Rabu, 10 April 2013

Bukan salah mata

Bukan matanya yang salah, ketika melamar keindahan jutaan rasa, mungkin nuraninya masih belum bersilatirrahmi dengan mata lewat negosiasi. Negosiasi pasti ada, meski tak mencetak undangan yang terbuat dari kertas, coba bayangkan jika setiap negosiasi melahirkan kertas yang semakin hari semakin mahal nilainya. Bukan salah mata jika melihat luluran cahaya di balik kaca, mereka hanya jualan, sementara nurani belum terbiasa bersilaturrahmi dan mengambil palu di pengadilan, hanya untuk memutuskan memejamkan mata.

Mata kadang keluar belek, air mata, lelah, gatal dan keluhan lainnya, mungin masanya tubuh menegur mata lewat isyaratnya. Mungkin masih ranum, namun ujian itu meski disikapi dengan kesabaran. Bukan salah mata ketika kelopaknya tenggelam dan bersandar di peraduan, ia menagih hak, perlu singgah dan bersila. matikan lampu, beri selimut untuk mata yang makin redup.

Bukan salah mata ketika kita melihat dan duduk di kursi yang lusuh, semua memiliki makna, dalam cerlaknya yang cepat, dalam nguapnya yang diisyaratkan mata lewat mulut. Bukan salah mata jikalau umur menjemput, rebah di sudut tanpa pembela. Mata hanyalah alat, bentuknya indah, aneh atau tak melihat. Bukan salah mata jikalau membaca tulisan yang sulit dimengerti seperti ini. Yang penting bisa merenggut makna.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar