Senin, 25 Mei 2015

Ulang Tahun ke 10

Rasanya baru kemarin Institut Kali Pasir berdiri, pelatih basket ternama Jakarta dengan lantang tanpa tanding.

Rasanya belum lama Vespa mogok kepunyaan kosong dua sering mampir di Pancoran, atau pada terik hampiri Brigjen pemapak bawang putih.

Lalu kerumunan masa memenuhi Bundaran HI, derap, joget, kebersamaan menuju Jl. Medan Merdeka No.14. Kemudian Cemara memberi jalan membangkitkan media membuat lambang. Kecamuk Wartawan gledek serta para almarhum melengkapi cerita kami.
Sevenist di KL 

Selamat jalan para pendahulu, selamat datang pahlawan muda. Di atas Panggung terasa suara gema berseru dari Rektor Institut Kali Pasir, Brama Kumbara, Ki Hajar Dewantara, Dewi Kwan Im berkata dalam satu irama "selamat ulang tahun yang ke 10 Sevenist".

Salam berbagai,
Fadlik Al Iman

Minggu, 24 Mei 2015

Atau

Semangat patung sebelum polusi mengabdi pada ego penghuni kota. Dia memang patung, tak berpikir, tak bergerak. Namun muntahan semangat.

Sekali lagi terlihat, hitam, kosong, dihajar hujan dan terik, hanya diam. Berapa macam badai dialaminya. Dia tetap disitu, tak berbuat apa apa.

Mungkinkah kita seperti dia atau lebih buruk karena tak pernah memberi semangat pada diri, pada arti, atau kau mengartikannya bahwa kota sendiri dan kamu sendiri.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

JADI WAJAR TOH

Ketika semua marah pada apa yang disangkakannya. Ngambek numplek karena merasa tertipu. Kemudian pagi menegurnya. Dahulu embun jatuh disini, sekarang tak lagi.

Sebab mengapa ia jatuh, padi padi memanggil senang. Sekarang tak ada lagi, hanya ada aspal di tengah kami, sesekali bangkai tikus kasih berita, karena gilasan roda.

Embun tak ada, padi tak berupa, aspal nampak, urban tercipta, jadi wajar toh ada beras palsu. Sementara kita teriak beras palsu dimana mana, investor jauh datang bangun gedung, membeli tanah lagi dan lagi. Sekolah pertanian miskin peminat, koruptor dipelihara.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Di kedalaman

Hari ini dan selanjutnya dimana embun pagi slalu ada. Dibungkus pejalan kaki yang kalah oleh ego kendaraan. Berjalan pada zebra cros yang makin disudutkan perlakuan.

Merokok di kendaraan, membuangnya di jalanan, makannya di kendaraan nyampahnya di aspal. Sementara pejalan kaki semakin sepi, menggunakan masker di bungkus kendara di samping perokok. Semuanya angkuh.

Jika kebenaran di sudutkan, tersudutkan, maka ku ajak kau ke puncak, namun pada megahnya perayaan kembang apapun ada, petasan tercipta.

Aku, tikus alpin, elang dan harimau pun muak, hidup semakin sulit, orang orang tanpa ilmu merajai kehidupan, mereka menggunakan kendara, membuat asap, memeriahkan diri dengan warna serta suara.

Kemudian capung mengajakku di kedalaman. Hanya terbang, diam dan terus berbuat untuk orang orang tak berilmu.

Kemudian awan bergerak, membisikkannya padaku. Mereka bukan tak berilmu, mereka tau, namun membiasakan ketololannya. Lantas aku dan capung bergerak menuju dalamnya apa yang membuatnya begitu. Tanpa masker oksigen kurasa bisa.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman




Senin, 11 Mei 2015

RUMAH SAKIT PELNI

Foto. Fadlik 
Bertempat di Jalan KS Tubun Petamburan, rumah sakit milik pemerintah ini termasuk rumah sakit besar, memiliki ratusan kamar inap serta puluhan dokter yang spesial di bidangnya.

Kini dengan adanya BPJS ruang UGD bertambah padat, rumah sakit ini rasanya tak pernah istirahat dalam menerima pasien yang mengeluhkan sakitnya.

Meski demikian rumah sakit ini tak pernah lelah dan terus berusaha meningkatkan fasilitasnya, kini di depan gedung lama berdiri tegak gedung Poliklinik, gerbang masuk pun dibuat lebih lapang sehingga tak lagi terlihat kumuh.

Salam berbagi,