Minggu, 20 Oktober 2024

Ia yang Gugur yang Telah Jujur



Saya baru sadar kalau selama ini kurang tepat memahami idiom "berjuang hingga titik darah penghabisan." Saya pikir cuma "berjuang sampai mati." Rupanya yang lebih pas adalah gambaran syahidnya pejuang yang tengah menjadi pembicaraan manusia di dunia baru-baru ini.


Dengan lengan terputus, ia terkulai lemah duduk di kursi. Namun ketika musuh dengan senjata terbangnya datang, ia kerahkan semua tenaga tersisa untuk menghantam, meski dengan sebilah tongkat.


Ia syahid setelah menyempurnakan amalnya, yaitu mengerahkan segenap kemampuan. Itulah sikap yang jujur dalam berjuang.


Ketika Allah SWT berfirman: “Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS. At-Taghabun: 16), sebagian muslim mengejewantahkan dengan beramal minimalis yang penting bisa dan sudah. Tapi beliau mewujudkan dengan berbuat maksimalis dengan apapun yang masih bisa dikerjakan.


Pada sirah saya menemukan kisah berikut. 


"Bagaimana cara kalian berperang?" tanya Rasulullah saat perang Badar. Ashim bin Tsabit pun berdiri dengan busur panah di tangan. "Jika musuh berada 100 hasta dariku, maka akan aku lesatkan anak panah. Jika musuh semakin dekat sehingga dapat dijangkau dengan tombak, maka akan kuhadapi dengan tombak. Jika tombak sudah tidak mungkin lagi untuk digunakan, maka aku hadapi dengan pedang." Maka pada saat itu Rasulullah SAW berkata, "Seperti itulah caranya berperang. Siapa yang akan berperang, maka ia harus berperang dengan cara yang dilakukan oleh Ashim.”


Dan pejuang yang kemarin ini syahid sudah mempraktekkan cara Ashim bin Tsabit r.a.


Bahkan ia pun menduplikasi apa yang diperbuat Mush'ab bin Umair r.a.. Dalam perang Uhud ia menjaga panji umat Islam. Lalu musuh datang dan membabat tangannya hingga putus. Lantas ia pun jaga panji itu dengan tangan kiri. Musuh datang lagi dan menebas tangan kiri Mush'ab. Panji pun masih terjaga ditopang dada Mush'ab. Hingga akhirnya serangan pamungkas musuh membuatnya roboh tak mampu lagi menjaga panji itu. Dan Mush'ab pun syahid, mendapatkan kehidupan yang lebih baik yang telah Allah janjikan.


Pejuang yang saat ini jadi pembicaraan manusia telah jujur dengan khutbah-khutbahnya semasa hidup tentang kerinduan akan syahid, yang jejak digitalnya tengah diputar kembali di media sosial.


"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)" (QS Al Azhab: 23) 


Sementara kelompoknya yang ditinggal di dunia, yang masih hidup dan menunggu-nunggu tuntasnya janji mereka sendiri, tak terasa gentar dengan terwujudnya cita-cita pemimpin mereka.


Mereka telah terbiasa sekali dengan datang dan perginya para pemimpin. Yang jelas, jihad harus tetap ada bersama mereka.


"Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul,sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (QS Ali Imran: 144)



Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 146)


Zico Alviandri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar