1. Telaga kautsar;
2. Maqam syafaat kubra di hari kiamat;
3. Nubuwwat atau kenabian;
4. Hikmah dan ilmu;
5. Al-Quran;
6. Banyaknya sahabat dan pengikut;
7. Banyaknya mukjizat;
8. Banyaknya ilmu dan amal;
9. Tauhid dan dimensi-dimensinya;
10. Nikmat-nikmat Tuhan dan Rasul saw di dunia dan akhirat;
11. Keturunan yang banyak yang tetap ada sepanjang masa.
Tak
diragukan lagi banyaknya generasi dan keturunan Rasulullah Saw yang
sepanjang masa ini, tentulah berasal dari putri semata wayang, kinasih
Rasul, Sayyidah Fatimah Az-Zahra As. Dengan demikian, mishdaq terjelas dari "kautsar" ini
adalah wujud dan keberadaan Sayyidah Fatimah As. Fakta, hakikat, dan
saksi dari realitas ini dapat kita ketahui dari sebab turun ayat (sya'n an-nuzul) dan konteks ayat-ayat dari surah al-Kautsar.
Ya,
wujud Sayyidah Fatimah merupakan sumber kebaikan yang melimpah dan
tidak terkira, yang selain merupakan faktor penentu bagi keberlanjutan
risalah Rasul Saw hingga hari kebangkitan kelak, hal ini juga menjadi
faktor keabadian keturunan suci Rasul.
[1]
Itulah sebabnya dengan bersandar pada riwayat-riwayat yang berkaitan dengan telaga kautsar dan
sya'n an-nuzul surah al-Kautsar serta teks serta konteks ayat-ayat, bisa disimpulkan bahwa
"kautsar" memiliki dua
mishdaq yang sangat jelas, salah satunya adalah
mishdaq duniawi dan yang lainnya adalah
mishdaq ukhrawi.
Mishdaq duniawi yang dimaksud tak lain adalah
"kautsar Muhammadi"
yaitu Sayyidah Fatimah az-Zahra As yang merupakan mata air dan asal
dari keturunan dan putra-putra suci Rasul Saw, dimana beliau dan
keturunannya inilah yang akan menghilangkan dahaga yang dirasakan oleh
masyarakat terhadap makrifat, akhlak, hukum dan adab-adab Ilahi.
Sedangkan
mishdaq yang lainnya adalah
"kautsar surga",
sebuah telaga di surga dimana Ali As dan para Imam Maksum As lainnya
merupakan orang-orang yang akan menyajikannya. Air dari telaga inilah
yang kelak akan menghilangkan dahaga dan rasa kehausan para musafir padang mahsyar.
[2]
Karakteristik telaga Kautsar
Dan
inilah karakteristik- karakteristik yang dimiliki oleh telaga Kautsar
dari lisan mulia Rasul Saw, dimana beliau bersabda, "Telaga Kautsar
merupakan sebuah sungai di surga yang memiliki begitu banyak kebaikan.
Telaga ini dikelilingi oleh begitu banyak mangkuk-mangkuk indah sejumlah
bintang-bintang di langit. Umatku akan mendatanginya setelah memasuki
surga. Sesungguhnya di sisiku terdapat sebuah kolam seluas kota Madinah hingga Yaman atau seluas Madinah hingga Oman,
pinggirannya terbuat dari emas, airnya mengalir di atas batu Lu'lu' dan
Marjan, air yang terdapat di dalamnya putih, lebih putih dari salju
ataupun susu, lebih manis dari madu, dan lebih harum dari aroma Ambar.
Siapapun yang meminum air ini tidak akan pernah merasa kehausan
setelahnya. Dan golongan pertama yang akan memasukinya adalah para
Muhajirin fakir yang hijrah dari Mekah ke Madinah. Sedangkan wali dan
orang yang akan menyajikan air tersebut adalah Maula Amirul Mukminin Ali
As. Setelah selesai meminum air dari telaga kautsar ini, para mukmin
akan berkumpul di sisi Rasul Saw dan bergembira dengan pertemuan mereka
satu dengan yang lain. Mata air telaga kautsar berasal dari 'arsy yang
merupakan tempat tinggal para wasiullah As serta para pengikutnya, dan
dari sanalah air tersebut akan mengalir ke kolam ini melalui dua buah
talang air, setelah itu akan mengalir pada dua sungai yang terdapat di
dalam surga. Setiap nabi akan memiliki sebuah sungai di dalam surga
dimana banyaknya orang-orang yang masuk ke sungai tersebut telah
menyebabkan mereka saling berebut, akan tetapi aku berharap orang-orang
yang memasuki telagaku lebih banyak dari seluruh mereka."
[3]
Sedangkan di bawah ini merupakan karakteristik-karakteristik telaga kautsar dari lisan para Maksum As:
Amirul Mukminin Ali As bersabda, "Telaga kautsar kami begitu penuh, di sana terdapat dua sungai yang mengalir dari surga, salah satunya berasal dari mata air yang bernama
tasnim dan yang lainnya dari mata air
mu'in"
[4]
Dalam
salah satu hadis terkenal dari Imam Baqir As, beliau bersabda, "Barang
siapa merasakan kesedihan karena musibah yang menimpa kami, maka dia
akan merasakan kebahagiaan pada saat meninggal, sebuah kebahagiaan yang
tidak akan pernah keluar dari dalam kalbunya hingga ia memasuki telaga
kautsar, dan hal ini akan membuat kegembiraan bagi kautsar karena
sahabat-sahabat kami telah memasukinya. Bahkan dia akan menyajikan
kelezatan-kelezatan dari berbagai sajian supaya mereka tidak berpindah
ke tempat lain. Barang siapa meminum air dari telaga tersebut satu gelas
saja, maka selamanya tidak akan merasakan dahaga maupun kesulitan. Air
telaga ini dingin sedingin kapur, harum beraroma ambar dan berasa lezat
seperti jahe, lebih manis dari madu, lebih lembut dari mentega, lebih
jernih dari air. Ia terpancar dari mata air tasnim, melintasi seluruh
sungai-sungai yang terdapat di dalam surga dan mengalir di atas
batu-batu kecil dari jenis Mutiara dan Rubi. Setiap mata yang menangis
karena musibah yang menimpa kami, akan bergembira dan bersuka ria ketika
memandang kautsar. Kautsar akan memberikan air kepada seluruh
sahabat-sahabat kami, akan tetapi kelezatan dan kenikmatannya sesuai
dengan
mahabbah, kasih sayang dan ketaatan mereka kepada kami,
siapapun yang kasih sayangnya kepada kami lebih kuat, maka mereka pun
akan merasakan kenikmatan yang lebih besar."
[5]
Poin
yang perlu mendapat perhatian juga adalah bahwa keduabelas Imam Maksum
As, pada hari kiamat kelak seluruhnya adalah orang-orang yang akan
menyajikan air dari telaga kautsar ini. Sebagaimana hal ini terlihat
dari berbagai hadis. Salah satunya adalah Sayyid Asy-Syuhada, Imam
Husain As, yang bersabda dalam salah satu hadisnya, "Kamilah pemilik
telaga kautsar, dan kami pulalah yang akan menghilangkan dahaga para
sahabat kami dengan air dari telaga ini."
[6]
Dan
sebagaimana halnya Rasul Saw yang berharap bahwa orang-orang yang akan
memasuki telaga kautsarnya kelak lebih banyak dari mereka yang memasuki
telaga lainnya, maka setiap muslim yang mendengar nama dan karakteristik
dari telaga kautsar ini pun berharap supaya bisa termasuk dalam
golongan orang-orang yang bisa mengecap lezatnya air telaga ini. Akan
tetapi menjadi sebuah perkara yang jelas bahwa supaya harapan ini bisa
menjadi kenyataan tentu memerlukan upaya dan jerih payah untuk menggapai
tahapan-tahapan yang diperlukan, setelah itu harus pula menjaga
kelanggengan hasilnya dari segala tipu daya yang manapun, baik dari
kalangan jin maupun manusia, eksternal maupun internal. Karena jika
tidak demikian, maka seluruh usaha dan jerih payah yang telah kita
lakukan akan sia-sia dan seluruh harapan untuk mereguk air telaga
kautsar akan berubah menjadi khayal dan imajinasi belaka.
Semoga
Tuhan senantiasa memberikan hidayah kepada kita di dunia ini untuk
mendapatkan lebih banyak lagi tentang makrifat Ahlulbait As dan
kecintaan kepada mereka sehingga di akhirat kelak, kita akan termasuk ke
dalam golongan mereka yang berada di sisi telaga kautsar, yang
mendapatkan cahaya mata karena pertemuan dengan orang-orang suci, yang
menghilangkan dahaga jiwa dari tangan-tangan mulia mereka. Oleh karena
itu dalam doa nutbah kita membaca, "Ya Allah, hilangkanlah dahaga kami
dengan air telaga milik kakek Imam Zaman As (yakni Rasulullah Saw) …
minuman jernih nan sempurna, dimana siapapun yang telah meminumnya tidak
akan pernah merasakan dahaga setelahnya. Ya Arhamarrahimin."
Daftar Pustaka:
1. Khawarazmi, Maqtal, jil. 2, hal. 33.
2. Zamakhsyari, Mahmud bin Umar, Al-Kasysyaf, hal. 806-808.
3. Thabathabai, Muhammad Husain, Al-Mizan, jil. 20, hal. 370-373.
4. Thabarsi, Fadhl bin Hasan, Majma'ul Bayan, jil. 5, hal. 548-549.
5. Allamah Majlisi, Biharul Anwar, jil. 8, hal. 18.
6. Allamah Majlisi, Haqqul Yaqin, hal. 453-455.
7. Feidh Kasyani, Mula Muhsin, Mahajjatul Baidha', jil. 8, hal. 352-353.
8. Muhadist Qumi, Abbas, Mafatihul Jinan, doa Nutbah.
9. Mishbah Yazdi, Muhammad Taqi, Jami az Zulal-e Kautsar, hal. 19-22.
[1]. Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Jâmi az Zulâl-e Kautsar; Allamah Thaba-thabai, Muhammad Husain, Tafsir Al-Mizân, jil. 20, hal. 370, dan tafsir-tafsir lainnya mengenai surah al-Kautsar.
[2] . Tentunya tentang apakah hubungan antara "Kautsar Muhammadi" dengan "Kautsar Surga",
membutuhkan penelitian dan kajian yang lebih mendalam, sehingga mungkin
bisa dikatakan bahwa akal dan pemikiran manusia biasa tidak mampu untuk
memahaminya.
[3] . Muhsin Faidh Kasyani, Mahajjatul Baidha, jil. 8, hal. 352-353, seluruh tafsir tentang surah Kautsar.
[4] . Allamah Majlisi, Haqqul Yaqin, hal. 453; Biharul Anwar, jil. 8, hal. 18.
[5] . Allamah Majlisi, Haqqul Yaqin, hal. 455.
[6] . Allamah Majlisi, Biharul Anwar, jil. 45, hal. 49.