Jam tangan berembun, lembab, sepi
Ruang jadi sempit, karena kabut membungkus
Terumputan tua bergantian masa
Batu batu berubah warna karena musim
Lereng lereng sepi
Vulcano sepi
Pasir hitam terhampar dibawa truk turun jadi aspal
Semua bercerita menemani nafasku tersengal
Meniti waktu meninggi
Kabut wangi
hati sunyi, kemudian angin, waktu baru sadi seri, kemudian lembut lalu hujan
Warna warna, sentosa selalu ada
Dalam tempat kesendirianku
Seperti bayangmu di atas baru
Yang tergerai bagai kaldera lukisan alam
Kamu sendiri di atas batu
Sepi, tanpa kata, tanpa kawan
Hujan tak menegur
Angin tak menyapa
Asap vulcano melipir, menghindar
Kamu sepi, gunung sepi
Waktu meranggas
kemudian hujan melamar kemungkinan
Pucuk pucuk seri berbunyi, akar menguat, bakal buah berangan ranum
Semua bisik hujan yang turun di atas danau
Gunung, danau dan warna warna
Disapa hujan yang esok tak ada
Sementara matamu berkaca karena gelisah di atas batu
Menghayal jauh di ketinggian, akan pesawat yang jatuh
Rupa vulcano jadi perang dunia ketiga
Aku tak memperhatikanmu dan banyaklah hayalan bagai jalan baru turun ke pantai
Hujan rintik, kabut pekat jadi kaku
Rambut ikal jadi keringat
Anganmu basi, yang itu itu lagi
Sementara hujan kini berubah warna
Fadlik Al Iman
Ruang jadi sempit, karena kabut membungkus
Terumputan tua bergantian masa
Batu batu berubah warna karena musim
Lereng lereng sepi
Vulcano sepi
Pasir hitam terhampar dibawa truk turun jadi aspal
Semua bercerita menemani nafasku tersengal
Meniti waktu meninggi
Kabut wangi
hati sunyi, kemudian angin, waktu baru sadi seri, kemudian lembut lalu hujan
Warna warna, sentosa selalu ada
Dalam tempat kesendirianku
Seperti bayangmu di atas baru
Yang tergerai bagai kaldera lukisan alam
Kamu sendiri di atas batu
Sepi, tanpa kata, tanpa kawan
Hujan tak menegur
Angin tak menyapa
Asap vulcano melipir, menghindar
Kamu sepi, gunung sepi
Waktu meranggas
kemudian hujan melamar kemungkinan
Pucuk pucuk seri berbunyi, akar menguat, bakal buah berangan ranum
Semua bisik hujan yang turun di atas danau
Gunung, danau dan warna warna
Disapa hujan yang esok tak ada
Sementara matamu berkaca karena gelisah di atas batu
Menghayal jauh di ketinggian, akan pesawat yang jatuh
Rupa vulcano jadi perang dunia ketiga
Aku tak memperhatikanmu dan banyaklah hayalan bagai jalan baru turun ke pantai
Hujan rintik, kabut pekat jadi kaku
Rambut ikal jadi keringat
Anganmu basi, yang itu itu lagi
Sementara hujan kini berubah warna
Hujan warna warni turun di gunung Batur.foto.fadlik
Salam berbagi,Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar