Senin, 10 Maret 2014

Wanita Perkasa Melawan Kolonialisme

Sejarah hidup Cut Nyak Dien tidak terlepas dari semangat perjuangan dirinya dalam menghadapi kolonialisme Belanda di Indonesia. Ia memulai perjuangannya sejak masih berada di Aceh. Ia merupakan istri dari pahlawan nasional Teuku Umar. Cut Nyak Dien pernah berjuang bersama suaminya melawan penjajah. Setelah suaminya wafat akibat dibunuh oleh kolonial Belanda, ia kemudian berjuang sendiri bersama pasukannya melawan kolonialisme. Pada tanggal 6 November 1905, ia akhirnya ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda dan disiksa secara kejam sehingga kedua matanya menjadi buta. Pada tahun ini juga ia dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda ke Kota Sumedang.

Cut Nyak Dien kemudian tinggal bersama keluarga Kiai Haji Ilyas dan Hajjah Solehah. Atas saran dari Bupati Sumedang pada saat itu yang bernama Suria Adireja, Cut Nyak Dien dititipkan di salah satu rumah milik keluarga tersebut. Untuk menyelamatkan diri dari kejaran Belanda, Cut Nyak Dien mengganti namanya menjadi Nyi Prabu dan mengabdikan hidupnya dengan mengajarkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab kepada masyarakat setempat. 


Itulah mengapa masyarakat Sumedang lebih mengenal nama Cut Nyak Dien dengan sebutan Ibu Prabu dari Seberang, yang artinya adalah seorang ulama perempuan yang masih rajin dan tekun mengaji meski penglihatan fisiknya sudah tidak lengkap lagi. Oleh karena kondisi fisik dan kesehatannya yang semakin menurun, maka tiga tahun kemudian (6 November 1908) Cut Nyak Dien menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam usia 58 tahun di rumah milik Nyi Solehah, Kota Sumedang. 
Cut Nyak Dien merupakan sosok ulama, pejuang, dan tokoh masyarakat yang banyak berjasa terhadap sejarah bangsa Indonesi.

Salam berbagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar