Perjalanan jauh menjadi hal yang mengasyikan, terlebih apabila kita mengunjungi temapat tempat baru yang indah. Lain halnya jika perjalanan jauh menjadi sebuah rutinitas ditambah lagi hal itu kewajiban yang harus dijalankan. Namun tidak begitu bagi orang orang yang memang mendarmabaktikan semuanya untuk masyarakat,anak didiknya atau suatu komunitas yang dianggap perlu untuk didampingi agar ke depan komunitas tersebut menjadi lebih baik.
Saya teringat seseorang yang selalu mengikuti Pak Cokroaminoto dalam propaganda serikat Islam, beliau memiliki pandangan bahwa Pak Cokro datar dalam menyampaikan pandangannya di depan umum, sang pemuda itu kemudaian berlatih, maka Ia menjadi seorang orator terhandal di Negeri ini, namanya melagenda, kita mengenalnya sebagai Putera Sang Fajar. Tanpa lelah beliau mengabdikan dirinya untuk pemberdayaan masyarakat.
Ketika dibuang ke Ende Flores, beliau terus melakukan kegiatan pengayaan kapasitas untuk masyarakat sekitarnya, tanpa mengenal gaji, tanpa mengenal imbalan, masyarakat buta huruf didampinginya, berkawan dengan petani kelapa, nelayan serta kelompok masyarakat lainnya. Dari tahun 1934-1938 beliau terus berjuang dengan golongan bawah hingga beliau menulis lakon sandiwara yang pas dimainkan untuk orang orang buta huruf. Soekarno membuat Perkumpulan Sandiwara bernama Kalimutu yang diambil dari nama danau tiga warna yang terkenal di Flores.
Ketika dibuang di Bengkulu beliau juga aktif diperkumpulan Muhammadiyah. Sebagai Ketua bagian Pengajaran beliau mengajar, salah satu siswinya adalah Siti Fatimah yang lebih dikenal dengan sebutan Fatmawati yang kemudian diperistri. Pengayaan kapasitas menjadi keharusan bagi orang orang yang mau berfikir menjadikan daerah tersebut lebih maju. Tidak melihat tempat yang jauh, sulit dilalui. Amat berbeda dengan sekarang, bangku bangku kuliah banyak mencetak orang menjadi guru namun sedikit sekali yang mau hidup dalam keterbatasan demi berjuang menaikan harkat martabat orang orang di sekitarnya.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Saya teringat seseorang yang selalu mengikuti Pak Cokroaminoto dalam propaganda serikat Islam, beliau memiliki pandangan bahwa Pak Cokro datar dalam menyampaikan pandangannya di depan umum, sang pemuda itu kemudaian berlatih, maka Ia menjadi seorang orator terhandal di Negeri ini, namanya melagenda, kita mengenalnya sebagai Putera Sang Fajar. Tanpa lelah beliau mengabdikan dirinya untuk pemberdayaan masyarakat.
Ketika dibuang ke Ende Flores, beliau terus melakukan kegiatan pengayaan kapasitas untuk masyarakat sekitarnya, tanpa mengenal gaji, tanpa mengenal imbalan, masyarakat buta huruf didampinginya, berkawan dengan petani kelapa, nelayan serta kelompok masyarakat lainnya. Dari tahun 1934-1938 beliau terus berjuang dengan golongan bawah hingga beliau menulis lakon sandiwara yang pas dimainkan untuk orang orang buta huruf. Soekarno membuat Perkumpulan Sandiwara bernama Kalimutu yang diambil dari nama danau tiga warna yang terkenal di Flores.
Ketika dibuang di Bengkulu beliau juga aktif diperkumpulan Muhammadiyah. Sebagai Ketua bagian Pengajaran beliau mengajar, salah satu siswinya adalah Siti Fatimah yang lebih dikenal dengan sebutan Fatmawati yang kemudian diperistri. Pengayaan kapasitas menjadi keharusan bagi orang orang yang mau berfikir menjadikan daerah tersebut lebih maju. Tidak melihat tempat yang jauh, sulit dilalui. Amat berbeda dengan sekarang, bangku bangku kuliah banyak mencetak orang menjadi guru namun sedikit sekali yang mau hidup dalam keterbatasan demi berjuang menaikan harkat martabat orang orang di sekitarnya.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar