Jumat, 14 Juni 2013

Anjing tetap anjing

Anjing geladak, bukan hinaan, tapi ungkapan
Ternama Anjing dan dibuntuti geladak
Ternama empat kaki dan dipasangkan penciuman
Terlahir menggonggong di tepi tepi pelabuhan
Terlahir dan hadir menguasai lahan yang dikencinginya pijakan tiga kaki

Anjing geladak
Mencari makan dengan apa yang dia suka
Usai makan, berteduh di tepi subuh
Sebelumnya menggonggong, melolong, ketika malaikat turun dari langit

Anjing tidak tercatat, karena hanya figuran

Sementara kau yang manusia, ngelantur jadi reporter bola
Nggak mau kalah, menganggap semuanya anjing
Anjing anjing geladak tak hiraukan pola mu itu.

Anjing tetap anjing, manusia yang seperti anjing
Entah di pelabuhan, pasar, terminal, jalan raya, gedung gedung, ruang rapat, dalam sedan, di night club, di ranjang ranjang restora, di atas mimbar, dan ruang ruang lainnya

Anjing geladak, mengagumkan, mungkin bergumam, mungkin lurus lurus saja.
Seperti hakikatnya, makan, kawin, menggonggong, melolong, menyapa yang mungkin dianggapnya tak sopan.

Anjing geladak, siang hari, mengais dari sisipan aktivitas manusia.
Anjing tetap anjing, kita yang seperti anjing.

Salam,
f@i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar