Lama menunduk tak melihat segala, menerawang lanjut tak sadar disapa. Untuk apa lagi, bila kau hanya itu.
Sembuh.. Sungguhlah tumbuh
Tabuh.. Menatilah ringai
Hanya itu katamu
Hanya ini tangkapku
Dunia tak semua dirasa
Bumi setengahnya dilihat
Kita manusia beriring nafas
Bersambut pikir
Naluri zikir, karena takut dan rindu
Selimut dulu diri dengan teduh
Dilanjutkan doa dan laku
Sembunyi hanya menunggu
Meriangkan gerak tak terasa
..dan hingga semuanya kau anggap begitu cepat.
Aku tak lupa siapa aku
Kamu disitu berlalu
Sungguh kita memang beda
Semerbak kenanga malam
Nyerembab bunyi kenangan
Susah dua dua
Senang hanya satu
Hidup ini kini
Lampau kalau sedih
Esok kalau angan
Jangan sembunyi dn meradang
Rajut mimpi bagai bunyi lubang seruling
Indah meski sementara
Fungsi pada bunyi
Lalu.kemana lagi perluku
Ketika tanya menjadi bulat
Dan di akhiri titik (.)
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Sembuh.. Sungguhlah tumbuh
Tabuh.. Menatilah ringai
Hanya itu katamu
Hanya ini tangkapku
Dunia tak semua dirasa
Bumi setengahnya dilihat
Kita manusia beriring nafas
Bersambut pikir
Naluri zikir, karena takut dan rindu
Selimut dulu diri dengan teduh
Dilanjutkan doa dan laku
Sembunyi hanya menunggu
Meriangkan gerak tak terasa
..dan hingga semuanya kau anggap begitu cepat.
Aku tak lupa siapa aku
Kamu disitu berlalu
Sungguh kita memang beda
Semerbak kenanga malam
Nyerembab bunyi kenangan
Susah dua dua
Senang hanya satu
Hidup ini kini
Lampau kalau sedih
Esok kalau angan
Jangan sembunyi dn meradang
Rajut mimpi bagai bunyi lubang seruling
Indah meski sementara
Fungsi pada bunyi
Lalu.kemana lagi perluku
Ketika tanya menjadi bulat
Dan di akhiri titik (.)
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar