Sabtu, 26 September 2020

Berhati hatilah

 

Ilustrasi. Fadlik


Dari ufuk sentosa

Pada diri binasa

Melihat semua indah

Melihat dalam rapuh tak kuatkan


Memang tak bisa membeli syukur, saking mahalnya dia harus dari hati. Karena tak ada yang bisa membeli hati.

Maka berhati hatilah mereka reka

Salah dan kamu akan binasa


Selasa, 22 September 2020

Mimpi Rana Hari Ini

 Pagi ini Rana memberitahukan kepadaku tentang dua mimpinya, terperanjak bangun langsung dengan nada khas suaranya "ayah aku punya dua mimpi ketika tidur."

Pertama, aku, taci dan Khaira main di depan dengan meja. Bercanda sambil belajar di muka halaman.

Kedua, aku bersama keluarga,. Ayah, Ibu dan Umar. Semuanya melawan hantu hantu.

Rana memang ekspresif. Semua tentang diri diberitahukan kepada ayah dan ibu.


Alhamdulillah



Sabtu, 19 September 2020

Pertama Kemudian Meminta

Berawal sawah dan ladang

Pemilik igaukan hirauan

Diam diam dibiasakan

Memancing mata untuk memandang


Dari seberang datang ke taman

Mencari cari sandaran

Makin penasaran hingga amblas libido jajah

Segala cara memecah belah


Pada sawah dan ladang

Tak lagi punya pikiran

Tak lagi ada tenaga

Tak lagi ada penyokong


Pukuk tinggi dibuat buat

Hasil rendah diikat ikat

Petani tak ada lagi berpijak

Hanya Tuhan saja jadi aduan






Rindu Seketika Perlu

Dikatakan oleh angin, bahwa ia melihat gumpalan awan hitam. Dilanjutkan oleh burung dan dimengerti kaum serangga.

Semuanya biasa saja. Hanya manusia yang penakut, melihat gelagat jantungnya menciut seperti telur semut, keringatnya memantul bagai biji si jali jali.

Prasangka mampu membesarkan dan menciutkan nyali. Hanya pemanah yang memiliki pandangan luas tak pernah pasrah, meski targetnya hanya fatamorgana.

Diperbuat angin yang masuk di sela sela bulu kuduk menyapa rasa, rindu akan keindahan semesta.



Rindu pada samudra dan paku bumi. Semuanya murni tanpa maksud mengada Ngada.

#fadliksept2020


Selasa, 15 September 2020

Tentang Kehidupan

 Berdiri Cemara laut di ujung teluk

Jawara multi talenta

Isyaratkan arah angin

Memfilter air asin

Menjaga gelombang abrasi 

Meneduhkan

Memeluk jiwa yang merapat padanya

Berpuluh windu

Hingga kuda kuda di atas tanah

Tangan terlentang seolah memberi jiwa untuk manusia, fauna serta biota


Kemudian waktu cemburu

Prasangka ruang

Tanpa prahara


Kemudian gergaji pada pikir

Kemudian gergaji pada lidah

Kemudian langkah dengan tangan tanpa keringat


Melupakan ibu penopang

Mengundang lapang lapang ombak keriangan

Perlahan melumpuhkan teluk, mengamputasinya

Ngeeeeeeng... dan tumbang


Mereka dilupakan oleh tulisan reklame wisata untuk Selfie. Menganggapnya abadi mengundang badai mati rasa mati asa


Hidup yang tipuan mematikan hidup dan kehidupan.



Kosong


#sajakfadlik