Kamis, 31 Oktober 2013

POSTER

Pantai asri hidup berseri (foto.fadlik)

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Anak gunung atau anak laut

Logat seperti bukan dari Bali, maklum orang laut, bahasanya kasar ucap Pak Parten seorang pengepul ikan tongkol di pantai Tukad Tiis. Ditambahkannya bahwa cengkoknya berbeda dengan orang gunung seperti di Kintamani, Bedugul dan sekitarnya.Sekilas ada yang mendengar bahasanya seperti Sulawesi, Madura namun bahasanya tetap Bali.

Tempat ini memang jauh dari hiruk pikuk wisatawan asing dan lokal, meski dari pantai Amed berjarak kurang dari 10 kilo meter namun tempat ini sangat sepi dari glamornya Bali yang diselingi dengan lalu lalang wisatawan asing. Tempat ini memang berbeda, pantainya berpasir hitam, jikalau ingin melaut masyarakat sekitarnya bisa berkilo kilo menempuh jalan darat ditambah lagi jalur menurut dengan kemiringan 20 sampai dengan 45 derajat menuruni dan menaiki tebing yang memiliki tinggi lebih kurang 40 meter.

Meski mencari ikan penuh dengan resiko masyarakatnya sudah biasa menjalani. Mereka semua memulai aktivitasnya dari jam 04.00 sampai dengan pukul 7 pagi di laut. Dengan bermodal bensin 15 liter, nelayan terus dihantui hasil tangkapannya yang terus berkurang, rejekinya makin menurun seperti sarat memulai hari sementara angannya menanjak seperti usai ia melaut.

Kehidupan nelayan disini memang selalu dihantui rintangan, biaya layar yang harus diganti enam bulan sekali, layar itu memiliki bentangan 27 meter, jadi kalau diperkirakan memakan ongkos sekitar Rp 400.000,- sementara biaya jaring yang kerap rusak juga meski dipikirkan nelayan. Ditambahkannya bahwa "Dahulu jaring lebih kuat dan memiliki diameter jaring yang lebih besar sehingga ikan yang kecil lolos terjaring, sementara sekarang ini jaring lebih kecil dan cepat rusah, itu mengapa penghasilan ikan nelayan berkurang.

Belum lagi jika mengupayakan hidup di darat dengan perbekalan ilmu pertanian yang terbatas rata rata mereka hanya bisa menanam jagung, itupun jikalau musim hujan ujar Pak parten. Meski hidup sederhana, mereka terus melakukan kehidupan kesehariannya dengan melaut dengan terus melalui jalur jang tidak terbilang mudah.

Seorang Dive master mengungkapkan bahwa jikalau menyelam saya bisa, namun mendaki seperti sekarang ini kaki saya gemetar seperti mau jatuh, sementara masyarakat di sini menganggap itu hal biasa karena kesehariannya. Mereka hidup survive dengan keterbatasan yang dimiliki, mendaki dan mencari ikan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Rabu, 30 Oktober 2013

Kabar duka dari laut

Pernahkan kita berfikir bahwa limbah yang kita hasilkan jika tidak dikelola dengan baik maka akan bermuara ke laut. Sore ini dalam perjalanan dari Seraya menuju Denpasar saya melihat langsung orang membuang sampah dari dalam kendaraan ke jalan. Yang pertama buruh matrial yang membuang kemasan minuman botol plastik, yang kedua dari dalam mobil mewah terbang jatuh ke aspal, satu tisu usai membersihkan mulutnya.

Sampah yang terbuang ke jalan, perlahan masuk ke got, ketika musim hujan membuat saluran air menjadi mampet, jikalau perjalanannya mulus maka bermuara ke laut. Tidak cukup dengan limbah yang dihasilkan oleh manusia berupa sampah, pewarna dari pabrik tekstil, sabun dengan busa busa yang kita lihat di sepanjang sungai.

Percayakah anda lebih dari 340.000 ton perhari limbah bermuara ke laut dari buangan pabrik Freeport dan Newmont, belum lagi pabrik yang lain, maka tak heran jika di sekitar pantai Indonesia banyak sekali makhluk laut yang tak sehat. Pencemaran oli dari kapal kapal di laut mencapai 80 juta liter pertahun. Angka yang cukup memastikan biota laut tidak lagi sehat di Negeri ini.


Terumbu karang sulit hidup karena tertutup sampah, ikan ikan tak lagi segar karena mabuk ulah limbah buangan. Untuk menjaga laut Indonesia tidak perlu menuntut agar Angkatan Laut TNI menjaga semua isi lautan Indonesia jikalau prilaku kita juga secara langsung maupun tidak langsung membunuh biota laut. Mari berusaha menyelamatkan laut Indonesia agar kita tidak terus mendapat kabar duka dari lautan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Anak Bulan

Anak bulan, yang muncul usai terang ketika koruptor memperkosa alam raya
Negeri yang kaya berkerabat samsara
Sungainya diberi mercury, tanahnya dikeruk hingga bernanah
Hutannya telanjang, udaranya usang

Anak bulan selalu kecil, anak bulan dianggap anak bawang
Hanya bisa berangan namun sulit dan dihimpit ketika meraihnya
Anak bulan hanya indah dipandang, ketika dirasa penderitaannya cerita
Anak bawang yang terpinggirkan, menatap bulan bagai cinta citanya, bagai labuhan harap di ujung gelap lingkaran terang.
Anak bulan, mencari hiburan, terpinggirkan, menunggu ayahnya yang entah kapan pulang melaut
Mungkin dikunyah ombak, ditelan pusara, dihilangkan badai atau terkatung mengapung.

Anak bulan yang kini pemalu, entah sampai kapan ia begini.
Sementara semua menoleh saksikan siang.
Dalam tepian pantai yang kelabu, kau pijaki suasana bulan, tampa tau masa depan  fatamorgana

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman



Minggu, 27 Oktober 2013

Menjaga Keasrian

Kabupaten Banggai Kepulauan dengan keindahan alamnya yang beragam harus dijaga serta dilestarikan, hal ini seiring dengan keinginan Dinas Kelautan dan Perikanan setempat yang ingin menggali potensi lautnya dengan mengajak semua pihak untuk menjaga keindahan bawah laut. Satu yang tak dilupakan oleh salah satu penyelam yang menyebutkan bahwa alam bawah laut Banggai Kepulauan masih indah, meski tidak sedikit yang sudah dirusak karena bom, jika potas dan bom terus terjadi diperairan maka potensi wisata Banggai Kepulauan tinggal cerita.
Suasana halaman disalah satu rumah di desa Buko
Tak hanya lautnya yang indah, suasana perkampungan yang asri dipinggir laut dengan pasir pantai yang putih serta jernih pantainya menambah betah pengunjung, apalagi jika masyarakat mau secara partisipatif menjaga keindahan laut dari pencemaran dan sampah yang dibuang sampai kelaut. hal ini sudah dilakukan oleh rekan rekan yang tergabung dalam Kelompok Khatulistiwa Alam Lestari yang bertempat di Banggai Laut.

Suasana asri ini semoga terus terjaga, hal ini sejalan dengan harapan mantan Kepala Desa Lumbi lumbia yang juga gencar menginformasikan tentang keunikan ikan Banggai yang endemik itu kepada masyarakat sekitar. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti bahwa ikan Banggai cardinal Fish ini adalah ikan endemik dan langka, malah biasanya masyarakat mengambil untuk dijadikan umpat dalam memancing ikan yang lebih besar, hal ini harus sering disosialisasikan agar masyarakat sekitar sadar untuk menjaga potensi daerahnya sendiri ungkap Dominggu.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Sabtu, 26 Oktober 2013

Pengayaan Kapasitas

Perjalanan jauh menjadi hal yang mengasyikan, terlebih apabila kita mengunjungi temapat tempat baru yang indah. Lain halnya jika perjalanan jauh menjadi sebuah rutinitas ditambah lagi hal itu kewajiban yang harus dijalankan. Namun tidak begitu bagi orang orang yang memang mendarmabaktikan semuanya untuk masyarakat,anak didiknya atau suatu komunitas yang dianggap perlu untuk didampingi agar ke depan komunitas tersebut menjadi lebih baik.

Saya teringat seseorang yang selalu mengikuti Pak Cokroaminoto dalam propaganda serikat Islam, beliau memiliki pandangan bahwa Pak Cokro datar dalam menyampaikan pandangannya di depan umum, sang pemuda itu kemudaian berlatih, maka Ia menjadi seorang orator terhandal di Negeri ini, namanya melagenda, kita mengenalnya sebagai Putera Sang Fajar. Tanpa lelah beliau mengabdikan dirinya untuk pemberdayaan masyarakat.

Ketika dibuang ke Ende Flores, beliau terus melakukan kegiatan pengayaan kapasitas untuk masyarakat sekitarnya, tanpa mengenal gaji, tanpa mengenal imbalan, masyarakat buta huruf didampinginya, berkawan dengan petani kelapa, nelayan serta kelompok masyarakat lainnya. Dari tahun 1934-1938 beliau terus berjuang dengan golongan bawah hingga beliau menulis lakon sandiwara yang pas dimainkan untuk orang orang buta huruf. Soekarno membuat Perkumpulan Sandiwara bernama Kalimutu yang diambil dari nama danau tiga warna yang terkenal di Flores.

Ketika dibuang di Bengkulu beliau juga aktif diperkumpulan Muhammadiyah. Sebagai Ketua bagian Pengajaran beliau mengajar, salah satu siswinya adalah Siti Fatimah yang lebih dikenal dengan sebutan Fatmawati yang kemudian diperistri. Pengayaan kapasitas menjadi keharusan bagi orang orang yang mau berfikir menjadikan daerah tersebut lebih maju. Tidak melihat tempat yang jauh, sulit dilalui. Amat berbeda dengan sekarang, bangku bangku kuliah banyak mencetak orang menjadi guru namun sedikit sekali yang mau hidup dalam keterbatasan demi berjuang menaikan harkat martabat orang orang di sekitarnya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 25 Oktober 2013

Belajar

Satu kisah dimulai ketika jalan sulit ditempuh sesekali tanah sesekali aspal. Pemandangan berbukir naik turun. Di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan yang begitu menggoda ketika durian dipohon sesekali terlihat di tepi jalan. Tak cukup dengan itu, ada juga duku, langsat, sirsak, nangka dan petai serta jengkol. Hutan ini memang sudah disentuh menjadi kebun.
Namun kebun kebun tadi jangan dibayangkan seperti kebun di pulau jawa yang lebih terawat, maklum saja lokasi antara rumah dengan kebun berjauhan, ditambah dengan medan yang agak sulit bagi kita yang orang kota jarang olah raga untuk menggapainya. Kisah hayalan meraih buahnya belum habis dirasa namun tempat yang dituju sudahlah ada.

Kemungkinan kami akan bermalam disini, sungainya yang mengalir jernih dengan rela menjadi tempat mandi, usai bilas sebelum sore, para tuan rumah menyajikan buah buahan yang tadi dihayalkan, betapa jauh dengan kehidupan kota yang segalanya dihitung dengan uang. Hari ini kami istirahat untuk esok memulai ke sekolah di balik bukir.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Kamis, 24 Oktober 2013

Pantai Sanur dan Ancaman Tsunami

Pantai Sanur memiliki ancaman besar terhadap Abrasi dan Tsunami
Pantai Sanur, Bali yang terletak di sebelah selatan dan timur ini berpotensi terkena hempasan Tsunami langsung dari Samudera Hindia. Batu batu besar yang dipasang sebagai tanggul pencegah abrasi di sepanjang pantai ketika terjadi Tsunami dikhawatirkan malah menjadi bumerang ketika hempasan Tsunami yang begitu keras menghantam pulau Bali. Batu batu akan dibawa arus akan menghempas siapa saja yang ada di darat.

Lain halnya jika terdapat pohon pohon Bakau, dahulu menurut cerita banyak sekali hutan Mangrove di sekitar pantai Sanur, namun ketika wisata mulai marak mengakibatkan Hotel, Wisma dan bangunan lainnya  mampu mengubah lahan hutan menjadi bangunan yang dihuni manusia. Sementara jikalau dilihat banyak sekali jalan jalan yang berkelok kelok, hal ini menyulitkan ketika mengevakuasi jika terjadi bencana.

Dari sekarang semestinya pemerintah tidak sembarangan memberikan ijin terhadap bangunan yang menyalahi konsep, kenyamanan, keamanan jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan harus bisa dihitung dari sekarang. Sementara ada hal lain yang menarik ketika terjadi gempa yakni di lautan, jika terjadi gempa ada terumbu karang yang rusak namun ada juga yang menjadi lebih baik. Intinya, Gempa tidak membunuh, Tsunami dapat dihindari, hanya saja manusia sering kali abai terhadap tanda tanda alam.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Rabu, 23 Oktober 2013

Kerantungan

Hutan kecil yang tersisa di kalimantan tengah masih menyisakan buah lokal yang berkualitas, buah ini terus berjuang ditengah arus pembangunan, alih fungsi lahan, kepentingan manusia serta pasar global yang terus menggerus luas hutan, walhasil lahan sawit bertambah luas, buah lokal semakin terpendam tak dikenal. Meski rasanya enak namun buah ini tidak begitu dikenal, kebanyakan durian bangkok ditelan orang hingga Kerantungan ditinggalkan.
Kerantungan dengan rasa taktertandingi (foto.fadlik)

Kerantungan, terantungan, Kerantongan atau apalah namanya memiliki nama latin (Durio oxleyanusGriff). Buah ini terbilang lebih kecil dari jenis durian lainnya, biasanya hanya berdiameter 10-15 cm saja sementara durinya panjang 3-4 cm, tajam sekali, jadi jangan sekali kali beristirahat di bawah pohon kerantungan salah salah saya nggak bisa membayangkan gimana jadinya. Kulit buahnya tidak pernah kuning, hijau terus meski buahnya matang. Meski tidak memiliki bau aroma yang menyengat dibanding bau durian lainnya namun buah ini memiliki kadar alkohol yang cukup  tinggi. Daging buahnya berwarna seperti mentega dan legit dirasa.

Saya teringat kawan yang berbicara sebelum saya mencobnya, bahwa buah kerantungan ini rasanya tiga kali lipat dari rasa durian biasa, walhasil usai saya memakannya memang benar tak terbantahkan. Jadi kalau dipikir pikir ini harus dibudidayakan dan segera dilakukan kawin silang dengan durian lainnya. Penyebarannya sendiri terdapat di Malaysia, Sumatera serta Kalimantan. Selamat mencoba dan pastikan rasanya yang tak akan membuat anda lupa.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Mentawa

Berjalan di hutan kalimantan yang kaya akan buah lokalnya. Kalau dipikir pikir, kenapa aharus ada buah inpor kalau emang buah lokal kaya jenis dan kaya rasa. Ambil contoh buah Mentawa yang ketika dimakan memiliki dwi rasa, rasa durian dan nangka tercampur dalam satu aroma yang bernama Mentawa. Tampak dari luar buahnya seperti nangka namun secara umum kulitnya kebih kecil dari nangka.

Buah Mentawa di hutan kecil Kumpai batu Bawah, Kec. Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (foto.fadlik)
Mentawa banyak sekali memiliki sebutan ada yang menyebutnya Mentawa, Mentawak, Entawak yang jelas bahasa latinnya (Artocarpus anisophyllus) yang tergolong kedalam jenis pohon besar anggota suku Moraceae. Pohon ini memiliki kayu yang besar melebar, penyebarannya di Semenanjung Malaya, Borneo, Sumatera serta pulau pulau di sekitarnya.

Mentawa tumbuh sampai di ketinggian 1.200 mdpl. yang tidak kalah penting adalah rasanya yang manis serta aromanya yang harum. Mentawa memiliki kandungan kalbohidrat hingga 92% serta seratnya 2%. Kandungan proteinnya rendah, antara 3,5-7%. Bijinya mengandung 40-60% kalbohidrat. Sekitar 17% serat, 10-13% protein. Kandungan lemak pada daging buah Mentawa amat rendah. Sumber Wikipedia Mentawa.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Ilustrasi

Terik membaluri semua sampai ke otak, alang alang tinggi dengan hutan humus mendmbah sulitnya menempuh perjalanan, terlebih ketika pohon pohon semakin sedikit. Orang orang diperusahaan mempersalahkan masyarakat yang menebang pohon untuk kayu bakar dan pembukaan lahan dengan cara membakar kerap melalap habis pohon.

Sementara jauh besebrangan denagn masyarakat bahwa orang orang di perusahaan kayu kurang memperhatikan pelestarian lingkungan, jumlah pohon yang terus merosot semakin mempersulit mencari kayu gelondongan mana yang berkualitas, alih alih tidak ada lagi sistem tebang pilih. Semuanya jadi sasaran agar bisa makan hari ini.

Dalam kelompok yang ketiga coba memfasilitasi keduanya, meski kadang ada saja ungkapan orang bahwa negara asing ingin mengontrol sistem dalam negeri, sementara pemerintahan merasa tak punya tenaga yang cukup kuat untuk merapikan sistem yang sudah berjalan. Peraturan yang sudah dibuat dengan gampang sekali diselewengakan di baik meja.
Melihat peluang dalam negeri yang rentan (foto.fadlik)

Hukum yang telah dibuat, dilanggar oleh pembuatnya sendiri, sementara masyarakat miskin jumlahnya semakin banyak, kerentanan ini yang amat memudahkan uluran peluan negara lain. Lalu ingatkah kita dari sejarah. Para pejuang membebaskan negeri dari cengkraman asing, sementara pengisinya mencari demi proyekan. Kerusuhan jadi proyek, kemiskinan jadi proyek, hak azasi manusia, keberagaman budaya, adat, lingkungan, banyak sekali keberagaman yang bisa dijual untuk memerosotkan diri bangsa menjadi bangsa terjajah. Selamat datang penjajahan gaya baru.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Selasa, 22 Oktober 2013

Mahasiswa bonsai

Aku Mahasiswa (AM), baru dapat kiriman orang tua beriring harap tersurat
Aku mahasiswa di awal tanggal mencari keju kering dan basah
Beli parfum tanpa mencuci kaus kaki sisa bolos kemarin
AM yang terus menolak kesewenangan dengan kewenangan seorang anak muda pada orang yang membuatnya ada

AM yang tak mau lari ketika telat
Ganggu kawan sesukanya
Tak mau dicela meski sudah tercela
Membuat orang terlena

Masa depan masihlah panjang, jauh, fatamorgana
AM yang goyak ketika kawan menawariku
AM yang kencing dimana mana ketika tubuh gontai melangkah

AM yang mencap orang orang banyak ngomong di televisi
Memberi tanda "sok pahlawan" pada kawan yang berdiri benar

AM yang dekat dengan game buatan orang
AM yang sering menguap ketika serius
AM yang tak mau diperintah
AM malu mencoba karena nampak terlihat tolol
AM yang merdeka tanpa tahu makna kemerdekaan

AM yang ceroboh, mengikatkan santai pada arloji
AM yang ngeres bersama penunggang pelana jinak
AM yang tak perneh pegang pena, tak mau membaca, melihat keadaan terdekat
Yang paling dekat hanya bayangan payudara di depan jidat

AM yang menganggap biasa tanggal tengah karena uang yang masih ada

Aku melihat tinta terbuang
Air tawar terbuang di kamar mandi, membersihkan sperma setelah khilaf
AM yang seronok pada itikat baik
AM yang sering mendengar dosen ngomong tanpa melangkah, banyak marah ketika debat
Waktu dosen lebih banyak proyek pinggiran, menjadi staf ahli para pemodal
AM hari ini
Hari ini Aku mahasiswa yang pongah
Termangu dalam hayal biru kilauan harta dan pesta setiap hari

Sementara detik, detak, angka tanggal tua mengetuk
Aku masih muntah di lubang jamban
Nilainya turun terus
Makannya mie instan penuh vetsin
Wajahnya bayang
Nafasnya usang
Tenaganya kosong
Pikirannya kabur

Sementara bunyi game online memanggil, hanya menang ditantang sampai ke level 3
hanya lantang mentertawakan yang tak sempurna
Sementara baju numpuk di mesin laundry..

Ketika semester satu banyak ku beli buku
masuk semester tujuh berubah jadi sabu
Ketika semester satu aquarium baru di dalam kamar
Semester setelahnya aquarium isinya kering, jadi tempat buku berdebu
Semester kelima aku mencoba ganja dari preman kampung yang tadinya nawarin gratisan
Semester sembilan, sebelas, tiga belas, sudah berapa bilas perenpuan berganti kondom
Karena aku hisap satu AM aku AM, AM, Ah, ah, ah.. keringat tumpah dari dosa

AM narsis
Memotret diri, menjadi orang lain, memajang poster vokalis yang mati bunuh diri
AM yang jadi dia
Dia bukan mahasiswa sedang aku berangan jadi nya
Dia mati, aku mau mati karena semester 14,
Digorok pengirim uang atau berpura pura lagi agar uang jatuh di tangan

Hari ini ketika terik, kaca kontrakan pecah yang tak tau semalam tanpa pikir itu terjadi
AM yang tak punya air minum hari ini,
Semua tak terurus
Di dapur tanpa makanan, hanya ada CD jamuran di kolong kompor

Beriringan dengan waktu yang telah dilewatinya, orang orang desa memenuhi kota, tanpa keahlian mencoba semuanya.
Ada yang jadi keamanan di diskotik malam
Jualan  makanan ringan di luar pagar sekolah
Buka bengkel di lahan kosong pinggir jalan
Ribuan orang masuk Kota tanpa Pemerintah bisa membendung

Televisi mengiming imingi
Dosen tak belajar lagi
Orang tua mudah percaya
Mahasiswa telah menjadi bonsai karena kelakuannya sendiri

Mahasiswa tak pernah dengar gosip kaki lima yang bayar pungutan untuk oknum
Pembayar pajak banyak dikorup
Aparat main geretak
Aspal panjang jadi proyekan
Lagu baru berganti ganti, menyeringai ke telinga generasi baru di bawah umur, tanpa lagu anak.
Tak ada yang kenal Ismail Marzuki, Pak Kasur, AT Mahmud, semuanya cenderung lawakan basi hiburan selera rendah, informasi picisan. Gosip diobral sampai ke dubur.

AM yang minum vitamin tanpa olah raga
Keringatku dingin bagai kemarau para petani
Desa desa semakin kosong tanahnya dibeli kapitalis murni terang terangan
Mahasiswa mahasiswa tanpa kordinasi
Jaga gengsi sendiri sendiri

Ibu, akankah doa beriring harap
Bapak, mana jatah bulananku ?
Kalau terlambat datang aku hisap kecubung atau makan jamur kotoran sapi.

AM Abadi
Abdi sendiri jadi mahasiswa
Bersama pikir tak terpikirkan

Denpasar, 03.05- 22/10/2013

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Catatan hari

Ngopi yok ngopi, ketika pagi menanti kabut hilang sendiri
Suaramu mana atau menunggu kelopak mata terbilang matang
Bau mulut biasanya, lalu semuanya nampaknya akrab untuk memulai hari

Kemudian hangat
Kemudian terik
Kemudian minta es, rujakan, es lagi
Kemudian kita berdua membedakan mana keringat harap mana keringat puas karena kenyang
Kemudian menginjak syahwat yang lain, mungkin asap rokok, main taruhan di atas makam

Kemudian merosot
Melipiri
Mampir
Magrib yang buta
Lapar
Menunggu saling menunggu
"Apa yang telah diperbuat waktu hari ini"
Ungkapmu yang sombong terlewatkan

Banyak manusia melewati dengan datar
Tak sedikit orang orang berperang
Atau rela mati demi hal yang konyol

Hari memang punya buku catatannya masing masing
Seperti cerita pada kartu yang kau buat buat dan tak mau dianggap pembohong

Semua ini ada pada hari
Nyata pada teliti
Kecuali lewat
hanya pada kenang

Salam,
f@i

Letih

Tubuhmu licin sesantan kelapa
Lembab berkepanjangan
Sudah kubuktikan usai kau bongkar pelana kuda pengantar kerjaku
Setiap hari sebelum magrib

Rambutmu hilang ditiup angin
Semesta mungkin membenciku karena tak mampu menjaganya
Seketika rayuan datang
Detiknya pas ketika sepi
Suaranya berulang ketika kosong

Kakimu berbelah sebelum dan setelah
Dimakan kecewa yang terik diatas aspal, tanpa izasah kau bekerja seharian
Dan waktu menuliskan rapot
Betapa tersinggungnya ibu keadilan
Betapa malangnya aku ketika kau goda setiap hari dengan meninggalkan kewajibanku pada harap
Semuanya lembut, halus, hingga aku menagih senggama dalam waktu yang kini terasa cepat

Kelai demi helai bahan tak terpakai, kering dan usang dimakan terik
Waktu berlalu dan kita semua meninggalkan janji yang telah dibuat ketika kain kotor, lalu basah dan dibilas.

Berapa kali tiang jemuran berpindah, namun cekcok berkawin waktu
Berapa juta gilasan roda dari rumah menuju kerja dan kami congkak di atasnya

Kebun buah, sayuran, terbengkalai karena letih
Letih pada suara yang tak pernah titik
Letih pada warna yang sembunyi kemudian tumpah

Ludah itu dimakan waktu, namun lekang telah bersuara
dan kini hal nya merubahkan sikap pada dewasa yang untuk kita

Denpasar, 01.29, 10/22/13
Salam,
f@i

Senin, 21 Oktober 2013

Sepi

Naluri purba semakin legit
Dipaksa kipas dimusim kering
Hantu hantu semakin banyak
Menyerupai apa saja dan ditenggakkan

Ketika kita sunyi lalu apa ?

Membayangkan keningmu yang sujud semakin gelap ku rasa
Membayangkan bibirmu yang zikir semakin samar terdengar

Aku hari ini, setiap menit digetarkan apa saja
Aku disini
Sendiri..
Tanpa teman kecuali malam

Jalan bukit barisan, Denpasar, 10.22.2013
Salam,
f@i

Sabtu, 19 Oktober 2013

Hitam Putih

Hitam putih berkata, lebih nyata.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Plang

Bangunan tua di tepian pantai menjadi saksi bisu, kayu kayu yang ada seolah berbicara, "bahwa aku rasakan hidup dari masa ke masa. Kamu yang hidup sekarang sebelum melihat kakek dan nenekmu saling memuji, sementara aku sudah di sini".

Seperti biasa kehidupan masyarakat disini dari mencari ikan, memelihara rumput laut, menanam jenis umbi umbian, jagung serta tanaman keras yang bisa dijual kemana saja. Bangunan bertuliskan BANOA POTOTOGIAN di desa Boyomoute Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah. 

Tempat ini seolah mengisahkan tentang nelayan yang mencari ikan dengan alat tangkap ramah lingkungan kini ternodai karena keserakahan, demi mengambil jalan pintas semuanya dihancurkan dengan menggunakan bom, potasium, sianida dan masih ada alat tangkap lainnya yang tak ramah lingkungan.

Namun demikian pemerintah berupaya untuk menghimbau agar masyarakat menggunakan alat tangkap ramah lingkungan agar penghasilan dari laut terus berkelanjutan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Dermaga

Harapan semakin cerah ketika pancang pancang tegak dari beton berdiri menjorok ke laut. Dunia luar semakin terlihat, kita menjadi lebih cepat dewasa menerima, kemudian menyaringnya. Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Dari Dermaga banyak dilakukan kegiatan bongkar muat, meski dermaga ini masih sepi, namun harapan pasti selalu ada.
Salah satu dermaga di Kecamatan Liang, Kab. Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

Ambil contoh, hasil bumi dalam bentuk rumput laut selalu ada permintaan dari pasar global, dimana dari rumput laut bisa digunakan untuk makanan sampai alat kecantikan. Dimulai dari Dermaga inilah semua dimulai. Banyak kapal yang menempatkan tambatannya hanya sekedar rehat, mengisi bahan bakar, mengisi air tawar sampai membuang saluran limbah kotor.

Banyak sekali manfaat Dermaga yang tempatnya harus dimaksimalkan sehingga berpengaruh pada kesejahtraan masyarakat sekitar. Meski gelap dan terang berganti, orang lalu lalang pergi dan pulang, namun Dermaga yang tampak lamun, berjasa, tanpa pamrih memberi. Satu Dermaga di sudut desa Kecamatan Linag, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 18 Oktober 2013

Mengenang 2001

Pagi yang biasa ketika embun dicemil pagi
Daun daun bergerak, tersenyum, aroma, auranya merona
Dua puluh satu tahun lamanya aku lahir
Sementara jalan merah memanjang menyambung dari rasa kerasa
Pucuk itu, yang tanpa kedip aku impikan, dibalut pita es

Senggamaku pada angan putri mahkota
Kilaunya dari bawah menembus dahan dahan bambu,
Memberi janji mamalia sehingga butiran es sebesar biji beringin yang dulu ada di halaman kuburan dekat ku tinggal
Semestinya hari ini, semestanya terasa
Untuk doa doa yang membaluriku sejak subuh, memotong syahwat

Pucuk pucuk semakin datar, meninggilah langkah di tanduk angan
Jutaan ton harapan yang mengalir dari leleh glaser mengalir ke kampung kampung

Matahari di benua hitam, menelanjangi hitam giginya putih
Di atas hukum rimba
Di atas bidikan kamera
Keringat mengucur bagai dosa yang gugur (ini semua semangat itu)
Sudah tujuh bulan lamanya kami melanggar hukum mahasiswa, reka dari lilitan harapan orang tua
Menagih sendiri "karena kami anak gunung"

Sepatu kulit buatan pabrik
Ransel Indonesia
matras Indonesia
Harapan membahana
Dua malam kami disini
Dalam dekapan tiga asmara menunggu giliran
Sayangnya kami tak punya uang
"Maka hobi yang kamu kehendaki senilai harga uang yang kau miliki."

Waktu berlalu, dingin mendekap
Langit semakin dalam karena gelap dimana mana
Bintang bermunculan, satu, dua, tak terhingga.
Laba laba tidur, es membeku, udara lewat dari telinga, bibir, hidung
Nyali hinggap di Austrian Camp, semut ciut rongga rongganya, menampik, ah.. toh malam tak memperlihatkan semuanya. Hanya ini yang aku mengerti. Hidupku, milikku, bukan untukmu atau milikmu.

Langit malam mengenakan kerudung hitam, sementara bintang bagai telinga mendengar doaku di ujung malam.
Ya Alloh, ini Camp terakhirku, mungkinkah disini terakhir nafasku, pasti semua kerabat memompa nyalinya untuk menyusul apabila aku jadi bangkai sendiri.
Ya Alloh, aku sendiri, bersama angin dingin, udara bersih, air segar bila diteguk, sangat jauh di benua sana, dimana sampah sampah campur kotoran, kaki lima jualan rayu. Mungkin takdirku disini. Dalam irama diam tanpa ada yang mengingat atau mungkin ingatan itu hanya satu huruf saja di awal nama "si "F" yang wafat" Kemudian semua berdoa. Sementara orang tuaku dagang ilmu di meja pemerintahan, menelan ludah karena anaknya mati di ketinggian.

Aku harus hidup, es yang ungu karena gelap, sama seperti warna anorakku yang hilang di pucuk punggungan.
Kemudian matahari, kemudian lelah, kemudian Abdul Azis membalap saya, kemudian kami singgah di pucuk gunung Kenya. Mengenang 2001 yang tak terhingga.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Belajar dari Ibrahim AS

Idul Adha adalah hari bahagianya kaum fakir. Hari ini harusnya dirayakan lebih besar, namun media lebih membesarkan Idul Fitri, lihat saja, takbir berkumandang selama 3 hari, sementara Idul Fitri sehabis sholat Ied tidak dikumandangkan lagi. Belum lagi keistimewaan yang lainnya. Idul adha banyak memberikan pelajaran bagi saya, kita pasti mengingat kembali kisah teladan Nabi Alloh Ibrahim AS sebagai bapak para Nabi. Dari beliau yang selalu tekun beribadah serta mengajarkan ilmu tauhid tanpa gentar.

Meski raja besar dihadapannya namun dilihatnya kecil. Ketika Nabi Alloh ditanyakan oleh Firaun, "sembahlah aku karena aku mampu menghidupkan dan mematikan manusia" yang dimaksud menghidupkan, Firaun mampu membebaskan para budak dan mematikan adalah dia mampu membunuh dengan kehendak Alloh SWT. Namun Ibrahim AS menjawabnya, bahwa saya akan menyembah Tuhan yang menerbitkan matahari.

Banyak sekali kisah tauladan yang kita dapatkan dari Nabi Ibrahim AS terlebih dalam suasana sekarang ini. Orang orang harus mengibrahimkan diri, tidak syirik kepada harta, waktu, kedudukan dan lain lain yang semu. Zaman sekarang penuh dengan gemerlapnya hedonisme, semua orang diperbudak oleh harta dan kerabatnya yang melenakan. Banyak pejabat yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan karena korupsi, barulah dia tersenyum, merasa dijebak, dizolimi dan lain sebagainya, semua merasa tak bersalah dalam kasus tersebut, hukum dunia mampu dilobi, yang salah bisa naik banding asalkan punya uang.

Ibrahim telah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus membunuh kecintaan terhadap dunia, hingga Nabi Alloh pernah diuji untuk mengorbankan harta yang paling disayanginya padahal nabi Alloh telah menunggu lama kelahiran anaknya sendiri yakni Ismail AS, namun ketaqwaannya yang menjadikan beliau terus tegar dalam menghadapi cobaan.
Kambing Sulawesi yang kerap dijual dan dijadikan hewan kurban(foto.fadlik)
Allohu Akbar 3X walillah ilham. Berikut cerita sederhana yang menghujam dagu saya, bisakah kita berkurban apabila satu hari menghabiskan satu bungkus rokok dengan total nilai Rp. 12.000,- maka satu bulan menjadi Rp. 360.000,- dan jika dikalikan 12 bulan menjadi Rp. 4.320.000,-, cukup untuk membeli kambing jantan dewasa. Saya bisa bayangkan ternyata banyak sekali orang indonesia yang bisa berkorban, namun kuncinya disini, sudah siapkan ia berkurban.

Sungguh saya sendiri masih jauh dari hal hal yang demikian, semoga tulisan ini bisa mengingatkan saya pribadi, Bismillah tahun depan bisa Kurban.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Minggu, 13 Oktober 2013

KONSER TOP

Denpasar,12 Oktober 2013. GOR Ngurah Rai nampak beda dari biasanya, ratusan baleho berjajar berselingan dengan iklan rokok yang juga melakukan kegiatan yang bersamaan di gedung sebelahnya. Namun demikian tetap saja semuanya tertib, hal ini membuat siapa saja aman dan nyaman berkegiatan disini. Pecalang dengan berpakaian adat nampak mengatur parkiran yang semakin redup ditelan gelap. Calo calo karcis merayu sampai mencegat di tengah jalan, saya maksa masuk karena biasa beli tiket langsung kepenyelenggaranya. Yup, betul banget, minimal beda 5000 perak dari harga yang ditawarkan calo di jalan tadi.
Bukan iklan

Harga tiket nonton Bang Iwan Fals cukup terjangkau, hanya 20.000 perak dapet kaos plus kopi, nggak ragu lagi, saya pesan dua, yang satunya untuk Bli Kiu. Usai pembelian karcis saya kembali untuk rapih rapih ke Jl. Letda Reta sekalian jemput Bli Kiu. Kesepakatannya 1 motor berdua, biar nggak ribet disana.

Konser ini adalah konser yang paling tertib selama saya nonton konser, iya, emang, fans Virgiawan Listanto (Iwan fals) emang sudah pada dewasa semua. Sobekan tiket langsung kita tukar dengan hak kami yang dijanjikan oleh panitia, usai beli kopi yang harganya 2000 perak, sruput sruput hirupan kopi terteguk. MC mulai keliatan, datengnya telat, harusnya dari pagi, cuap cuap, di jalan, blusukan masuk gang se Denpasar agar penontonnya makin banyak.

Konser ini adalah konser tunggal Bang Iwan bersama biang sponsornya TOP kopi top kopi, kopi top kalo mau jadi ngetop nggak usah ngopi melulu kali Bang ?, penonton makin banyak. Ketika MC nya cuap cuap dan memanggil sang lagenda musik Indonesia barulah semuanya berlarian ke depan.
Dari poster, pin, sticker, CD dan beberapa pernak pernik lainnya yang dijual TIGA RAMBU
Tadi uda gw bilang, konser ini tertib, polisinya nggak ada yang bawa golok (emang biasanya bawa ?). Penontonnya ada yang bawa anak istri, inget lagunya sang lagenda "Libur kecil kaum kusam". Tampak mengelilingi lapangan penonton stand kopi mie instan siap saji, dan beberapa aksesori yang dijual, tampak di belakang sana satu stand sederhana, TIGA RAMBU namanya, sudah beberapa album Bang Iwan jual lagunya lewat Yayasan TIGA RAMBU. Nggak lewat Musica lagi.

Langsung aja, tembang pertama pelepas rindu dimulai dari "Untuk Yani" tarik ma..ng. Kira kira ada 17 lagu yang dibawakan, lagu album barunya berjudul "Sampah", keliahatan beberapa menit sekali Oi (Orang Indonesia) fans fanatiknya Iwan fals beserta panitia bersih bersih lapangan, jadi ini juga konser terbersih yang pernah gw lihat.

Oh ya, ada lagi lagu di album baru yang dikeluarin judulnya "Tak Kenal Maka Tak Sayang", ini konsep lagunya juga keren, tentang makanan. Sementara seingat gw lagu "Sampah" sudah ada bocorannya tahun lalu yang dibawakan di GOR ini juga. Energi ini full rasanya ketika denger lagi "esek esek uduk uduk, kuda lumping, bongkar, nyanyian jiwa sama kesaksian, serasa Mas Willy hadir disini. Ternyata Mas Sawung Jabo, hadir juga tapi di belakang panggung.
Denting gitar lagu "entah" Iwan Fals, dalem banget, ukiran gitarnya juga bermakna dalam, Made in Bali
Dentingan gitar buatan seniman Bali dengan ukiran burung seolah menceritakan agar Bang Iwan terus berkicau menyuarakan kenyataan. Meski terbilang tak muda lagi, Bang Iwan yang juga punya keturunan darah Bali dari Buyutnya masih lantang menyuarakan ketidak adilan. Tembang tembang di album barunya belakangan ini menantang banyak pihak, bahwa dengan usia seperti itu 18 lagu tembang baru tercipta dari kreatifitas dan totalitasnya dalam bermusik. Sementara Band band baru buat lagunya seleutik seleutik. Sebelum orang orang pulang kita duluan keluar agar lebih lengang di jalan. Sukses buat Konser TOP nya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Senin, 07 Oktober 2013

Potography Jalanan

Tak ada yang istimewa dari gambar di bawah ini, terlebih jika dibandingkan dengan hasil bidikan fotographer profesional yang dipajang di tembok untuk konsumsi publik di pertigaan jalan.Kawan kawan pecinta potographydi Bali mengadakan acara sederhana dan mengundang Opening Street Art Gallery yang sebetulnya merupakan rangkaian acara Vision International Image Festival 2013, misinya sederhana yakni membawa potography ke jalan.
Teknik pencahayaan (foto.Catur Yudha Hariani)
Ada yang penting dihari ini, dimana salah seorang pengunjung menggunakan ponselnya dan menantikan dengan sabar asupan cahaya yang datang dari lalu lalangnya kendaraan roda dua dan empat, bagaimana mencari engel yang pas, melukis dengan cahaya, karena bidikannya tanpa flash plus nggak goyak. Setidaknya dalam ajang ini semua orang bisa berlatih mengambil bagian, lewat kreasinya sendiri sendiri.

Oh ya acara ini diadakan diberbagai tempat, yang pertama di sekitar Jalan Nusa Indah, Jalan Akasia dan Mengsi Coffee sementara Oprening ceremony dilakukan di pertigaan Banjar Benkel (Jalan Nusa Indah, Hayam Wuruk) hari Sabtu lalu 5 Oktober 2013 sementara acaranya akan selesai pada tanggal 9 Oktober 2013. Tema yang diusung seputar Laut, jadi buat kawan kawan yang cinta laut dan potography silakan meluangkan waktunya ke tiga tempat tadi, kalau ada tempat juga bisa memasang karya fotonya agar disandingkan dengan karya karya yang lain.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 04 Oktober 2013

Bali Tolak Reklamasi



Info Reptil

Reptil kadal ekor biru, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Indonesia.
Habitatnya di sekitar pantai, banyak sekali penyebarannya, hidup di serasah, berkamuflase di daun daun kering gerakannya amat cepat, sulit untuk ditangkap.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


Kamis, 03 Oktober 2013

Ikan halal, ikan haram

Makanan yang kita makan menjadi sangat penting bagi keyakinan kita. Halal dan haramnya menentukan prilaku kedepan. Ada yang beranggapan hal itu tidaklah penting karena semua tergantung kita. Namun bagi sebagian yang lain menjadi penting, ambil contoh makanan yang kita makan menambah energi, menjadi darah dan daging. Bagi seseorang yang menganggap semuanya sama maka akan berprilaku menyamakan semua, menggampangkan semua, menghalalkan semua yang dilakukannya.

Makanan yang enggak perlu dihitung hitung lagi selain kambing, unggas adalah ikan, ikan dihalalkan selama tidak busuk, sementara unggas dan kaki empat selain anjing dan babi dihalalkan asalkan pemotongannya memenuhi syariat. Hewan hewan yang bercaling juga diharamkan ada yang berpendapat makruh ada yang berpendapat halal, ya jelas aja kalau dalam keadaan terdesak maka semuanya akan halal.

Melihat hal hal diatas baiknya kita mengkonsumsi ikan, rendah lemak, berkalori tinggi, rasanya juga banyak pilihan karena bumbu dan jenis ikannya, Mulailah mengkonsumsi ikan, kawan kawan enggak perlu mikir lagi gimana prosedur pemotongannya, asal semuanya bersih maka ikanpun siap diolah dan disajikan. Ditengah permintaan ikan yang besar baik di pasar global maupun domistik, bisa juga ikan jadi haram, ketika ikan tersebut sudah sangat dilindungi atau diambil dengan membom habitat ikannya seperti karang bagi saya menjadi haram untuk dimakan. Namun ingat lagi, dalam keadaan terdesak bisa lah kita memakannya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Selasa, 01 Oktober 2013

Lumbi lumbia dan sekitarnya

Pagi itu begitu akrab, gradasi warna kepulauan yang menyatu, makin jauh warnanya semakin pekat. Kilatan cahaya ombak bergantian masuk ke jendela mobil yang terpantulkan dari mentari. Cahaya pun masuk menembus jalan dari nyiur yang rapat di pinggir pantai. Terumbu karang aneka rupa, warna laut yang jernih, tembus sampai ke dasar.

Lumbi lumbia adalah nama Desa di Kecamatan Buko Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Dari Salakan Lumbi lumbia bisa ditempuh lewat darat dengan jarak 134 km. Sebelum sampai ke Lumbi lumbia kami sempatkan mengambil gambar karena keelokan Desa desa di sepanjang pantai, terasa hidup di tahun 70 an.

Sebagian besar masyarakatnya hidup dari nelayan, berkebun, di kebun mereka menanami coklat, mente, kelapa, cengkeh dan lainnya. Yang khas dari pulau ini, masyarakat mananam Ubi Banggai yang rasanya sangat dahsyat, super legit. Populasi masyarakat di Lumbi lumbia 43 orang per km2, jadi bisa dibayangkan masih banyak kebun terhampar luas.

Yang paling wahid adalah pemandangan Baharinya dari dalam laut, terumbu karang dengan aneka ikan karangnya, padang lamun, hutan mangrove serta pulau pulau kecil dengan bibir pantainya yang putih landai serasa di dunia lain. Tempat yang seperti ini sangat cocok untuk mengisi liburan panjang anda.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman