Senin, 30 April 2012

Gunung Dempo

 bersama Pak Anton di Pagar AlamAkhir tahun 2004 kami hampiri gunung Dempo di ketinggian 3159 mdpl. Gunung ini terletak di perbatasan Sumatera Selatan dan Bengkulu. Untuk mencapai Pagar Alam via darat dari Palembang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. Target pertama kami adalah rumah Pak Anton. Hampir semua pendaki mampir ke tempat Pak Anton, tokoh Pecinta Alam yang dituakan dari Lampung sampai Sumsel. Kami sempat menginap di rumahnya. Waktu tempuh dari Pagar Alam ke PTPN III memakan waktu kurang lebih setengah jam. Untuk mencapai rumah Pak Anton sangat lah mudah, cukup mencari Pabrik Teh PTPN III sampailah kita ke tempat Pak Anton, karena semua mengenalinya.

puncak 1 Dempo
Hari berikutnya kami bergerak ke tempat yang lebih tinggi. Patokan pintu masuk gunung Dempo adalah batas hutan. Di sini kita bisa mendapatkan air. Jalur menuju puncak cukup jelas, dengan akar akar kecil yang melintang di jalur, kalau dikira kira seperti jalur Putri kalau mau ke Surken di gunung Gede Pangrango. Dari segi jalur gunung ini tidak memanjakan kita, kemiringannya cukup menguras tenaga. Ketenangan serta isi hutan yang homogen  bisa membayar rasa lelah ketika melakukan perjalanan. Seperti biasa jikalau makin tinggi kita menapak maka yang terlihat pohon pohon yang semakin kecil, tingkat peredu. Puncak Dempo lain dari yang lain, memiliki dua puncak yang terpisah jauh. Puncak kedua disebut Puncak Api. Dari Puncak Api kita bisa menyaksikan kesempurnaan yang luar biasa.

Puncak gunung Api, Dempo
Sumber air di ketinggian terdapat di sekitar lembah, diperkirakan aliran air ini berasal dari rembesan belerang kawah di gunung Api, rasanya sedikit kecut. Berjalan meniti mendekati Puncak Api tidak begitu sulit. jalurnya jelas, memiliki kelerengan sekitar 40 derajat. Malam yang tenang kami tembus untuk menuju puncak. Pagi hari kami sampai di atas, semuanya terharu dan mengucapkan selamat. Rasa dingin sampai ke tulang, kami mengganti pakaian untuk mengabadikan gambar, maklum masih suasana Lebaran. Terlihat lubang kawah yang sesekali tertutup kabut. Diperkirakan 100 meter persegi dengan keterjalan lereng yang cukup curam, jikalau ingin menuruni kawah diperlukan tali dan perlengkapan lainnya sebagai pendukung, namun harus berhati hati karena lerengnya rapuh. 






Sapta Pala di Puncak DempoKetika cuaca cerah secara otomatis kita bisa melihat Samudera Hindia serta Propinsi Bengkulu. Sembilan orang Sapta Pala dan dua orang dari Brimpals FP UMP sampai di puncak. Sapta Pala adalah generasi ketiga dari Pecinta Alam di SMAN 7 Jakarta, di tahun 70-an ada CoY, 80-an Repala 7 Jakarta. Perjalanan Sapta Pala SMAN 7 Jakarta di bulan Syawal kali ini memberi banyak kesan, terlebih ini adalah Ekspedisi pertama di luar pulau Jawa. Selamat tinggal Dempo, doakan kami kembali dan menjelajahi Alam ciptaan-Nya dengan mempelajari ayat tersurat dan tersirat.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman


# Catatan perjalanan Ekspedisi Ketupat Sapta Pala SMAN 7 Jakarta 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar