“Pemilihan Bashar Assad adalah obituari dari konspirasi yang bertujuan menghancurkan (Suriah),” ujar Mohammad Raad, pemimpin blok parlemen Hizbullah, seperti dikutip oleh jaringan televisi milik Syiah Hizbullah, Al Manar.
Rusia pun ikut melayangkan pujiannya dengan mengatakan tim pengamat parlemen dari negara-negara yang sebagian besar bersimpati kepada Assad telah menemukan jajak pendapat itu dilaksanakan secara adil, bebas dan transparan, dan mengkritik negara-negara yang mengecam pemilu.
Namun, Uni Eropa mengatakan pemilu itu merupakan upaya tidak sah dan merusak solusi perang saudara yang telah membunuh lebih dari 160.000 korban jiwa. Sementara, Menteri Luar Negeri AS John Kerry menjelaskan pemungutan suara itu sebagai “nol besar”.
Yasin Aktay, kepala urusan luar negeri dari Partai AK yang berkuasa di Turki, mengatakan bahwa ada kesamaan dalam pemilu di Suriah dan Mesir – di mana mantan panglima militer Abdel Fattah al-Sisi mendapat 96,9 persen suara meskipun partisipasi pemilihnya sangat rendah. Aktay menegaskan bahwa pemilu di Suriah dan Mesir merupakan “komedi yang lengkap”.
“Di Suriah ada pemilihan tanpa kotak suara, tidak ada yang bisa melihat di mana mereka menempatkan kotak suara. Di Mesir ada pemilihan tanpa pemilih,” kata Aktay.
Tapi, banyak warga Suriah yang ikut dalam pemilu bukan karena mereka mendukung Assad, mereka tampaknya memiliki motif pribadi dan memiliki kerinduan untuk mendapatkan ketenangan dan keamanan. Banyak warga yang tidak senang kepada rezim Bashar Assad tetapi ikut andil dalam pemilu.
“Kita hidup di sini, dan kita harus tampil di teater ini,” kata seorang ibu setengah baya. “Kalau kita ikut memilih berarti kita jauh dari pantauan radar dan tidak ada yang mengganggu kita, tidak ada yang akan mengganggu anak-anak saya, maka itu pantas untuk dilakukan. Selain itu, bukan seolah-olah suara saya saja yang akan membuat perbedaan. Ia (Bashar Assad, red) akan menang tidak peduli bagaimana caranya.” katanya.
“Setelah mendapatkan tanda tinta ini. Aku merasa aku melakukan hal yang benar,” katanya, sembari menunjukkan jari telunjuk bertintanya.
Editor: Fajar Shadiq
Sumber: World Bulletin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar