Beberapa malam berlalu, "disini kami tetap terjaga, disini kami tetap waspada, disini kami membuka mata, disini kami tetap berdiri, disini kami tetap berpikir, disini kami slalu mencari..kesejatian diri. "
Begitulah penggalan kata yang mewakili kami, rasanya pas jika disandingkan dari syair di salah satu lagu yang dirilis oleh Om Iwan Fals dan Sawung Jabo di Album Anak Wayang.
Malam ini saya berpikir bahwa masalah yang menempa kami semakin besar, hingga dalam pertemuan sebelumnya kami menyimpulkan bahwa masalah adalah nafas kami.
Ruang kumal menjadi tempat kami belajar bahwa dimana pun Sapta Pala SMA 7 Jakarta berada maka landasannya adalah belajar dan bekerja dalam bingkai ibadah.
Bicara mengenai masalah, sekarang kawan kawan di Bali sedang dihadapkan dengan masalah besar tentang lingkungan, pro kontra muncul dari yang menolak dan menerima isu reklamasi.
Bagi kami Sapta Pala bahwa hal-hal yang mendukung pengrusakan lingkungan maka kami menentangnya. Kami hanya bisa bertanya, bagaimana nasib kelestarian mangrove di Bali, khususnya di Teluk Benoa.
Apakah dengan mereklamasi tempat tersebut maka kehidupan nelayan di Bali tak terpinggirkan, hal ini sudah terjadi di beberapa masyarakat nelayan di Bali.
Apakah investasi yang ditanam investor tidak menambah sentralistiknya kota dimana kota menjadi magnet hingga banyak orang beralih profesi dari petani, peternak menjadi buruh pelayanan di Kota. Jika hal itu yang terjadi maka pemerintah telah sukses menjadikan investor sebagai raja dan orang orang asli menjadi pendatang di tempat kelahirannya sendiri.
Salam berbagi dari kami yang berempati,
SAPTA PALA SMA NEGERI 7 JAKARTA.
Begitulah penggalan kata yang mewakili kami, rasanya pas jika disandingkan dari syair di salah satu lagu yang dirilis oleh Om Iwan Fals dan Sawung Jabo di Album Anak Wayang.
Malam ini saya berpikir bahwa masalah yang menempa kami semakin besar, hingga dalam pertemuan sebelumnya kami menyimpulkan bahwa masalah adalah nafas kami.
Ruang kumal menjadi tempat kami belajar bahwa dimana pun Sapta Pala SMA 7 Jakarta berada maka landasannya adalah belajar dan bekerja dalam bingkai ibadah.
Bicara mengenai masalah, sekarang kawan kawan di Bali sedang dihadapkan dengan masalah besar tentang lingkungan, pro kontra muncul dari yang menolak dan menerima isu reklamasi.
Bagi kami Sapta Pala bahwa hal-hal yang mendukung pengrusakan lingkungan maka kami menentangnya. Kami hanya bisa bertanya, bagaimana nasib kelestarian mangrove di Bali, khususnya di Teluk Benoa.
Apakah dengan mereklamasi tempat tersebut maka kehidupan nelayan di Bali tak terpinggirkan, hal ini sudah terjadi di beberapa masyarakat nelayan di Bali.
Apakah investasi yang ditanam investor tidak menambah sentralistiknya kota dimana kota menjadi magnet hingga banyak orang beralih profesi dari petani, peternak menjadi buruh pelayanan di Kota. Jika hal itu yang terjadi maka pemerintah telah sukses menjadikan investor sebagai raja dan orang orang asli menjadi pendatang di tempat kelahirannya sendiri.
Salam berbagi dari kami yang berempati,
SAPTA PALA SMA NEGERI 7 JAKARTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar