Untuk yang manis di rumah, malam ini kita terhindar dari menyatu yang memanjakan. Adakalanya kita memang berpisah namun untuk menguatkan. Saya ingat, beberapa jam yang lalu sekuntum sms ku lihat kemudian laksana tawamu di atas sofa.
Kuntum yang lain berderet, seolah canda, doa, perhatian dari lap kacamata yang dibungkus pelindung. Ya.., semua memang berkata kata. Oh ya aku ingat kebun raya, diskusi terjalnya transaksi transaksi yang menggadaikan nasib bangsa. Analisamu tajam, bagai ribuan buku yang sudah kau telan.
Aku tau kau bersama buku sebelum bertemu aku, menyendiri dan tertidur di balik lipatan kertas pengingat halaman.
Aku tau kau sudah biasa sendiri, sementara aku sering sekali meninggalkan rumah, barangkali mencari uanguntuk biaya beli buku.
Besok kita bertiga, bangganya aku jadi ayah, punya anak, punya cerita, punya nostalgia. Tidur indah ya, buku buku menjagamu, prilaku malam menjagaku atas rayumu lewat kuntum.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Kuntum yang lain berderet, seolah canda, doa, perhatian dari lap kacamata yang dibungkus pelindung. Ya.., semua memang berkata kata. Oh ya aku ingat kebun raya, diskusi terjalnya transaksi transaksi yang menggadaikan nasib bangsa. Analisamu tajam, bagai ribuan buku yang sudah kau telan.
Aku tau kau bersama buku sebelum bertemu aku, menyendiri dan tertidur di balik lipatan kertas pengingat halaman.
Aku tau kau sudah biasa sendiri, sementara aku sering sekali meninggalkan rumah, barangkali mencari uanguntuk biaya beli buku.
Besok kita bertiga, bangganya aku jadi ayah, punya anak, punya cerita, punya nostalgia. Tidur indah ya, buku buku menjagamu, prilaku malam menjagaku atas rayumu lewat kuntum.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar