Rabu, 10 April 2013

Istana Tampaksiring

Istana Tampak Siring ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Di dalamnya terdapat air suci, bisa juga digunakan sebagai tempat pemandian. Letaknya di ketinggian membawa hawa yang sejuk. Ketika Hari Raya Galungan dan Kuningan tempat ini makin banyak dikunjungi, Galungan dan Kuningan sendiri dirayakan setiap 210 hari penanggalan.  Istana ini terletak di desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Nama Tampaksiring berasal dari bahasa Bali yaitu "tampak" dan "siring" yang berarti tapak dan miring, menurut lagenda yang tercatat di daun lontar konon telapak kaki yang bernama Mayadenawa. Raja ini amat sakti namun memiliki sifat yang sering murka. Ia menganggap dirinya dewa dan menyuruh pengikutnya menyembahnya. Tabiatnya itu membuat Batara Indra marah dan menyuruh bala tentara untuk menangkapnya, dalam pelarian Mayadenawa berlari dan berjalan dengan memiringkan kakinya untuk mengecoh, namun demikian Mayadewa berhasil ditemukan.


Dalam pelarian Mayadewa membuat air beracun untuk membunuh para pengejarnya tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawarnya yang diberinama "Tirta Empul" (air suci). Kawasan hutan yang dilalui dalam pelarian dinamakan Tampaksiring. Dalam masa kemerdekaan Presiden Soekarno memprakarsai pembangunan Istana, dibangun pada tahun 1957 dan berakhir pada tahun 1963, kawasan Istana memiliki luas 3.200 m, dengan memiliki beberapa Wisma seperti Wisma Merdeka, Wisma Yudhistira, Wisma Negara dan Wisma Bima. Arsiteknya sendiri bernama R.M. Soedarsono, tempat ini sangat cocok untuk tamu negara yang menginginkan suasana asri dan nyaman, jauh dari kebisingan kota.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar