Jumat, 27 Desember 2013

Kisah rumah sepetak

Hujan turun di atas tanah sepetak
Tikus tikus kawin di bawah genting
Ringkihnya mengganggu senggamaku di awal pagi
Gerimis rata sampai ke akar kamboja.

Kolam batu sebilah di depan rumah
Anggerek anggrek gembira lagi
Katak sembunyi dalam diam
Ikan cere memakan larfa nyamuk

Demikianlah hidupku pada Mu
Wudhu, kesiangan, tak khusuk, bolong bolong
Sementara semua tak menghiraukannya

Aku memang tak kuat
Dikala malam dengan bir,
Sementara warung warung tua menagih di beli
Uangku cuma receh
Sementara kemilau se jalan raya

Kamar mandi di ruang belakang,
Toulet ngganggur terus disolek
Kebun sepetak melihat tuan rumah buang air,
Begitu pula penghematanku pada sabun
Semua bercerita

Cermin mendongak ke ubin
Dua kasur yang satu jadi lemari
Satu meja multi fungsi, meja pendek jadi dapur
Kami mengikat tubuh erat, melepaskannya dengan gergaji

Lalu letupan saling silang, pecah amarah, tampaklah tangis
Mungkin dan mungkin sampai sekarang kau masih begitu
Sementara gemuruh, gerimis, hujan telah ada sejak lama
Sementara gemuruh, ruang dan waktu sudah nampak sebelummu

Kita akrab, pecah, saling canda, merana tak mengadu
Lalu diam, liar sendiri sendiri sementara ruang dan waktu tetap saja sama
Lalu minuman jahe memasuh dalam dinginnya asa

Ubud, 17 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar