Pasukan khusus Amerika menerobos rumah salah seorang pemimpin Taliban di Afghanistan pada musim gugur 2018.
Seorang prajurit mengarahkan senjatanya ke samping, sementara prajurit lainnya menodongkannya langsung ke wajah sang pemimpin Muslim.
Namun, senjata prajurit yang menghadap sang pemimpin Muslim itu macet!
Ia berusaha berulang kali untuk menghidupkannya kembali, semua itu hanya berlangsung dalam hitungan detik.
Sang pemimpin sempat meraih senjatanya sendiri, tetapi hanya tersisa satu peluru.
Ia arahkan peluru itu ke prajurit tadi, lalu prajurit itu pun roboh seketika.
Senjatanya terjatuh tepat di depan kaki sang pemimpin Muslim, dan ternyata senjata itu pun macet sama seperti sebelumnya.
Sang Muslim mengambilnya, sementara prajurit satunya lagi berbalik menghadapnya. Belum sempat ia berpikir, sang Muslim telah menembaknya seperti temannya, dan ruangan pun menjadi gelap. Ia segera berbaring di bawah meja, dan setiap kali ada prajurit masuk, ia robohkan mereka dengan satu tembakan pertama. Dengan kehendak Allah, senjata itu kembali berfungsi normal.
Hingga akhirnya, ia berhasil menumpas seluruh pasukan itu seorang diri. Ia lalu menoleh ke belakang untuk melihat istrinya dan anak-anaknya di ruang sebelah. Ia mendapati mereka sedang shalat berjamaah, dan tidak seorang pun—baik istrinya maupun anak-anak kecilnya—membatalkan shalat meski mendengar suara tembakan.
Maka ia berkata dalam hati: “Sungguh layak bagi Allah untuk melindungiku, sementara keluargaku sedang merendahkan diri memohon kepada-Nya.”
Catatan:
Media Amerika menyebarkan foto ini seakan-akan tentara mereka berhasil menangkap seorang “teroris Muslim”. Padahal kenyataannya, seluruh pasukan itu habis tak bersisa!
Amerika yang menggambar dan mempublikasikan foto itu dalam media mereka sebagai bukti kemenangan. Namun ketika intelijen Taliban melihat foto itu di koran, mereka justru membeberkan kebenarannya. Sayangnya, media Islam lebih sibuk dengan berita sepak bola, konser Amr Diab, Elissa, dan Kazem.
Ditulis oleh: Muhammad al-Fatih.
Kisah nyata, dikirimkan oleh sahabat saya dari Afghanistan, Abdul Haq Khairuddin Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar