Jumat, 06 April 2012

Dari generasi ke generasi

Kehidupan di pesisir seperti termarjinalkan, kekayaan alam bawah laut semakin tidak terlihat. Indonesia yang memiliki garis pantai terluas di Dunia namanya tidak berkibar, hanya ada cerita kapal patroli dengan segala keterbatasan untuk menjaga kekayaan lautnya, ikan - ikan yang melimpah dicuri oleh negara tetangga yang sebanyak - banyaknya meraup tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.


Cerita pesisir yang umum ditemui adalah nelayan pencari ikan konsumsi, namun berbeda dengan kondisi nelayan di Desa Les Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng tepat di Utara Bali. Pantai yang mulai terkikis oleh ombak dikarenakan tanpa penghalang, tahukan anda bahwa terumbu karang yang hidup juga ikut menjaga pulau dari terjangan ombak, dari dalam air ia berjuang.


Kerusakan terumbu karang yang terjadi di Desa Les sebelum tahun 2000 dikarenakan cara menangkap ikan tidak ramah lingkungan. Mereka lebih suka menggunakan sianida, untuk memburu ikan hias.
Sianida sendiri merupakan bahan kimia karbon-nitrogen, yang dalam operasi pertambangan, digunakan untuk memisahkan emas dari batuan. Dikalangan nelayan Les, atau nelayan pencari ikan hias umumnya, sianida dikenal dengan nama potas.


Cerita Ketut Nange 70 tahun yang tidak begitu lancar menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Indonesia dicampur bahasa Bali. "Dahulu ikan - ikan mudah dicari, namun dikarenakan banyak nelayan menggunakan potas, terumbu karang yang menjadi rumah ikan menjadi puing dan ikan sulit dicari."
 bersama Ketut Nange di Pantai desa Les




Ketut Nange memiliki tiga orang anak, anak laki satu-satunya adalah Nengah Arsana 43 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir Nengah bersama kelompoknya coba mempraktekan cara tangkap ikan hias yang ramah lingkungan. Tujuannya tidak lain menjaga terumbu karang agar tetap lestari, Bersama Yayasan Alam Indonesia Lestari / Lini sekarang berkembang untuk menyosialisasikan upaya penyelamatan lingkungan sampai ketingkat pendidik. Tidak hanya itu, salah satu anggotanya kerap menjadi inspirator bagi nelayan di Pulau Seribu dan Sulawesi untuk menerapkan cara tangkap ikan hias yang ramah lingkungan.
 Pak Nengah Arsane dan Jukungnya yang bersandar 


Banyak berita berkembang, waktu telah mencatat Ngurah dari perusak karang menjadi penyelamat karang di Desanya. Banyak mahasiswa belajar untuk melakukan penelitian disini, dari dalam maupun luar Negeri. Rumah Nengah dan beberapa kawan di kelompoknya kerap menjadi tempat menginap bagi pemerhati alam bawah laut. Kini Nengah melakukan upacara pernikahan anaknya, kelak Made Arminiasih yang disapa Mini akan terus menjaga kekayaan alam bawah laut di Desanya. Selamat menempuh hidup baru, dari generasi ke generasi terus menjaga kekayaan alam di Desa Les.
 Bersama Mini dan Gede Sumardi


Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar