Minggu, 08 Februari 2015

KERJA BAKTI

Salah satu ciri masyarakat kota adalah hidup individualistis. Jakarta cuma enak buat cari duit, dari ungkapan itu masyarakat mulai menghitung semuanya dengan pertimbangan untung rugi. Gotong royong juga identik dengan keuntungan,  meski semuanya tidak selalu dihitung dengan uang.

Di satu tempat pusat Jakarta jika kita mau menjenguk tempat yang bernama Petamburan Tanah Abang,  maka kita bisa melihat budaya yang secara terus menerus berlanjut.

Dimulai dari bunyi tiang listrik yang diloncengkan, salah satu sepuh di Rt 5/8 melantangkan suaranya. "Kerja bakti yok, kerja bakti..", kemudian yang lain berurutan keluar. Ada yang membawa sapu lidi, skop, palu, karung, sampai selang untuk menyiram jalan.

Danar salah seorang sekretaris Rt membawa benda panjang bergerigi, untuk membersihkan selokan. Hujan rintik tak menyurutkan kinerja warga di Rt kosong lima ujar Hair yang sering dipanggil Om oleh warga.

Tak lama berselang Pak Rt tampak mengabarkan bahwa teh, kopi serta pisang goreng nan hangat telah tersedia di depan teras. Yang sedari tadi bekerja, membasuh tenggorokannya dengan minuman hangat berselera.

Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang bisa kita ambil dari kerja bakti, prinsip sukarela, tolong menolong dan prinsip kebersamaan.

Hari hujan, Amat, Iam, Ipul, Ibay, Tomy serta beberapa teman lainnya sesekali mengeluarkan canda. Guyuran hujan terlupakan, terganti dengan rintik kebersamaan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman






Tidak ada komentar:

Posting Komentar