Pagi secarik kertas dan dingin sebilah pena, tentang kasih sayang untuk para pembela bumi. Saya ingatkan lagi bahwa dahulu manusia menangis rasakan malam, karena kosong dan mencekam.
Kemudian ilmu menjadi cahaya bahwa malam untuk merenung, bersyukur, berharap dalam doa kemudian tangis jatuh tak terhingga. Begitu banyak nikmat tercurah. Pada sebelah rasa, juga ada kalut, mencari, anggur dan tak terkendali.
Kemudian tanpa sadar kesiangan, hidup bau tanpa rencana, amarah meletup, buncahan terangkat dalam tak terkendalinya laksana semu.
Kemudian ada juga dalam terik bersemangat hingga lupa membasuh keringat, gumamnya adalah doa, laksananya adalah hasrat positif. Kemudian diberikannya kasih pada sesama, alam semesta yang sementara.
Untukmu itu aku memendam rasa, ingin memberi meski dalam doa, sambil memasuki barisan dalam inginmu. Saya yang berpesan untuk turut serta, bukan hanya tutur tapi berbuat teratur dengan penuh rasa syukur.
Kemudian baringlah dalam tidur, hingga makhluk makhluk di langit mendoakanmu.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Kemudian ilmu menjadi cahaya bahwa malam untuk merenung, bersyukur, berharap dalam doa kemudian tangis jatuh tak terhingga. Begitu banyak nikmat tercurah. Pada sebelah rasa, juga ada kalut, mencari, anggur dan tak terkendali.
Kemudian tanpa sadar kesiangan, hidup bau tanpa rencana, amarah meletup, buncahan terangkat dalam tak terkendalinya laksana semu.
Kemudian ada juga dalam terik bersemangat hingga lupa membasuh keringat, gumamnya adalah doa, laksananya adalah hasrat positif. Kemudian diberikannya kasih pada sesama, alam semesta yang sementara.
Untukmu itu aku memendam rasa, ingin memberi meski dalam doa, sambil memasuki barisan dalam inginmu. Saya yang berpesan untuk turut serta, bukan hanya tutur tapi berbuat teratur dengan penuh rasa syukur.
Kemudian baringlah dalam tidur, hingga makhluk makhluk di langit mendoakanmu.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar