Minggu, 07 Oktober 2012

Pagi

Keseharianku bermula dari pagi, menyentuh teh pahit dan makanan alakadarnya. Pagi di desa memang begini, kicauan burung tanpa klakson kendaraan, awan tenang tanpa kepul asap pabrik. dari sini aku belajar bersemedi, tak membuka acara tv, tak membaca kabar murahan. Semua menjadi tenang. Pagi disini merasakan angin yang desir, sesekali menyapu lantai atau sekedar melihat sungai yang lebar, lebih lebar dari Ciliwung yang tercemar.

Pagi disini tak ada negosiasi beli nasi, tak ada radio komporisasi, tak ada wabah dengki dari gosip gosip di televisi. Sesekali kucing kucing menemani, ditiap tempat selalu saja ada kucing yang bisa mengisi hari. Anak anak kecil menantang main, bernyanyi, buat ini dan itu. Pada pagi kadang diisi pekik, terlebih ketika membayangkan birokrasi siang hari yang akan dilewati, lobi ini, lobi itu, harus dandan rapi, senyum senyum, rambut disisir, pakai kemeja, celana panjang dan sepatu.

Pada pagi disini aku sering membuang sampah dari sisa potongan makanan organikku. Mengumpulkannya pada satu lubang agar tanahnya makin subur. Pada pagi ku sirami tanaman, ku singkirkan benalu, kupandangi semangat batang, ranting, buah, bunga serta dedaunan yang terkena matahari. Tanpa basa basi dialog kota yang menanyakan status atau masalah pribadi. Semoga aku bisa terus berkencan dengan pagi pada desa yang desir.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar