Senin, 03 Juni 2013

Pemilik Tanah

Gaya hidup hedonis, globalisasi dan modernisasi, mengalihkan sedikit paham, yang kotor, jorok, susah, nggak punya uang, yang berdasi, semuanya wangi, berarti punya uang. Padahal bisa jadi ia nipu. Begitu ungkapan tukang warung dipinggir jalan yang uda ngerti dengan bahasa bahasa hedonis. Kehidupan metropolis menggiring manusia kearah itu, terlebih televisi mengiming imingi. Orang orang desa mau ke kota, menjual tanahnya untuk mengadu nasib di kota.

Kebanyakan orang orang nekad, berangkat dari desa tanpa berbekal pengetahuan, keahlian yang dibutuhkan. walhasil kalah perang, setelah balik ke kampung uda nggak punya tanah.  Yang berhasil di kota hanya menjadi buruh, pendukung produk kapitalis. Yang sering mereka lupa adalah dari tuan rumah menjadi tamu, dari raja tanah menjadi buruh. Untuk para pejuang pembalik tanah, hidup anda sehat di desa, makanan cukup menyehatkan, mengapa terimingi oleh belantara beton yang lebih kejam.

Pemerintah berupaya, menyejahtrakan petani, menutup impor, menaikan harga pangan dari produk lokal, orang orang kota juga ke desa, mengupayakan olahan organik, menjadi petani berdasi yang infestasinya lebih besar. Bayangkan kalau orang kota saja berani membeli tanah atau menyewanya untuk bertani, maka kita semua pemilik tanah apakah tidak berkaca pada kesuksesan mereka.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar