Selasa, 31 Desember 2013
Tempat mimpi, mimpi buruk
Pulau mimpi
Mimpi buruk
Buruk sampah
Sampah dreamland
Angka pencapaian kunjungan orang orang ke dreamland mencapai puncaknya pada pergantian tahun, sayangnya hal ini beriringan dengan jumlah sampahnya yang kian menumpuk, banyak orang berpakaian rapih, wangi untuk menunjukkan kelasnya, namun miskin dalam prilaku, seperti tak pernah berpendidikan, hal ini diindikasikan karena banyak sekali orang yang membuang sampah semaunya.
Laki laki rapih, klimis, laki laki bertato, kacamata hitam berkemeja membuang puntung seenaknya. Tampilan memang bukan segalanya, terbukti banyak orang bodoh yang lebih memikirkan dirinya dibandingkan lingkungan dan ini seburuk buruknya orang hidup. Tempat yang diberikan begitu indah tercemari karena orang orang pendatang yang mau menang sendiri.
Rasa prihatin juga saya tujukan kepada para pedagang, dimana perauk keuntungan jangka panjang. Mestinya merekalah ujung tombak kebersihan lingkungan ini. Bukan hanya mengejar rupiah saja,percayalah bahwa keindahan suatu tempat adalah infestasi, banyak orang banyak mau kembali karena melihat keindahan, keasrian, kebersihan suatu tempat. Mataharipun merambat turun di Dreamland.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Mimpi buruk
Buruk sampah
Sampah dreamland
Laki laki rapih, klimis, laki laki bertato, kacamata hitam berkemeja membuang puntung seenaknya. Tampilan memang bukan segalanya, terbukti banyak orang bodoh yang lebih memikirkan dirinya dibandingkan lingkungan dan ini seburuk buruknya orang hidup. Tempat yang diberikan begitu indah tercemari karena orang orang pendatang yang mau menang sendiri.
Rasa prihatin juga saya tujukan kepada para pedagang, dimana perauk keuntungan jangka panjang. Mestinya merekalah ujung tombak kebersihan lingkungan ini. Bukan hanya mengejar rupiah saja,percayalah bahwa keindahan suatu tempat adalah infestasi, banyak orang banyak mau kembali karena melihat keindahan, keasrian, kebersihan suatu tempat. Mataharipun merambat turun di Dreamland.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Senin, 30 Desember 2013
Sementara aku terus bergeser
Bergeser ke punggungan yang lain
Namun kau memilihnya tetap disitu
Pijakan kita memang sama
Satu peta dan kompas yang di kalibrasi tiga bulan yang lalu
Namun hidup dari banyak persoalan mengajakku berargumen lain
Kau memakai tiga warna sementara aku sering ke tempat ini
Punggungan punggungan berbentuk huruf "U" sudah menjadi kerabat
Dari buah, daun serta air yang mengalir ku arungi bagai samudera
Sementara kau memilih "V" tetap nyaman pada lembah itu
Tebing tebing menjulang, air terjun, kabut merambat turun,
Memanjakanmu bersama waktu
Sementara pelangi rahasia berbisik terus sehabis hujan
Sementara aku disini
Bergeser sesuai kebutuhan
Musim buah bisa kapan dan dimana saja
Sungai sungai banyak mengalir
Aku pilih griliya sementara kau membuat base camp pada lembah
Mungkin kita berbeda,
Tak lagi membuat perapian
Mungkin waktu tak berpijak
Atau mungkin ruang mencemburui kita
Sementara aku terus bergeser dan kau pilih disitu
Namun kau memilihnya tetap disitu
Pijakan kita memang sama
Satu peta dan kompas yang di kalibrasi tiga bulan yang lalu
Namun hidup dari banyak persoalan mengajakku berargumen lain
Kau memakai tiga warna sementara aku sering ke tempat ini
Punggungan punggungan berbentuk huruf "U" sudah menjadi kerabat
Dari buah, daun serta air yang mengalir ku arungi bagai samudera
Sementara kau memilih "V" tetap nyaman pada lembah itu
Tebing tebing menjulang, air terjun, kabut merambat turun,
Memanjakanmu bersama waktu
Sementara pelangi rahasia berbisik terus sehabis hujan
Sementara aku disini
Bergeser sesuai kebutuhan
Musim buah bisa kapan dan dimana saja
Sungai sungai banyak mengalir
Aku pilih griliya sementara kau membuat base camp pada lembah
Mungkin kita berbeda,
Tak lagi membuat perapian
Mungkin waktu tak berpijak
Atau mungkin ruang mencemburui kita
Sementara aku terus bergeser dan kau pilih disitu
Jumat, 27 Desember 2013
Kisah rumah sepetak
Hujan turun di atas tanah sepetak
Tikus tikus kawin di bawah genting
Ringkihnya mengganggu senggamaku di awal pagi
Gerimis rata sampai ke akar kamboja.
Kolam batu sebilah di depan rumah
Anggerek anggrek gembira lagi
Katak sembunyi dalam diam
Ikan cere memakan larfa nyamuk
Demikianlah hidupku pada Mu
Wudhu, kesiangan, tak khusuk, bolong bolong
Sementara semua tak menghiraukannya
Aku memang tak kuat
Dikala malam dengan bir,
Sementara warung warung tua menagih di beli
Uangku cuma receh
Sementara kemilau se jalan raya
Kamar mandi di ruang belakang,
Toulet ngganggur terus disolek
Kebun sepetak melihat tuan rumah buang air,
Begitu pula penghematanku pada sabun
Semua bercerita
Cermin mendongak ke ubin
Dua kasur yang satu jadi lemari
Satu meja multi fungsi, meja pendek jadi dapur
Kami mengikat tubuh erat, melepaskannya dengan gergaji
Lalu letupan saling silang, pecah amarah, tampaklah tangis
Mungkin dan mungkin sampai sekarang kau masih begitu
Sementara gemuruh, gerimis, hujan telah ada sejak lama
Sementara gemuruh, ruang dan waktu sudah nampak sebelummu
Kita akrab, pecah, saling canda, merana tak mengadu
Lalu diam, liar sendiri sendiri sementara ruang dan waktu tetap saja sama
Lalu minuman jahe memasuh dalam dinginnya asa
Ubud, 17 November 2011
Tikus tikus kawin di bawah genting
Ringkihnya mengganggu senggamaku di awal pagi
Gerimis rata sampai ke akar kamboja.
Kolam batu sebilah di depan rumah
Anggerek anggrek gembira lagi
Katak sembunyi dalam diam
Ikan cere memakan larfa nyamuk
Demikianlah hidupku pada Mu
Wudhu, kesiangan, tak khusuk, bolong bolong
Sementara semua tak menghiraukannya
Aku memang tak kuat
Dikala malam dengan bir,
Sementara warung warung tua menagih di beli
Uangku cuma receh
Sementara kemilau se jalan raya
Kamar mandi di ruang belakang,
Toulet ngganggur terus disolek
Kebun sepetak melihat tuan rumah buang air,
Begitu pula penghematanku pada sabun
Semua bercerita
Cermin mendongak ke ubin
Dua kasur yang satu jadi lemari
Satu meja multi fungsi, meja pendek jadi dapur
Kami mengikat tubuh erat, melepaskannya dengan gergaji
Lalu letupan saling silang, pecah amarah, tampaklah tangis
Mungkin dan mungkin sampai sekarang kau masih begitu
Sementara gemuruh, gerimis, hujan telah ada sejak lama
Sementara gemuruh, ruang dan waktu sudah nampak sebelummu
Kita akrab, pecah, saling canda, merana tak mengadu
Lalu diam, liar sendiri sendiri sementara ruang dan waktu tetap saja sama
Lalu minuman jahe memasuh dalam dinginnya asa
Ubud, 17 November 2011
Kamis, 26 Desember 2013
Banyak lagi kalau nggak direm
Menurut saya jaman ini edan, kesepakatan yang sama yang dikemukakan Ronggo Warsito. Betapa tidak, semua berlomba mengejar uang, apa saja ditempuhya, siapa saja disikutnya. Ketika beberapa figur tertangkap Korupsi masih saja dengan percaya dirinya menyampaikan amarahnya bahwa saya sedang di fitnah, saya dizolimi, saya adalah korban.
Sementara di akar rumput, orang dipaksa onani dari cuplikan cuplikan iklan di televisi, senggama dengan keadaan yang mewah, selingkuh dengan hati yang sebenarnya dan banyak istilah lagi yang akan keluar kalau nggak direm. Semua lupa bahwa hidup untuk mengisi, bahwa hidup harus diisi yang wajar wajar saja, bahwa kesederhanaan adalah kewibawaan yang sebenarnya. Memilih untuk tak rakus sangat jarang di jaman yang serba seronok.
Mari kembali pada kesetaraan, bahwa kita hidup hanya makan secukupnya, bernapas, bergerak kearah yang positif, berpikir agar menjadi lebih baik dan banyak lagi kalau nggak direm. Yang jelas kita meski bangga dengan sikap kita, bahwa kita berada dipihak yang benar, bahwa meski kita adalah yang kecil dan tergusur tapi kita haruslah benar.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iamn
Ini plat mobil yang sebelum dipotret telah mengeluarkan sampah dari dalam mobil ke jalanan
Saya sepakat dengan apa yang dikemukakan rekan rekan dari ICW bahwasanya yang membuat orang korupsi adalah gaya hidup, secara sederhana seorang Pegawai Negeri dari mana mendapatkan hal hal yang secara hitung hitungan sudah tidak wajar. Mobil mewah, rumah dimana mana, Istri beberpa dan masih banyak lagi yang dimilikinya.Sementara di akar rumput, orang dipaksa onani dari cuplikan cuplikan iklan di televisi, senggama dengan keadaan yang mewah, selingkuh dengan hati yang sebenarnya dan banyak istilah lagi yang akan keluar kalau nggak direm. Semua lupa bahwa hidup untuk mengisi, bahwa hidup harus diisi yang wajar wajar saja, bahwa kesederhanaan adalah kewibawaan yang sebenarnya. Memilih untuk tak rakus sangat jarang di jaman yang serba seronok.
Ini tukang sampah yang sering dianggap bau dan miskin, tapi dia pejuang.
Mari kembali pada kesetaraan, bahwa kita hidup hanya makan secukupnya, bernapas, bergerak kearah yang positif, berpikir agar menjadi lebih baik dan banyak lagi kalau nggak direm. Yang jelas kita meski bangga dengan sikap kita, bahwa kita berada dipihak yang benar, bahwa meski kita adalah yang kecil dan tergusur tapi kita haruslah benar.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iamn
Kisah sederhana
Berawal dari karya Bapak dan Ibu yang semoga diberkahi oleh Alloh SWT maka lahirlah waktu. Ya.. waktu itu aku lahir, dalam persaksian letupan Sangiang yang selalu menjadi lukisan pagi yang agung. Sangiang adalah nama sebuah gunung di utara desa tempat dimana saya menjerit pertama ketika subuh. Ibu berkisah bahwa ketika itu aku diberi nama Muhammad Firdaus, namun kerap sakit. Maka digantilah namanya seperti yang sekarang ini.
Kakeku tinggi jangkung, perawakannya tinggi seperti Polisi Militer, Bapak sering mengisahkannya jikalau Almarhum kakek memberikan komando, suaranya seperti granat yang meledah sehingga Ayak melangkah cepat. Sewaktu kecil sering aku dibawa kakaek ke bukit, diselimutinya aku dengan ubi ubi hasil panenan, semua mengelilingi, menyelimuti bagai pangan sederhana yang membuatku gembira.
Usia sembilan bulan Ibu membawa aku ke Jakarta, setelah ayah mendahuluinya Hijrah kesana. Usia sembilan bulan aku mengarungi tiga selat, beberapa kali gonta ganti bus dan kereta dari Staciun Pasar Turi kemudian Sampailah di Staciun Pasar Senin. Ibuku petualang, dengan cerdas dan ketabahan dia buktikan semuanya, kehati hatian membawa Aku sampai di sebuah jalan yang orang setempat menyebutnya Gang Mulya atau Kober.
Kontrak dari satu rumah ke rumah yang lain saya bertanya, apakah masih ada genting yang tersisa sebagai saksi bahwa kami berpindah pindah. Sekarang ini semua genting diganti asbes atau seng berlaga genting tanah.
Tahun 1986 Ayah memberanikan diri membeli tanah, rumah reot yang tak satupun bahan bangunannya digunakan. Maka berdirilah secara bertahap hingga jadi seperti sekarang. Ayah tekun mencari nafkah, kerja di dua tempat, memberikan jasa atas keahliannya yang diberikan oleh Alloh kepada Ayah, menyembuhkan orang yang patah tulang, hingga seingatku ketika kecil, orang orang sering meledek aku sebagai anak dukun urut.
Semoga cacian itu menjadi berkah sehingga dihilangkan segala bentuk kedengkian dalam diri. Ayah menjual madu sebagai sambilan mata pencaharian utamanya sebagai Guru. Ya.. Ayah dan Ibuku Guru, kini kedua adikku menjadi guru sedang Aku mm..,
Kakek mewarisiku berhijrah dari bukit ke bukit, Ayah mewariskanku Keberanian hidup, Ibu mewariskanku rendah hati dan terus tawakal. Kami hidup sederhana dengan kisah sederhana, tak ada yang luar biasa, susah senang bukanlah luar biasa, karena setiap orang mengalaminya. Semua memiliki jalan, dari kisah sederhana muda mudi yang jadian di tahun seribu sembilan ratus tujuh delapan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Kakeku tinggi jangkung, perawakannya tinggi seperti Polisi Militer, Bapak sering mengisahkannya jikalau Almarhum kakek memberikan komando, suaranya seperti granat yang meledah sehingga Ayak melangkah cepat. Sewaktu kecil sering aku dibawa kakaek ke bukit, diselimutinya aku dengan ubi ubi hasil panenan, semua mengelilingi, menyelimuti bagai pangan sederhana yang membuatku gembira.
Usia sembilan bulan Ibu membawa aku ke Jakarta, setelah ayah mendahuluinya Hijrah kesana. Usia sembilan bulan aku mengarungi tiga selat, beberapa kali gonta ganti bus dan kereta dari Staciun Pasar Turi kemudian Sampailah di Staciun Pasar Senin. Ibuku petualang, dengan cerdas dan ketabahan dia buktikan semuanya, kehati hatian membawa Aku sampai di sebuah jalan yang orang setempat menyebutnya Gang Mulya atau Kober.
Kontrak dari satu rumah ke rumah yang lain saya bertanya, apakah masih ada genting yang tersisa sebagai saksi bahwa kami berpindah pindah. Sekarang ini semua genting diganti asbes atau seng berlaga genting tanah.
Tahun 1986 Ayah memberanikan diri membeli tanah, rumah reot yang tak satupun bahan bangunannya digunakan. Maka berdirilah secara bertahap hingga jadi seperti sekarang. Ayah tekun mencari nafkah, kerja di dua tempat, memberikan jasa atas keahliannya yang diberikan oleh Alloh kepada Ayah, menyembuhkan orang yang patah tulang, hingga seingatku ketika kecil, orang orang sering meledek aku sebagai anak dukun urut.
Semoga cacian itu menjadi berkah sehingga dihilangkan segala bentuk kedengkian dalam diri. Ayah menjual madu sebagai sambilan mata pencaharian utamanya sebagai Guru. Ya.. Ayah dan Ibuku Guru, kini kedua adikku menjadi guru sedang Aku mm..,
Kakek mewarisiku berhijrah dari bukit ke bukit, Ayah mewariskanku Keberanian hidup, Ibu mewariskanku rendah hati dan terus tawakal. Kami hidup sederhana dengan kisah sederhana, tak ada yang luar biasa, susah senang bukanlah luar biasa, karena setiap orang mengalaminya. Semua memiliki jalan, dari kisah sederhana muda mudi yang jadian di tahun seribu sembilan ratus tujuh delapan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Gemuruh
Di awal musim hujan, petir langsung masuk lewat jendela, lewat celah celah genting, lewat rasa yang takut terkena kutuk. Sementara angin menghajar setiap yang ada, penghalang bambu, dahan dahan kelapa. Satu malam kau menangis, sementara hujan yang turun terus tak memberi ruang. Kelapa kelapa tua jatuh tepat dimana muka kita tertidur diatas bantal, beberapa genting pecah.
Kau menangis menerawang jauh ke kampung, pada kampungmu yang dingin, molek, salju juga ekspresi vulcano dan tangan tangan cita rasa. Kau menangis membelakangiku, bagai meja tak terpakai. Anganmu membawa semisal gereja di punggungan itu, semisal berpisah setelah perang, semisal amarah mengajak satu, namun tak bisa.
Aku memang anak anak, belum bisa berpikir banyak, aku memang kecil belum bisa berbuat banyak, namun coba kau lihat beberapa kumbang menghampiri sinar di balkon atas, setiap pagi menanti maut dimakan kucing, aku rasakan aku lebih darinya, yang sekilas, yang terpenggal kisahnya.
Kau menangis dalam gelap, sepi sendiri, fikir kau curahkan membuatku bangun, namun aku tak sejauh itu, bahwa hidup adalah bahagia, merasa yang disukainya, membuang angan yang muluk, kabur dari kebiasaan. Aku memang bukan kamu sementara kami terus mencari, dalam pagi setelah kopi, dalam pagi usai gerimis. Kau pergi dengan sapu sederhana.
Sementara makanan dingin yang ku hangatkan usai belanja sisanya sedikit untuk dikompos, energi dalam botol yang kau ternakkan lewat selang di tepi ruang juga kau tinggalkan mengejar cita. Namun aku menyukainya.
Masa lalu memang bulat dan begitu cepat ditinggalkan ketika kita tak punya rasa dan kini angin, gemuruh serta semuanya menemuiku.
Selamat jalan kemesraan, jadi buku kenangan dan kita makin saudara.
Kau menangis menerawang jauh ke kampung, pada kampungmu yang dingin, molek, salju juga ekspresi vulcano dan tangan tangan cita rasa. Kau menangis membelakangiku, bagai meja tak terpakai. Anganmu membawa semisal gereja di punggungan itu, semisal berpisah setelah perang, semisal amarah mengajak satu, namun tak bisa.
Aku memang anak anak, belum bisa berpikir banyak, aku memang kecil belum bisa berbuat banyak, namun coba kau lihat beberapa kumbang menghampiri sinar di balkon atas, setiap pagi menanti maut dimakan kucing, aku rasakan aku lebih darinya, yang sekilas, yang terpenggal kisahnya.
Kau menangis dalam gelap, sepi sendiri, fikir kau curahkan membuatku bangun, namun aku tak sejauh itu, bahwa hidup adalah bahagia, merasa yang disukainya, membuang angan yang muluk, kabur dari kebiasaan. Aku memang bukan kamu sementara kami terus mencari, dalam pagi setelah kopi, dalam pagi usai gerimis. Kau pergi dengan sapu sederhana.
Sementara makanan dingin yang ku hangatkan usai belanja sisanya sedikit untuk dikompos, energi dalam botol yang kau ternakkan lewat selang di tepi ruang juga kau tinggalkan mengejar cita. Namun aku menyukainya.
Masa lalu memang bulat dan begitu cepat ditinggalkan ketika kita tak punya rasa dan kini angin, gemuruh serta semuanya menemuiku.
Selamat jalan kemesraan, jadi buku kenangan dan kita makin saudara.
Satu karung beneran
Musim buah selalu banyak cerita di dalamnya, banyak cerita dan rasa. Rasa apa ?, "rasa durian". Ya bagi sebagian orang aromanya membuat mual, mabuk hingga muntah. Ada juga yang saking sukanya makan berlebih hingga mabuk sendiri dan pada akhirnya tak suka durian. Lain halnya dengan kami. Hingga berjuluk pemburu durian.
Banyak sekali jenis durian yang tersebar di pulau Borneo sedikitnya tercatat lebih dari lima durian yang saya rasa di pulau ini. Yang paling enak adalah Terantungan, ada pula yang menyebutkan durian daun. Dalam mengisi hari selalu saja ada kisah persahabatan kami, namun tidak pada menikmati durian, semua pakai strategi. Ada yang nggak pernah ngomong dalam menikmati, ekspresifnya kalau lagi makan durian, kalau dalam kehidupan biasanya kalem banget.
Ada juga yang lebih banyak berbicara sambil mengomentari hal yang menarik, kadang yang nggak perlu juga diceritakan, memang aroma durian bisa membuat orang kreatif, ekspresif, keranjingan, maniak dan lain sebagainya. Dan kini di depan kita "Satu karung beneran", bukan basa basi. Selamat mencoba.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Banyak sekali jenis durian yang tersebar di pulau Borneo sedikitnya tercatat lebih dari lima durian yang saya rasa di pulau ini. Yang paling enak adalah Terantungan, ada pula yang menyebutkan durian daun. Dalam mengisi hari selalu saja ada kisah persahabatan kami, namun tidak pada menikmati durian, semua pakai strategi. Ada yang nggak pernah ngomong dalam menikmati, ekspresifnya kalau lagi makan durian, kalau dalam kehidupan biasanya kalem banget.
Aroma durian yang disinyalir bisa membuat orang berbuat di luar dugaan.
Ada juga yang lebih banyak berbicara sambil mengomentari hal yang menarik, kadang yang nggak perlu juga diceritakan, memang aroma durian bisa membuat orang kreatif, ekspresif, keranjingan, maniak dan lain sebagainya. Dan kini di depan kita "Satu karung beneran", bukan basa basi. Selamat mencoba.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Memetik hikmah dari perjalanan
Alam merupakan media paling sempurna untuk kita berdialog, disana kita bisa menemukan banyak makna. Arti sebuah kejujuran, kebersamaan, belajar dari segala keterbatasan, keteguhan hidup dan masih banyak lagi. Dari sanalah kita bisa banyak mempelajari ayat ayat tersirat.
Namun kondisinya akan berbeda jikalau kita tidak mempersiapkan semuanya dengan matan. Ketika kita mendaki gunung semuanya harus dipersiapkan dengan teliti, apakah kesiapan mental, fisik serta perlengkapan pendukung sangat memadai. Sekali lagi saya tekankan jangan memandang remeh keadaan, hujan, suhu dingin, angin bagi kita yang di perkotaan menganggapnya biasa, namun tidak di ketinggian.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Namun kondisinya akan berbeda jikalau kita tidak mempersiapkan semuanya dengan matan. Ketika kita mendaki gunung semuanya harus dipersiapkan dengan teliti, apakah kesiapan mental, fisik serta perlengkapan pendukung sangat memadai. Sekali lagi saya tekankan jangan memandang remeh keadaan, hujan, suhu dingin, angin bagi kita yang di perkotaan menganggapnya biasa, namun tidak di ketinggian.
ilustrasi. Gambar lama, perjalanan Sapta Pala SMA 7 Jakarta
Belum lama ini kita dikejutkan oleh dua kematian yang jaraknya berdekatan ditempat yang berbeda, Satu korban berusia 16 tahun, meninggal di Gunung Gede dan pada beberapa hari setelahnya tepatnya pada hari Rabu tanggal 25 Desember 2013 satu orang lagi meninggal di kawasan Gunung Semeru. Nama nama ini menambah daftar orang meninggal di Gunung. Semoga arwah para Almarhumah dan Almarhum diterima di sisi Alloh SWT dan kita bisa memetik hikmah dari kejadian ini.Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Rabu, 25 Desember 2013
Selasa, 24 Desember 2013
Senin, 23 Desember 2013
Minggu, 22 Desember 2013
Sabtu, 21 Desember 2013
Rabu, 18 Desember 2013
Manfaat Jambu Biji
Mengelilingi Kintamani belum lengkap tanpa merasakan buah lokal, kawan kawan bisa merasakan jeruk Kintamani yang terkenal, kalau musimnya juga bisa merasakan jeruk Bali, ada juga yang tidak kenal musim, salah satunya adalah buah Jambu biji. Jambu biji ini memiliki banyak sekali khasiat.
Khusus untuk diare bisa juga dimanfaatkan pucuk daunnya, selama lima tahun saya di pulau Borneo, pucuk daun Jambu biji amat ampuh jadi obat diare, apabila kawan kawan semua ingin menghindari sedikit rasa pahitnya bisa juga dicampur dengan garam dan bisa langsung dikunyah setelah dibersihkan dahulu tentunya.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tanaman Jambu dan anak anak Kintamani, Bali (foto.fadlik)
Di dalamnya terdapat zat zat yang sangat baik untuk tubuh. Jambu biji bisa langsung dimakan dan terasa berbeda apabila kita mau mengolahnya menjadi Jus misalnya. Berikut adalah khasiat yang terkandung dalam Jambu biji : Sebagai anti oksidan, baik untuk pencernaan, mengikat kolesterol, mengikat asam empedu dalam usus serta mengeluarkannya, Obat diare serta menambah daya tahan tubuh.Khusus untuk diare bisa juga dimanfaatkan pucuk daunnya, selama lima tahun saya di pulau Borneo, pucuk daun Jambu biji amat ampuh jadi obat diare, apabila kawan kawan semua ingin menghindari sedikit rasa pahitnya bisa juga dicampur dengan garam dan bisa langsung dikunyah setelah dibersihkan dahulu tentunya.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Senin, 16 Desember 2013
Minggu, 15 Desember 2013
Sabtu, 14 Desember 2013
Pantai Sanur
Pantai Sanur, Bali merupakan pantai yang sering dikunjungi oleh wisatapan baik lokal maupun mancanegara. Hal ini tak heran, selain pasir pantainya yang putih, Sanur juga memiliki cerita klasik bagi seniman lukis dan tari Bali sehingga menjadi salah satu tujuan wisata.
Seiring perkembangannya banyak pantai yang digemari di Bali. Sanur tak luput bersama tarik ulur kepentingan, semakin banyak villa, wisata air dan aktivitas lainnya, yang tak kalah dan harus diperhatikan banyak pihak adalah permasalahan sampah. Hal ini dikarenakan pantai Sanur sangat dekat dengan pusat kota, sementara beberapa buangan dari limbah kota bermuara di Sanur.
Para relawan dari Denpasan Clean and Green setiap tiga hati sekali melakukan sosialisasi dan aksi nyata dengan membersihkan sampah di Sanur, para relawan ini memiliki banyak kisah unik tentang aksi aksi yang pernah dilakukannya, salah satunya adalah Bli Anom yang selalu disangka tukang sampah oleh para pengunjung, namun mereka dan Tim selalu sabar dan riang menghadapi hal yang sudah biasa dihadapinya.
Mereka tetap bangga menginformasikan agar semua tetap menjaga lingkungan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Seiring perkembangannya banyak pantai yang digemari di Bali. Sanur tak luput bersama tarik ulur kepentingan, semakin banyak villa, wisata air dan aktivitas lainnya, yang tak kalah dan harus diperhatikan banyak pihak adalah permasalahan sampah. Hal ini dikarenakan pantai Sanur sangat dekat dengan pusat kota, sementara beberapa buangan dari limbah kota bermuara di Sanur.
Relawan DCG ketika rehat di pantai Sanur
Para relawan dari Denpasan Clean and Green setiap tiga hati sekali melakukan sosialisasi dan aksi nyata dengan membersihkan sampah di Sanur, para relawan ini memiliki banyak kisah unik tentang aksi aksi yang pernah dilakukannya, salah satunya adalah Bli Anom yang selalu disangka tukang sampah oleh para pengunjung, namun mereka dan Tim selalu sabar dan riang menghadapi hal yang sudah biasa dihadapinya.
Mereka tetap bangga menginformasikan agar semua tetap menjaga lingkungan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Kamis, 12 Desember 2013
Selasa, 10 Desember 2013
Langganan:
Postingan (Atom)