Senin, 18 Maret 2013

Kota Tua dari sisi yang lain

Percaya atau tidak jika sejarah kota Jakarta berawal dari sini. Kota tua ini memiliki catatan tersendiri, dimana semua bermula dari sini, ya.. dari sebuah pelabuhan tua yang bernama Sunda Kelapa, penduduk kemudian meleleh sampai ke selatan. Jakarta menjadi kota Metropolitan. Kini Jakarta dikejar waktu atau yang mengejar waktu, dikejar karena pembangunan yang bersifat sentralistik, mengejar waktu justru karena sentralistiknya itu maka semua permasalahan ada disini. Kemacetan, pada musim penghujan awan yang tumpah menghadiahkan banjir untuk kota berpenghuni 10 juta jiwa di saat siang, 2 juta dikala malam.

Pada awal tahun 2013 Jakarta mengulangi menderitaan yang lebih pahit, hal ini dikarenakan, permasalahan lingkungan yang dikesampingkan dari hulu ke hilir. Hutan hutan semakin sempit, tanah tanah resapan air telah dikunci oleh lapisan beton. Kanan kiri sungai yang dulu dihiasi dengan keragaman tanaman kini semakin banyak kita saksikan gundukan sampah yang mengakibatkan pendangkalan dimana-mana, belum habis permasalah itu, jumlah penduduk yang melebihi kapasitas muatan melebar sampai ke pinggir pinggir sungai hingga melakukan MCK disana. Kota ini semakin tak sehat saja. Berbeda dengan cermin yang diberikan sebelumnya, wajah sungai menjadi halaman depan yang lembut dan menyenangkan.

Bangunan yang berdiri sejajar, menampakkan keserasian dalam penataan, nggak ada yang curang menjamah trotoar, memberi kehidupan untuk pepohonan di pinggir jalan. Ruko ruko gaya lama ini juga menjadi inspirasi bagi ruko ruko yang sekarang berdiri, namun ruko sekarang tak memiliki kesatuan yang utuh, disebelah kiri kadang ruko yang penuh dengan kaca, di sebelah kanan penuh dengan beton, di depan kita bahkan ada pagar yang tinggi sekali menghalangi. Sungguh merepotkan mata.

Andai saja bangunan dibuat seperti ini tentunya, pohon pohon memiliki haknya untuk hidup, lorong lorong tempat mengalirnya air juga bisa leluasa di dalam tanah, tanpa sampah berserakan dimana mana, semua menjadi tanggung jawab bagi kita, maukah kita menjaga lingkungan untuk sebuah keberlanjutan yang asri dengan melanjutkan tradisi yang selaras sebelumnya. Sungguh hadir di kota tua bukan hanya mendapatkan hadiah dari keindahannya, namun kisah lama yang mempesona, betapa orang orang sadar akan sebuah arti keselarasan..

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar