Senin, 31 Agustus 2015

Untuk Buya

Pada malam yang gelap, debu debu terbawa angin, di atas aspal masuk ke selokan. Ada yang beruntung hanya singgah di keset dan filter AC. Pada malam malam sebelumnya banyak orang lapar karena tak tau mengolah tanah.

Pada malam malam ini,  banyak orang lapar karena tanahnya tergadai. Debu debu malam hanya ikut hembusan angin, masuk ke dalam selokan kemudian di bawa air.

Cerita ini bukan hendak bermaksud namun memperkirakan seberapa lelah nalar ini bekerja di ujung malam. Ada cara cara,  ada kata kata yang kemudian dirangkai dan pernah bergema di masjid ini.

Buya sang Ulama,  sang pujangga, yang keras, yang tegas yang lembut menghanyutkan. Di dalam tatap malam aku rindu Buya hadir. Smilir ku ingat, seringai suara radio samar, suara Buya terdengar.

Aku rindu, begitu merindu, al fatihah.

01.47 depan Masjidmu Buya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar