Jumat, 27 September 2013

Nasib Nelayan

Oh Ibu, ketika kau hiasi kamar tamu dengan lampu permata
Kau tempatkan aku di belakang rumah
Gelap sendiri, di bawah ranting ketapang di samping kandang ayam

Temboknya bunyi karena angin
Atapnya bocor selagi hujan
Hanya ombak menghibur tanpa harapan

Karang karang setiap hari dipesan pemborong untuk pondasi
Ikan ikan tak ada lagi
Musim tak menentu lagunya telah ku hafal.

Dimana kamu Ibu, ketika aku mimpi diikat dan ditenggelamkan bersama rumah
Dimana kamu Ibu, ketika semua lomba naik Jet pribadi sementara jukung lubangku tanpa penolong
Dimana kamu.., tak mengapa aku tanpa Ibu, namun ikan ikanpun pergi tanpa mengingat kenangan mesra simbiosis mutualisme.
ikan ikan tangkapan semakin kecil dan sedikit (foto.fadlik)
Babak kedua modernisasi, ketika kisah lama abrasi intrusi
Investor mengeruk untung dari reklamasi bias konservasi.
Keserakahan telah mengalahkan hak azasi hidup biota.
Kemurkaan sang benar tak ditakutinya lagi.
Air air asin semakin menjauh karena yang dekat telah menjadi kotor dan tercemar
Sementara lukaku tambah infeksi dibuatnya, sambil menunggu waktu, tua, pesakitan dan mati.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar