Rabu, 10 September 2014

Bali Tolak Reklamasi

‘’Pemasangan baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa dan pembatalan Perpres 51/2014 merupakan yang kedua kalinya. Karena sebelumnya baliho yang telah dipasang, dirusak orang tak dikenal,’’ kata Kelian Banjar Kedaton Kesiman, AA Yudana Putra, didampingi Kadus Kedaton Kelod, Made Senud dan Kadus Kedaton I, Nyoman Kondra, SE.,
Aksi pemasangan baliho tolak reklamasi, diawali dengan kerja bakti di lingkungan Kedaton Kesiman. Setelah itu dilanjutkan dengan peletakan batu pertama, serangkaian pembangunan patung dan candi bentar, oleh pangelingsir Puri Pemayun Kesiman, Ida Nararya Oka Pemayun, dan tokoh masyarakat Banjar Kedaton, Kesiman, I Gusti Ngurah Gede, SH.

Yuda Putra menegaskan, penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh masyarakat Kedaton dan juga paguyugan kadus se-Kesiman Petilan, bukan sekadar ikut-ikutan. Tapi murni didasari atas fakta, di mana abrasi yang terjadi di Pantai Padanggalak sudah semakin parah. Menurutnya, pada awalnya pantai yang selama ini dijadikan pusat kegiatan melasti oleh 16 desa pakraman di Kota Denpasar, luasnya mencapai 80 hektar. Namun setelah Serangan direklamasi, abrasi makin parah dan kini luas pantai tinggal sekitar 16 hektar. ‘’Kebetulan kami yang mewilayahi Pantai Padanggalak merasa prihatin. Kami tak ingin kasus abrasi itu terulang lagi, sehingga kami tetap menolak reklamasi Teluk Benoa,’’ kata Yudana Putra.
Dua baliho berukuran 3 X 5 meter dan 3 X 4 meter dipasang di depan balai banjar dan di perempatan Jalan Waribang. ‘’Dua baliho ini merupakan pengganti, karena yang sebelumnya dirusak oleh orang yang dikenal,’’ ujarnya.
Sementara itu, Koordinator FOR Bali, Wayan ‘’Gendo’’ Suardana, yang juga hadir dalam acara itu mengakui, belakangan ini memang banyak baliho penolakan reklamasi yang dirusak. Pihaknya mencatat ada sekitar 16 baliho yang dirusak. Aksi penolakan reklamasi diakhiri dengan orasi yang dipandu koordiantor Paguyuban Kadus se-Kesiman Petilan, Ir. I Ketut Adi Putraka. (105)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar