Sistem kapitalisme membuahkan hasil rasaksa, semuanya menghitung dengan hitungan uang. Ketika terjadi bencana seperti Tsunami, gempa, letusan gunung dan yang serupa dengan duka lainnya. Misal saja letusan gunung Sinabung, letusan gunung Kelud menjadikan media memberitakannya.
Bisa ditebak bahwasanya ketika kita mendengarkan berita contoh saja bencana banjir yang melanda jakarta kemarin, begini beritanya, karena banjir penduduk Jakarta mengalami kerugian triliyunan rupiah, bisnis menjadi terhambat, ekonomi melemah namun tidak melihat sisi lainnya bahwasanya air tak memenuhi haknya menyerap tanah tanah karena orang orang menutupinya dengan beton.
banyak pemberitaan yang disusun berdasarkan materi, sekarang kalau kalimatnya dirubah, bahwa penerbangan pesawat dibatalkan untuk menghindari korban jiwa, jadi tak melulu hitungan rugi. Biasanya pemberitaannya selalu begini, karena gunung Kelut meletus maka penerbangan ditunda dan banyak maskapai penerbangan mengalami kerugian hingga milyaran rupiah.
Untuk itu tak heran jika manusia terus bekerja tanpa memetik hikmah dari semua kejadian. Orang orangpun dibentuk berpikir matrealistis tidak humanis.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Bisa ditebak bahwasanya ketika kita mendengarkan berita contoh saja bencana banjir yang melanda jakarta kemarin, begini beritanya, karena banjir penduduk Jakarta mengalami kerugian triliyunan rupiah, bisnis menjadi terhambat, ekonomi melemah namun tidak melihat sisi lainnya bahwasanya air tak memenuhi haknya menyerap tanah tanah karena orang orang menutupinya dengan beton.
banyak pemberitaan yang disusun berdasarkan materi, sekarang kalau kalimatnya dirubah, bahwa penerbangan pesawat dibatalkan untuk menghindari korban jiwa, jadi tak melulu hitungan rugi. Biasanya pemberitaannya selalu begini, karena gunung Kelut meletus maka penerbangan ditunda dan banyak maskapai penerbangan mengalami kerugian hingga milyaran rupiah.
Untuk itu tak heran jika manusia terus bekerja tanpa memetik hikmah dari semua kejadian. Orang orangpun dibentuk berpikir matrealistis tidak humanis.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar