Lombok, 27/02/14. Pagi masih berselimut ketika saya dan Ady berangkat menuju Taman Wisata Alam (TWA) Bangko bangko. Tempat ini memiliki jarak lebih kurang 70 km dari Mataram. Kawasannya berada di desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Tempat ini dijadikan para peselancar manca negara untuk mengekspresikan hobinya. Selain itu TWA sebagai tempat tracking serta memancing.
Menurut keterangan Pak Baharudin sebagai petugas yang mengawasi TWA, bahwa di ujung barat Bangko bangko kerap dijadikan pendaratan penyu untuk bertelur, namun lokasi ini belum dimaksimalkan menjadi obyek wisata konservasi. Seperti diketahui bahwa Penyu termasuk spesies laut yang dilindungi, tiap tahun ampibi ini mengalami penurunan yang sangat drastis.
Matahari meninggi dari balik bukit yang berujung di Batu Abang. Para nelayan pemisahkan hasil tangkapan dari jaringnya. Para istri telah siap membuat perapian, ikan ikan tongkol jenis awan ini segera dijadikan pindang.
Dalam hitungan satu keranjang disusun menjadi 4 sampai 5 ekor, dalam satu keranjangnya dijual 20.000-25.000 rupiah. Pada saat ini nelayan mulai tersenyum setelah selama sebulan tidak bisa melaut karena musim yang tidak menentu. Ombak besar mengakibatkan para nelayan mengalihkan profesinya menjadi buruh bangunan di Kota, bekerja di kebun serta merapikan jaring, layar, badan perahu, serta peralatan lainnya yang rusak.
Matahari semakin terik, tempat tempat pemindangan masih mengepul. Pak Bahar usai mengawasi nelayan dihadiahan ikan untuk kita garap bersama. Ini memang moment mantap. Ikan segar, sambal lombok dengan jeruk, beras panenan sendiri serta sayur kelor memenuhi lambung kami semua. Jawabannya dua kata "Kenyang dan Puas". Usai makan siang saya mengunjungi tempat pemindangan ikan kembali, melihat Ibu ibu yang dengan gigih mencari nafkah mendukung suaminya.
Pemindangan di Bangko bangko dilakukan musiman sesuai musim ikan. Belasan gubuk beraktivitas kembali setelah ditinggalkan nelayan. Wilayah Bangko bangko menjadi salah satu titik untuk pemindangan di pulau Lombok di luar Ampenan dan Tanjung Luar. Ketika musim ikan datang harga harga ikan menjadi mahal, hal ini dikarenakan stok ikan dipasaran terlalu banyak.
Menurut SK Menteri Kehutanan No. 527 tahun 2011, kawasan ini berubah status menjadi TWA Bangko bangko yang memiliki luas 50 ha. Sementara di dalam kawasan terdapat 5 ha atau 10% lokasi yang diperbolehkan dibangun oleh masyarakat. Menurut keterangan Pak Bahar bahwa masyarakat terlebih dahulu tinggal di kawasan ini sebagai nelayan.
Kawasan TWA Bangko bangko dikenal sampai ke luar negeri, hal ini dikarenakan tempat berselancarnya yang indah. Di sekitar kawasan ini direncanakan akan dibangun kios, restorant serta pelabuhan terapung. Sayangnya dii tengah mimpi yang marak tidak disertai pembangunan yang memadai, dalam catatan kami bahwa kawasan ini masih memiliki akses jalan yang buruk.
Tak terasa matahari sudah condong ke barat. Kami memutuskan untuk pulang ke Mataram. Perjalanan normal tanpa hambatan bisa dicapai dua jam dengan kecepatan roda dua 40 km / jam. Jika anda telah merasakan Pantai Sengigi, Pantai Kuta, Gili Trawangan sampai Gunung Rinjani di Lombok maka tidak ada salahnya jika mengunjungi TWA Bangko bangko. Sebagai catatan bahwa tempat ini paling ajib jika dikunjungi pada saat musim ikan tiba.
Fadlik Al Iman
Menyongsong matahari terbit dalam perjalanan menuju TWA Bangko bangko
Menurut keterangan Pak Baharudin sebagai petugas yang mengawasi TWA, bahwa di ujung barat Bangko bangko kerap dijadikan pendaratan penyu untuk bertelur, namun lokasi ini belum dimaksimalkan menjadi obyek wisata konservasi. Seperti diketahui bahwa Penyu termasuk spesies laut yang dilindungi, tiap tahun ampibi ini mengalami penurunan yang sangat drastis.
Teluk di Bangko bango yang dijadikan pendaratan kapal nelayan
Pada saat kami singgah kebetulan ada ratusan kapal baru pulang dari melaut. Perjalanan kami memang sekaligus mencatat data pendaratan nelayan. Sedikitnya ada 146 kapal nelayan pencari ikan tongkol, mereka berasal dari Nusa Penida, Ampenan. Alasan mereka melakukan pendaratan di Bangko bangko karena lokasinya dekat sehingga menghemat bahan bakar.Dalam hitungan satu keranjang disusun menjadi 4 sampai 5 ekor, dalam satu keranjangnya dijual 20.000-25.000 rupiah. Pada saat ini nelayan mulai tersenyum setelah selama sebulan tidak bisa melaut karena musim yang tidak menentu. Ombak besar mengakibatkan para nelayan mengalihkan profesinya menjadi buruh bangunan di Kota, bekerja di kebun serta merapikan jaring, layar, badan perahu, serta peralatan lainnya yang rusak.
Matahari semakin terik, tempat tempat pemindangan masih mengepul. Pak Bahar usai mengawasi nelayan dihadiahan ikan untuk kita garap bersama. Ini memang moment mantap. Ikan segar, sambal lombok dengan jeruk, beras panenan sendiri serta sayur kelor memenuhi lambung kami semua. Jawabannya dua kata "Kenyang dan Puas". Usai makan siang saya mengunjungi tempat pemindangan ikan kembali, melihat Ibu ibu yang dengan gigih mencari nafkah mendukung suaminya.
Pemindangan di Bangko bangko dilakukan musiman sesuai musim ikan. Belasan gubuk beraktivitas kembali setelah ditinggalkan nelayan. Wilayah Bangko bangko menjadi salah satu titik untuk pemindangan di pulau Lombok di luar Ampenan dan Tanjung Luar. Ketika musim ikan datang harga harga ikan menjadi mahal, hal ini dikarenakan stok ikan dipasaran terlalu banyak.
Ady berfoto di atas bangunan fisik milik warga yang dijadikan Villa
Kawasan TWA Bangko bangko dikenal sampai ke luar negeri, hal ini dikarenakan tempat berselancarnya yang indah. Di sekitar kawasan ini direncanakan akan dibangun kios, restorant serta pelabuhan terapung. Sayangnya dii tengah mimpi yang marak tidak disertai pembangunan yang memadai, dalam catatan kami bahwa kawasan ini masih memiliki akses jalan yang buruk.
Jalan di dalam kawasan TWA Bangko bangko menuju tempat selancar
Tak terasa matahari sudah condong ke barat. Kami memutuskan untuk pulang ke Mataram. Perjalanan normal tanpa hambatan bisa dicapai dua jam dengan kecepatan roda dua 40 km / jam. Jika anda telah merasakan Pantai Sengigi, Pantai Kuta, Gili Trawangan sampai Gunung Rinjani di Lombok maka tidak ada salahnya jika mengunjungi TWA Bangko bangko. Sebagai catatan bahwa tempat ini paling ajib jika dikunjungi pada saat musim ikan tiba.
TWA Bangko bangko terlihat dari Batu Abang.foto.fadlik
Salam berbagi,Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar