Rabu, 28 Mei 2025

Argo Anak Hebat Korban Tabrak Lari

 Kasus tabrak lari yang menewaskan mahasiswa hukum UGM, Argo Ericko Achfiandi menyita perhatian publik. Argo diketahui merenggang nyawa akibat ditabrak pengemudi BMW bernama Cristiano Pangarapenta (CPP) di kawasan jalan Palagan, Sleman. 


Kepergian Argo menyisakan duka mendalam bagi sang ibu, Meillinia. Meillina mengungkapkan jika sang putra merupakan anak yatim yang hidup 11 tahun tanpa figur seorang ayah. Sejak kepergian suaminya pada 2014, ia berjuang keras demi sang anak bisa mengemban pendidikan agar berhasil di masa depan. 


"Sayalah ibu yang mendidik hingga saat ini dengan seorang diri tanpa adanya suami," ucapnya melalui Zoom. 


Sebagai ibu, Meillina bersaksi putranya sosok yang baik. Dengan kesedihan yang tak bisa dibendung, ia berterima kasih kepada dukungan dan perhatian yang diberikan untuk sang anak. Baginya, Argo merupakan anak yang hebat dan semangat kuliah. 



“Saya bersaksi sebagai ibunya bahwa Argo adalah anak yang baik, anak yang hebat, dan anak yang memiliki kasih tinggi, semangat terutama dalam kuliah," ungkapnya sambil menangis.


Meillinia baru menyadari perjuangan anaknya untuk dapat nilai terbaik di UGM setelah putranya telah tiada. "Saya benar-benar baru mengetahui dari anak-anak fakultas terutama teman-teman mahasiswa, ternyata sebegitunya effort anak saya, sebegitu semangat sekali dalam mencapai cita-citanya," tutup ibunda Argo.


📷: Instagram/@law.ugm

Pendidikan Sesungguhnya Di Luar Barak Militer

 "Dengan Mata Tertutup"


Resepsi pernikahan sore itu begitu meriah. Tawa, peluk hangat, dan iringan musik lembut menjadi latar suasana bahagia. Di tengah riuhnya hadirin yang bersalaman dan saling menyapa, seorang pria muda berpakaian rapi tiba-tiba menatap seseorang dari kejauhan. Seorang lelaki tua duduk tenang di pojok ruangan, menikmati secangkir teh, dengan wajah yang teduh dan senyum yang tak pernah lekang dari bibirnya.



Langkah pria muda itu terhenti sejenak. Napasnya tertahan. Matanya membelalak seolah menyaksikan sesuatu yang telah lama hilang dari memorinya.


"Itu… dia. Guru itu…"


Dengan langkah cepat namun penuh hormat, ia menghampiri lelaki tua itu. Lalu menyalaminya erat, bahkan terlalu erat.


“Assalamu’alaikum, Pak Guru. Apa kabar? Bapak masih ingat saya?”


Lelaki tua itu memandangi wajah di hadapannya, mencoba menelisik dalam ingatannya. Tapi ia hanya tersenyum dan menggeleng pelan.


“Maaf, Nak… sepertinya tidak. Siapa ya?”


Wajah pria muda itu sedikit berubah. Ada kegugupan dan keterkejutan.


“Masa sih Bapak tidak ingat saya…? Saya murid Bapak. Dulu di kelas 2 SMA…”


Dia terdiam sesaat. Matanya mulai berkaca-kaca. Lalu dengan suara yang sedikit bergetar ia melanjutkan:


“Saya… murid yang mencuri jam tangan salah satu teman di kelas. Ingat, Pak?”


Mata sang guru menyipit, mengingat-ingat. Tapi yang terlihat hanya tatapan kosong. Tak ada isyarat bahwa ia mengingat peristiwa itu.


“Waktu itu,” lanjut sang murid, “Teman saya menangis karena jam tangannya hilang. Bapak marah. Tapi Bapak tetap tenang dan penuh wibawa. Bapak menyuruh kami semua berdiri menghadap tembok, dan menutup mata. Bapak bilang akan memeriksa kantong kami satu per satu.”


“Saya… gemetar, Pak. Jantung saya nyaris copot. Saya yakin, habis sudah saya. Hari itu akan menjadi akhir dari harga diri saya. Saya akan dipermalukan. Dihina. Dicap sebagai pencuri, seumur hidup. Di depan teman-teman. Di depan guru-guru.”


“Tapi... Bapak memeriksa kami satu per satu, tanpa suara. Saat tiba giliran saya… Bapak mengambil jam itu dari kantong saya, tanpa sepatah kata pun. Tapi Bapak tetap melanjutkan memeriksa semua murid sampai selesai.”


“Setelah itu, Bapak menyuruh kami membuka mata. Dan… yang Bapak lakukan hanya mengangkat jam tangan itu dan menyerahkannya kepada pemiliknya. Tanpa menyebut nama pencurinya. Tanpa menyudutkan siapa pun. Tak satu pun kata keluar dari mulut Bapak tentang siapa pelakunya.”


Sang guru terdiam. Tapi lelaki muda itu terus berbicara.


“Bapak… sejak hari itu hidup saya berubah. Saya sadar. Saya merasa sangat berdosa. Tapi di saat yang sama, saya juga merasa... diselamatkan. Bapak tak hanya menyelamatkan wajah saya hari itu, tapi juga masa depan saya. Saya malu luar biasa, tapi Bapak tidak menjatuhkan saya. Justru karena itulah saya bertekad menjadi pribadi yang jujur, bekerja keras, dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan.”


“Sampai akhirnya saya berdiri di sini, Pak… sukses dalam hidup, insyaAllah, dan semua itu karena Bapak.”


Dia menghapus air matanya. Lalu berkata pelan:


“Bagaimana mungkin Bapak tidak mengingat saya?”


Sang guru menatapnya. Lalu tersenyum dengan mata yang kini ikut berkaca-kaca.


“Nak… aku tidak mengingatmu… karena saat aku memeriksa kalian satu per satu waktu itu… aku pun menutup mataku.”


Dia berhenti sebentar. Suaranya menjadi berat, tapi tenang.


“Aku tak ingin tahu siapa yang mencuri. Aku tak ingin kecewa. Karena aku mencintai kalian semua... tanpa syarat.”


Pria muda itu terdiam. Tangisnya pecah.


Orang-orang di sekitar mereka mungkin melihat dua sosok sedang berbincang dan tertawa kecil. Tapi tak seorang pun tahu: di sudut ruangan itu, sedang berdiri dua jiwa yang saling terikat oleh satu peristiwa sederhana namun penuh hikmah. Satu guru, yang memutuskan untuk menutup mata demi menjaga kehormatan muridnya. Dan satu murid, yang memilih jalan hidup baru karena kasih sayang yang tak terlihat tapi terasa begitu dalam.


Hikmah dari Kisah Ini:

1. Seorang guru bukan hanya pengajar, tapi pembentuk jiwa.

2. Terkadang, pengampunan lebih kuat daripada hukuman.

3. Kita tak selalu tahu seberapa besar dampak kebaikan kecil yang kita lakukan pada hidup seseorang.

Selasa, 27 Mei 2025

Lari Ke Barak Caba Dipikir Lagi

 

Fokus pada kontrol dan kepatuhan fisik daripada kesadaran atau pemahaman intelektual.


Penjabaran:

Mendisiplinkan tubuh

→ Mengarahkan individu untuk patuh, tunduk, dan mengikuti aturan secara fisik: duduk tegak, diam, berjalan dalam barisan, tidak melawan, bekerja sesuai perintah.

→ Seringkali digunakan dalam konteks otoriter, seperti militer, sekolah otoriter, atau sistem kerja keras.


Bukan mengajak berpikir

→ Tidak mendorong individu untuk bertanya, meragukan, menganalisis, atau memahami alasan di balik aturan atau tindakan.

→ Mengabaikan potensi intelektual atau kritis seseorang.


Konteks Kritis:

Frasa ini bisa menjadi kritik terhadap sistem yang menekan kebebasan berpikir, seolah-olah yang penting hanyalah kedisiplinan fisik, bukan kesadaran dan pemahaman.


Contoh:

Dalam pendidikan: ketika sekolah lebih fokus pada pakaian seragam, baris-berbaris, atau hukuman fisik, tetapi tidak mendorong siswa untuk berpikir kritis atau bertanya.


Dalam pekerjaan: buruh pabrik yang hanya dilatih untuk menggerakkan tubuh sesuai perintah, tanpa diberi pemahaman tentang sistem kerja atau alasan produksi.


Dalam masyarakat: ketika norma sosial menekankan “patuh” dan “tertib” daripada berpikir mandiri.


Kesimpulan:

Kalimat ini menunjukkan sebuah ironi atau kritik terhadap pendekatan yang terlalu menekankan kendali atas tubuh manusia, tetapi mengabaikan potensi berpikir, kesadaran, dan kebebasan intelektual.


Kalau kamu punya konteks atau sumber kutipan ini, aku bisa bantu jelaskan lebih spesifik juga.

Kisah Predator Dan Induk Sapi

Saat kasih sayang menyatukan dua makhluk berbeda—kisah haru macan tutul dan sapi.



Di Gujarat, seorang pria membeli seekor sapi. Pada malam hari, ia sering mendengar anjing menggonggong berturut-turut selama beberapa malam. Karena penasaran, dia memasang CCTV dan terkejut melihat seekor macan tutul datang setiap malam dan duduk di dekat sapinya. Setelah menanyakan kepada pemilik sebelumnya, dia mengetahui kisah mengharukan: induk macan tutul itu terbunuh ketika anaknya masih berusia 20 hari. Sapi itu yang memberinya susu dan menyelamatkan nyawanya.


Anak macan tutul itu kemudian dilepaskan ke hutan saat dewasa, tapi setiap malam, macan tutul dewasa itu masih datang dan menghabiskan waktu bersama sapi tersebut, yang dianggapnya sebagai ibu. Kisah ini menunjukkan ikatan unik antara hewan dari spesies berbeda, penuh kasih sayang dan kesetiaan yang luar biasa.


#KisahNyata

#CintaTanpaBatas

#PersahabatanAjaib

Qurban Sevenist Club 2025

 


Jakarta, 26/05/25. Belasan aktivis sebagai panitia memenuhi ruang rapat di Sekretariat Sevenist di bilangan Matraman.


Mereka ingin melakukan hajat hidup orang banyak, Hamzah Lukman sebagai Ketua Umum Sevenist Club mengintruksikan membuat kepanitiaan Qurban untuk orang-orang yang tidak mampu di sekitar Matraman, tentunya juga untuk warga Sevenist yang membutuhkan.


Hadir di ruang rapat dari berbagai angkatan, dari 1983, 1986, 1987, 1996, 1998 sampai angkatan 2002. Mereka tidak lain untuk membagi tugas dalam kepanitiaan ini. 


Diketahui bahwa Sevenist Club baru mengumpulkan, satu sapi+ dan tujuh kambing, kesemuanya dari para Alumni sebagai pekurban. In sha Alloh akan terus bertambah jelang hari H, ayo ditunggu qurbannya para anggota Sevenist.


Diinformasikan melalui Humas bahwa Qurban bersama Sevenist Club, kami menerima dan menyalurkan hewan qurban pada Idul Adha 1445 H atau tahun 2025 ini. Untuk sapi kita membuka dengan harga 24, 5 juta, sehingga jika patungan tujuh orang 3,5 juta.


Yang menarik adalah kambing, kami memiliki empat tipe kambing yang kami beri kode tipe A sampai tipe D. 


Untuk tipe A Dangan harga 3 juta perekor, tipe B 3,5 juta, tipe C 4 juta dan yang terakhir tipe D dari harga 5 sampai 7 juta perekor, tegas Humas Sevenist Club.





Sementara jika ingin memesan sapi bisa menghubungi *Arina dari Sevenist angkatan 1983, di nomor WA 0812 9181 8164*, dan bagi Abang mpok kakak adik yang ingin memesan kambing bisa menghubungi *Halim di nomor kontak, 0815 9212 3131*. Informasi tambahannya adalah , untuk selanjutnya pemotongan hewan Qurban akan dilaksanakan in shaa Alloh pada hari Minggu tanggal 8 Juni 2025, pukul 08.00 sampai selesai, bertempat di Sekretariat Sevenist Club Jl. Pramuka Raya No. 4 Jakarta, demikian informasinya, tutup Boed, dari Team Humas Sevenist. (FA/YA).

Tuman

 


Minggu, 25 Mei 2025

Mahasiswa UGM Nyatakan Mosi Tidak Percaya terhadap Rektor, Desak Sikap Politik Kampus

Yogyakarta – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan mosi tidak percaya terhadap Rektor UGM, Prof. Ova Emilia. Pernyataan itu disampaikan secara terbuka dalam aksi yang digelar di halaman Balairung UGM sejak pertengahan Mei 2025.


Aksi yang digagas Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM tersebut dilatarbelakangi kekecewaan mahasiswa terhadap sikap rektorat yang dinilai tidak tegas dalam merespons berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat.



Sedikitnya sembilan tuntutan disampaikan dalam aksi tersebut. Salah satu poin utama adalah desakan agar Rektor UGM menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga negara seperti eksekutif, legislatif, dan yudikatif.


Pada Rabu (21/5/2025), pihak rektorat menemui mahasiswa dalam dialog terbuka. Namun, tuntutan agar kampus menyatakan sikap politik ditolak. Rektor Ova Emilia menegaskan bahwa UGM sebagai institusi akademik memilih untuk bersikap netral dan mengedepankan pendekatan ilmiah dalam menyampaikan kritik.


Penolakan tersebut memicu ketegangan. Beberapa mahasiswa tampak mengejar kendaraan rektor yang meninggalkan lokasi setelah dialog dianggap berakhir tanpa hasil. Tak lama setelah insiden tersebut, BEM KM UGM secara resmi menyatakan mosi tidak percaya kepada Rektor UGM.


"Mosi ini akan terus kami gaungkan hingga pihak rektorat menyatakan sikap politik terhadap rezim Prabowo-Gibran atau menyampaikan posisi yang jelas berpihak pada rakyat," tegas Presiden BEM KM UGM dalam pernyataannya, Kamis (22/5/2025).


Selain tuntutan politik, mahasiswa juga menyerukan penolakan terhadap militerisme di ruang sipil, evaluasi anggaran pendidikan, penyediaan ruang publik inklusif, dan pembenahan sistem penanganan kekerasan seksual di kampus.


Hingga berita ini diturunkan, mahasiswa masih melanjutkan aksi berkemah di area Balairung dan belum ada pernyataan lanjutan dari pihak rektorat.

Jumat, 23 Mei 2025

Selamat Jalan

 Suami Najwa Shihab Meninggal Dunia Akibat Stroke, Dokter Ingatkan Bahaya Penyakit Silent Killer


KABAR duka datang dari keluarga jurnalis senior Najwa Shihab. Sang suami, Ibrahim Sjarief Assegaf, meninggal dunia pada Selasa (20/5) pukul 14.29 WIB di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Jakarta. Ibrahim diketahui mengembuskan napas terakhir usai mengalami stroke yang disertai pendarahan di otak.


Informasi dari kerabat terdekat menyebutkan bahwa sebelum wafat, Ibrahim sempat menderita stroke berat. Pendarahan di otak menjadi penyebab utama yang memperburuk kondisi kesehatannya hingga tidak tertolong.


Dokter Spesialis Bedah Saraf dari RS Columbia Asia, dr. Rais Al-‘Abqary, SpBS menjelaskan bahwa stroke khususnya stroke hemoragik atau stroke akibat pecah pembuluh darah di otak merupakan penyakit mematikan yang kerap datang secara tiba-tiba dan dikenal sebagai “silent killer”.


“Stroke jenis ini kerap tidak disadari. Gejalanya memang ada, tapi sering diabaikan. Saat tekanan darah naik secara drastis karena stres atau kelelahan, pembuluh darah bisa pecah. Ini yang menyebabkan pendarahan di otak dan berisiko fatal,” ujar dr. Rais dalam program Morning Zone Okezone, dikutip Rabu (21/5/2025).

Apa Itu Stroke Hemoragik?


Dr. Rais menjelaskan bahwa stroke terbagi dua: stroke iskemik (penyumbatan pembuluh darah) dan stroke hemoragik (pecahnya pembuluh darah). Keduanya berbahaya, namun stroke hemoragik cenderung lebih mendadak dan sering kali berujung pada penurunan kesadaran bahkan kematian jika tidak segera ditangani.


Gejala awal stroke hemoragik yang harus diwaspadai antara lain:

* Sakit kepala berat secara tiba-tiba

* ⁠Mual dan muntah menyemprot

* ⁠Kejang

* ⁠Gangguan bicara

* ⁠Kelemahan pada salah satu sisi tubuh

* ⁠Penurunan kesadaran hingga koma


“Sayangnya, kebanyakan pasien datang dalam kondisi sudah tidak sadar. Padahal sebelumnya mereka mungkin sudah mengalami tanda-tanda seperti sakit kepala berat atau pandangan kabur, tapi tidak diindahkan,” tambahnya.


Menurut dr. Rais, waktu emas (golden hour) dalam penanganan stroke hemoragik adalah 4 jam sejak gejala pertama muncul. Semakin cepat penanganan, semakin besar peluang pemulihan pasien.


“Kalau oksigen tidak segera sampai ke otak karena perdarahan, maka semakin banyak jaringan otak yang rusak,” jelasnya.


Penyebab utama stroke hemoragik berkaitan dengan hipertensi yang tidak terkontrol, merokok, diabetes, dan obesitas. Stres berat dan kurang tidur juga berperan besar meningkatkan tekanan darah.


“Faktor risiko ini sebenarnya bisa dicegah. Banyak orang takut minum obat hipertensi karena takut efek samping, padahal kalau tekanan darah tidak dijaga, bisa sangat berbahaya,” ujarnya.


Selain itu, faktor genetik, jenis kelamin (laki-laki lebih berisiko), dan usia juga mempengaruhi. Namun dr. Rais menegaskan, faktor genetik tidak mutlak menyebabkan stroke jika gaya hidup tetap sehat.

Pentingnya Deteksi Dini


Untuk mencegah kejadian fatal, ia menyarankan masyarakat terutama usia di atas 40 tahun melakukan pemeriksaan pembuluh darah otak minimal satu kali seumur hidup, misalnya dengan MRI angiografi.


“Kita bisa tahu sejak awal apakah ada pembuluh darah yang berisiko pecah. Itu jauh lebih baik daripada tahu setelah kolaps,” ucapnya.


Kesadaran Mental dan Pola Hidup Sehat


Selain menjaga fisik, dr. Rais juga menyoroti pentingnya kesehatan mental. Tekanan pekerjaan, stres di jalan, dan pola tidur yang buruk kini menjadi pemicu yang sering diabaikan.


“Banyak yang pulang kerja bukannya istirahat, malah begadang lagi main game atau nonton. Ini membuat kualitas tidur menurun drastis dan tubuh tidak punya waktu untuk pulih,” katanya.

Tips Pencegahan Stroke


Berikut beberapa kiat sederhana untuk menurunkan risiko stroke:

* Rutin berolahraga

* ⁠Tidak merokok

* ⁠Menghindari makanan tinggi garam dan lemak jenuh

* ⁠Mengelola stres dengan baik

* ⁠Menjaga berat badan ideal

* ⁠Rutin memeriksa tekanan darah dan kadar gula

Boleh Iri Dengan Hal Ini

 



Rabu, 21 Mei 2025

Dengar apa yang dikatakan

 


Beda Kelas

 


Kembalikan Mereka Ke Sekolah

 Latihan Preman: Negeri ini selalu punya cara instan untuk apa saja. Termasuk pendidikan. Cara instan itu adalah cara 'yang penting tujuan tampak tercapai secara cepat.'


Ini kita lihat di semua lini. Khususnya pada rejim Prabowo-Gibran yang berkuasa sekarang ini. Banyak stunting? Kasih makan gratis. Tidak hanya yang stunting yang dikasih makan, yang obesse atau kegendutan juga. Dan makanan itu diklaim bergizi. 


Ini juga dilakukan oleh gubernur konten, yang mungkin adalah gubernur paling populer di Indonesia saat ini. Dedi Mulyadi, gubernur Jawa Barat yang kabrnya digadang-gadang untuk jadi calon presiden 2029 jika Prabowo tidak mencalonkan diri lagi, juga punya cara instan.


Dia ingin anak-anak SMA tertib dan disiplin. Solusinya? Kirim tentara ke sekolah-sekolah. Anak-anak sekolah nakal? Kirim mereka ke barak-barak tentara. Seoalh-olah begitu masuk barak tentara, anak-anak ini akan jadi anak baik, patuh, dan disiplin. 


Nggak tahu siapa yang jadi model baik, patuh, dan disiplin. Mungkin Dedi Mulyadi sendiri? Yang entah kapan kerjanya karena ada di media sosial terus menerus mengkampanyekan dirinya. Mungkin itu yang dia sebut kerja: disiplin mengunggah konten beberapa kali sehari.  


Barak tentara itu bukan lembaga pendidikan. Untuk seorang anak menjadi baik -- itu pun perlu definisi tersendiri. Banyak anak menjadi 'nakal' karena mereka tidak ada sesuatu yang dikerjakan. Sekolah-sekolah membosankan karena di(h)ajar oleh guru-guru yang tidak kompeten. Pelajaran-pelajaran tidak menarik. 


Lalu apa yang menarik? Tawuran, tentu saja. Sedikit nakal adalah wajar. Banyak nakal pun sebenarnya biasa saja. Kalau sudah kriminal, maka itu urusan polisi. 


Apa yang paling saya takutkan dari anak-anak ini masuk barak tentara? Mereka mengenal kekerasan. Mereka akan dibentak-bentak, dihukum secara fisik. Karena tentara adalah lembaga yang boleh menggunakan kekerasan secara sah maka anak-anak ini akan meniru bagian kekerasannya saja. 


Saya tidak tahu apa yang menjadi pikiran Dedi Mulyadi ketika menjadi penguasa Jawa Barat kemudian melibatkan tentara secara besar-besaran dalam pemerintahannya. Ia mungkin tidak berpikir tentang residivisme -- dimana orang menjadi kriminal yang lebih canggih dan lebih berani justru karena dia dipenjara. Dia belajar dari gerombolan kriminal didalam penjara itu. 


Saya berani menjamin bahwa anak-anak ini, selepas dari barak militer, akan menjadi figur yang lebih ditakuti oleh kawan-kawan sekolahnya. Barak menjadi arena latihan untuk menjadi lebih gagah, lebih berani melanggar hukum, dan lebih tidak takut pada otoritas. Amati saja tingkah laku mereka sekeluar dari barak dan kembali ke lingkungan sekolah. Bahkan, saya bisa perkirakan, guru-gurunya pun segan menegur anak-anak ini. 


Dulu saya tinggal di sebuah kota kecil bernama Ithaca, di Upstate New York. Di dekat kota itu ada penjara anak-anak remaja. Saya pernah dua kali berkunjung kesana. Dari keterangan dan data statistik yang pernah saya lihat, hampir 80 persen lebih anak-anak yang keluar dari juvenile rehabilitation center (begitu istilahnya) kembali melakukan tindak kriminal dan lebih serius daripada sebelumnya. 


Kalau Anda mau anak-anak Anda belajar dengan baik dan tidak "nakal," yang pertamakali harus Anda lakukan adalah benahi sistem persekolahannya. Jangan potong anggarannya. Pekerjakan guru-guru yang baik -- yang bisa menerangkan matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, sosiologi, dan kewarganegaraan dengan baik dan menyenangkan. 


Juga berikan mereka fasilitas bermain dan berolah raga yang memadai. Yang merangsang otak-otak muda ini berpikir dan mengolah tubuhnya sehingga semua hormon-hormonnya tumbuh dengan bagus. 


Hanya dengan cara seperti itu -- membuat tubuh dan otak anak-anak muda ini berfungsi dengan baik -- Anda akan menghasilkan generasi yang tidak korup seperti sebagian besar elit politik dan aparat-aparat kita. Sains mengajarkan berpikir rasional; permainan olah raga  mengajarkan sportivitas yang elegan serta kejujuran. 



Bukankah barak militer juga melatih fisik? Iya. Tapi fisik untuk membunuh dan menakut-nakuti. Tidak ada permainan disana. Yang ada hanya kekerasan. Beda dengan orang main sepak bola misalnya. Anda berlatih spartan dan keras dalam permainan olah raga untuk menang secara jujur dan elegan. 


Memasukkan anak-anak ke barak-barak militer tidak akan membuatnya baik. Keluar dari sana mereka akan jadi preman-preman muda. Tentu mereka ini akan dibutuhkan Dedi Mulyadi ketika ia berkuasa kelak.

Selasa, 06 Mei 2025

Hachiko Simbol Kesetiaan

 Hachiko adalah seekor anjir ras Akita yang lahir sekitar tahun 1921–1923 di Jepang dan dikenal sebagai simbol kesetiaan abadi. 



Pada tahun 1924, seorang profesor dari Universitas Kekaisaran Tokyo bernama Hidesaburo Ueno membawa Hachiko untuk tinggal bersamanya di Shibuya, Tokyo.


Setelah sang profesor meninggl dunia pada tahun 1925, Hachiko tetap setia menunggu kepulangannya di Stasiun Shibuya setiap hari, selama lebih dari 9 tahun. 


Kesetiaan Hachiko yang luar biasa ini menyentuh hati masyarakat Jepang.


Sebagai bentuk penghormatan, pada tahun 1934 sebuah patung perunggu Hachiko didirikan di Stasiun Shibuya🐶


#Galeridunia

Nikola Tesla

 Menyayat Hati! Kata-Kata Terakhir Nikola Tesla Ini Akan Membuatmu Merenung Tentang Arti Kehidupan dan Pengabdian Sejati 😢⚡


Nikola Tesla, sang jenius kelistrikan yang lahir pada tahun 1856 di Smiljan, Kroasia, adalah salah satu ilmuwan paling brilian yang pernah hidup ⚡. Penemuannya tentang arus listrik bolak-balik (AC) mengubah dunia, namun kehidupannya di akhir hayat justru dipenuhi kesepian dan penderitaan. Kata-kata terakhirnya menyimpan kisah pilu yang jarang diketahui banyak orang 😔.


Pada tahun 1943, Tesla menghabiskan hari-hari terakhirnya di sebuah kamar hotel sederhana di New York City 🏨. Di usia 86 tahun, ia hidup miskin, tanpa keluarga, dan terlupakan oleh banyak orang yang pernah menikmati hasil temuannya. Dalam sebuah pernyataan penuh emosi, Tesla mengungkapkan kerinduannya terhadap sosok ibunya yang sangat ia cintai ❤️.


Kata-kata terakhir Tesla berbunyi, "Saya ingin berada di sampingmu, Ibu, untuk membawakanmu segelas air. Semua tahun yang saya habiskan untuk melayani umat manusia hanya membawa cercaan dan penghinaan." 😭 Kalimat ini mencerminkan betapa dalam luka hati Tesla, seorang pria yang mengorbankan segalanya demi kemajuan dunia.


Sepanjang hidupnya, Tesla memang dikenal sebagai sosok yang tidak terlalu peduli pada kekayaan materi 💡. Ia lebih memilih fokus pada penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Meski begitu, banyak patennya direbut, jasanya dilupakan, dan ia justru dipandang sebelah mata di tahun-tahun terakhir hidupnya.


Fakta menarik: meskipun Tesla meninggal dalam keterasingan, kini namanya diabadikan dalam satuan ilmiah untuk medan magnet, yaitu "tesla" (T), dan menjadi inspirasi untuk teknologi masa kini, termasuk perusahaan mobil listrik Tesla, Inc. 🚗⚡. Betapa ironisnya, dahulu dihina, kini dikenang sepanjang masa.


Melalui kata-kata terakhirnya, Tesla seakan ingin mengingatkan kita bahwa kasih sayang keluarga jauh lebih berarti dibandingkan pengakuan dunia 🌎. Setelah segalanya, yang ia rindukan hanyalah kembali menjadi anak kecil yang bisa merawat ibunya tercinta.



Kini, warisan Tesla hidup di setiap aliran listrik yang menggerakkan dunia modern 🔌. Namun, di balik kejayaan teknologi ini, ada cerita sunyi tentang seorang pria sederhana yang hanya ingin dicintai dan dihargai. Kisahnya menjadi pelajaran bahwa tidak semua pahlawan dihormati saat mereka masih hidup.


Sumber: Wikipedia - "Nikola Tesla"