Oleh: Dr. Soetrisno Hadi 7'73.
Ada yang pasti dan wajib bagi Allah,swt yaitu sifat _mukhalafat li al-hawadits_ berbeda dari makhluk-Nya.
Sebab, jika Allah,swt serupa dengan makhluk ciptaan- Nya, bisa dipastikan Dia bukan Tuhan yang disembah.
Karena, Allah swt bukan tubuh, bukan juga ' _aradh_ , bukan keseluruhan, bukan pula bagian. Dia,swt terbebas dari segala keadaan atau perkara baru yang memiliki sifat-sifat tadi.
Atau sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia dan makhluk-makhluk lainnya seperti tidur, mengantuk, lupa, lapar, haus, butuh, dan sifat jasmani serta sifat ruhani.
Dalam ayat Kursi, QS.al-Baqarah,2:255, ditegaskan hal itu, "Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur..".
Dalil ' _aqli_ -nya, _rational_ _vindication_ sifat ini, andaikata Allah,swt tidak berbeda dengan makhluk-Nya dengan segala sifat, niscaya Dia serupa dengan mereka dalam hal barunya mereka. Atau mereka yang serupa dengan-Nya dalam hal _qidam_ -nya mereka. Maka hal itu, pastilah mustahil bagi-Nya.
Seandainya Allah,swt tidak berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Niscaya, Dia,swt berupa susunan. Sedang susunan mengharuskan dirinya baharu _hadits_ . Begitu pula, jika Dia,swt menyerupai makhluk dalam satu aspek atau dalam satu sifat, sehingga dzat-Nya lebih unggul dari makhluk. Niscaya, Dia swt berbeda dalam aspek dan sifat yang lain atau _mukhalafatu lil hawaditsi_ . Itu, kata Prof.Dr. Ali Jum'ah Muhammad, Mufti Agung Mesir, adalah mustahil bagi Allah.
Imam Abu Hassan al-Asy'ari, rhm mengungkapkan, "Seandainya Allah menyerupai sesuatu dari makhluk-Nya, niscaya Dia memiliki sifat baru dan butuh kepada sesuatu yang membarukan atau _muhdits_ . Sebagaimana butuhnya makhluk yang diserupai-Nya kepada Sang Pencipta. Atau, Dia justru didahului oleh makhluk yang mendahului-Nya. Selain itu, nyatalah dalil-dalil barunya seluruh makhluk dan _qidam_ nya Allah,swt.
Itu sebabnya, kata Prof.Ali Jum'ah Muhammad, kita harus yakin bahwa Allah swt
tidak memiliki sifat apapun yang dimiliki oleh makhluk atau sifat yang melekat pada mereka, seperti : cenderung pada tempat, waktu, kebutuhan jasmani, kebutuhan ruhani, sifat lemah, tidak berdaya, dan seterusnya.
Allah, _subhanahu wa ta'ala_ , maha suci dari segala sesuatu yang menyerupai. Maha suci dari segala yang menandingi, dan sekutu. Dia,swt juga Maha suci dari orang tua, anak, sahabat, lawan dan sebagainya. Sebab, dalam banyak hal, perkara yang menyerupai sama dengan yang diserupai.
Itu semua ditegaskan Allah swt dalam satu ayat dalam al-Qur'an, "Tiada yang menyerupai-Nya, Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat" (QS.asy-Syura,42:11).
KH.Syirajuddin Abbas mengatakan bahwa siapa yang mengi'tikadkan bahwa Tuhan duduk serupa duduk kita di atas kursi ; atau turun seperti turunnya kita dari tangga ; atau mempunyai wajah serupa wajah kita ; atau mempunyai kaki seperti halnya kaki kita. Maka orang itu, telah dengan sengaja menentang ayat itu, dan merendahkan derajat Tuhan.
Kesimpulannya, tidak ada yang menyerupai dzat Allah, baik sifat-Nya, maupun _af'al_ perbuatan-Nya. Karena Dia wajib berbeda seluruh perkara yang baru dan yang mungkin. Sebab, perkara yang menandingi dalam beberapa hal sama dengan perkara yang ditandinginya.
Semoga Allah,swt senantiasa meneguhkan iman, i'tikad, dan keyakinan kita. Terus menerus membimbing kita semua ke arah jalan yang benar, lurus, _hanif_ . Itulah i'tikad _ahlus sunnah wal jama'ah._