Jumat, 28 September 2012

Anak

Mencintai anak anak harus dekat dengan canda, tak berhenti berharap, mempelajari yang diinginkannya, tak berjarak, mereka canda maka kitalah yang demikian, mereka tangis maka tangan dan rasalah sebagai rangkulan. Mereka adalah harapan harapan baru negeri ini dimana gumpalan masalah akan dipecahkannya lewat strategi yang diyakininya, bagai mengutak ngatik mainan yang dirusaknya dulu namun belum tentu diperbaiki, maka gunanyalah kita ada, mendampinginya, membiasakannya dengan jawaban yang mudah sekali dicerna dalam bahasa mereka, dalam minta kita memberi, bukan kasih yang salah kaprah.

Ini satu cerita yang sering terjadi, ketika anak anak belum cukup umur, meringik, meminta dibelikan motor, orang tua dengan perasaan kasihan dan sayang memberikannya, tak lama kemudian anaknya celaka karena berkendara. Anak anak masih labil, emosionalnya belum terlatih dalam imbang, mau menampakkan diri bahwa dia bisa, kebut dijalanan dilakukannya, karena dalam hidupnya ingin mendapatkan pengakuan, yang alamiah dan manusiawi dalam kehidupan sosial.

Anak merekam dalam diam, bertanya dalam gusar, marah dalam rasa ingin berharap lebih. Anak anak bagai air, api, tanah liat yang lembut, kaset kosong, embun, kapas dan anak adalah anak. Betapa dari anak kita banyak mempelajari kejujuran, polos, mencintai dalam arti tanpa celah intrik melirik. Anak adalah kembara dalam bahasa kita yang melihatnya, bertualanglah bersamanya, yakinlah bahwa kita banyak bisa belajar dalam bahasa mereka. Mari kita semua makin mencinta, memberi semua dalam hidup yang singkat ini.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar