allah.

.

Semangat beribadah, bertaubat..Semoga kita mendapatkan Lailatul qadar🤲🏻

.

*Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki*



Wassalam, Al Fakir

 Jutaan sarjana dicetak dari dulu, namun hutang Negeri kian menumpuk.

Literasi Demokrasi Negeri, pupus karena ulah pemain politik itu sendiri.

Korupsi meraja Lela, kedaulatan pangan, termakan zaman, ada arus kuat gaya hidup yang akan menenggelamkannya.

Akan lahir berapa banyak sarjana lagi, untuk apa, jika memang nasib Bangsa kian terpuruk.


Isu jadi barang dagangan untuk mendapatkan uang dari hutang.

Wassalam,

Al Fakir

Sayangi yang Ada di Bumi, Yang di Langit Akan Menyayangimu

 

 

Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’”– Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.” —HR. Abu Dawud dan Timidzi.

 

Foto : Fauna di Taman Nasional Kilimanjaro, Mapala Stacia UMJ, Ekspedisi Merah Putih - 2001

Imam al-Ghazali, atau yang memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i ini dikenal dunia sebagai seseorang yang alim dan taat beragama. Namanya semakin besar, ketika ia menciptakan berbagai karya tulis yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Seperti Ihya Ulumuddin, Kimiya as-Sa’adah (Kimia Kebahagiaan), Misykah al-Anwar, Maqasid al-Falasifah, Tahafut al-Falasifah; Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul, Mi`yar al-Ilm; al-Qistas al-Mustaqim, Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq, dsb.

Berkat karya-karyanya ini pula, ia mendapat kepercayaan sebagai seorang cendekiawan muslim yang komplit. Sebagai ulama besar, ahli filsafat, ahli teolog, dan bahkan dikarenakan daya ingatnya yang kuat dan bijak dalam berhujjah, ia pun mendapat gelar Hujjatul Islam. Ia sangat dihormati karena keluasan ilmunya, hingga kini.

Namun di balik totalitas al-Ghazali terhadap keilmuan dan Islam, terselip satu kisah yang unik, menggelitik, dan bermakna. Betapa tidak, dalam kisah tersebut terungkap gambaran lain seorang ahli tasawuf ini—yang konon telah mengantarkannya ke Syurga. Seorang imam besar yang terselematkan dari panasnya api neraka dikarenakan seekor lalat.

Dalam Nashaihul ‘IbadSyekh Nawawi al-Bantani menuliskan kisah tersebut. Konon pada suatu ketika ada seseorang berjumpa dengan Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. Lantas ia pun bertanya, “Bagaimana Allah memperlakukanmu?.”

Imam al-Ghazali pun berkisah. Di hadapan Allah ia ditanya mengenai bekal apa yang hendak diserahkan kepada-Nya. Al-Ghazali menjawab dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.

Namun, Allah menolak semua itu. Kecuali, satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat. Dan, karena lalat itu pula Imam al-Ghazali diizinkan memasuki Syurga-Nya.

Dikisahkan pada suatu hari, Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab. Hal yang lazim dalam dunia kepenulisan adalah dengan menggunakan tinta dan sebatang pena. Pena itu harus dicelupkan dulu ke dalam tinta baru kemudian dipakai untuk menulis, jika habis dicelup lagi dan menulis lagi. Begitu seterusnya.

Di tengah kesibukan menulis itu, tiba-tiba terbanglah seekor lalat dan hinggap di mangkuk tinta Imam al-Ghazali. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa betapa luas kasih sayang Imam al-Ghazali terhadap sesama makhluk, termasuk lalat yang pada saat itu datang “mengganggu” kenikmatannya dalam kegiatan menulis.

Peristiwa ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada hak bagi manusia untuk menilai besar kecilnya suatu ibadah. Apa yang kita anggap kecil, belum tentu menjadi kecil pula di hadapan Allah. Begitu pun sebaliknya, apa yang dianggap sebagai nilai ibadah besar dan bernilai tinggi, belum tentu memiliki nilai besar di mata Allah. Karena ternyata, penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia.

Hikmah lain dalam kisah ini adalah mengenai kasih sayang yang tiada batas. Kasih sayang manusia terhadap makhluk lain, sekali pun itu hewan. Tak menutup kemungkinan kasih sayang yang dianggap sepele ini dapat menghantarkan manusia menuju ke Syurga-Nya.

Sejatinya, Imam al-Ghazali hanya mempraktikkan apa yang diperintahkan dan diteladankan Muhammad Saw, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama”–Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.”

Pun begitu dengan balasan yang ia peroleh akibat kebaikan yang ia tanamkan, “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. 99: 7-8), dan sungguh, “Tiada balasan kebaikan selain kebaikan pula.” (Qs. Ar-Rohman: 60)