Senin, 31 Agustus 2015

Kami

Kami hanya sapu jumlah satu, bisa karena bapak yang bijak. Sehat karena ibu pengasuh. Duri dalam hidup tak lagi kami rasa, karena lama kami tak makan ikan.

Hanya nasi, lebih baik asap, hanya kuli lebih baik korupsi. Orang hanya pakai "hanya", dengan maksud halus agar tak terlimpah segala susah.

Namun ruang dan waktu lebih tau, bersekutu lalu menyeleksi siapa di antara kita yang jadi jawaranya.

Kami hanya anak kampung, yang punya keringat untuk diperas, tidak punya otak yang mapan untuk jadi anggota dewan.

Kami hanya di jalan, trotoar sofa kami, debu jadi selimut, rindu jadi jawaban. Kami sedang berhijrah, menuju harap yang kalender.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar