Gemercik air jatuh disekitarku, buah hujan yang belum lama turun, sekarang perlahan henti. Sangat jernih dari langit, namun jika digoda kota, menjadi asam karena serbuk timah serta tembaga buah dari kendara. Tak jauh dari tempatku berdiri, sampah menggenang tunggu antrian masuk selokan, buah dari kebiasaan penduduk kota, yang dianggap biasa. Memalukan, sekaligus memilukan.
Memalukan karena sekolah bertahun tahun penduduk Negeri tanpa hasil, tak ada etika, kemana lagi rupa malu yang dulu sering dibawa orang berilmu. Memilukan karena orang yang tau hanya diam, tanpa berbuat, semoga bergumam untuk Jakarta yang lebih mapan.
Kenangkanlah sobat, ketika aku menorehkan tinta, ku kenang lagi kisah ikan besar yang mati karena sering memakan kresek yang disangkanya ubur ubur di lautan. Kenangkan lagi tentang ibu, ayah, saudara, yang mengentaskan sampah kita di halaman karena sering membuang permasalahan. Kenangkanlah lagi tentang wanita pahlawan yang mengatakan mana dadamu, ini dadaku ?!, dia hanya wanita, yang menantang pengisi Negeri ini, yang hanya bisa membaca permasalahan tanpa mencari pemecahan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Memalukan karena sekolah bertahun tahun penduduk Negeri tanpa hasil, tak ada etika, kemana lagi rupa malu yang dulu sering dibawa orang berilmu. Memilukan karena orang yang tau hanya diam, tanpa berbuat, semoga bergumam untuk Jakarta yang lebih mapan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar