Rumah kecil yang terbilang mahal pada eranya, ukuran 2,5 x 6 meter, 400 ribu perbulan. Mahal karena letaknya yang strategis. Rumah kecil itu menjadi lapang terasa dikarenakan setiap orang dari manapun dipersilahkan untuk mengunjunginya. Rumah memang tempat untuk bernaung, dikala hujan, terik, rasa panas yang kerap hadir, petaka banjir yang terjadi karena kesalahan kita, menutup pori pori tanah, menebang pohon, mempersempit saluran air, membuang sampah sembarangan hingga terjadi pendangkalan serta saluran mampet. Ya.. semua kisah dialami dalam rumah yang kecil itu, rumah yang terus diperpanjang dari hasil cicilan para anggotanya.
Dari rumah ini juga lahir ide, Qurban, Panitia I'tiqaf, Sevenist Smart Camp (SSC), Lomba Gerak Jalan 7ist, yang arsipnya kadang tertinggal dan disimpan di rumah ini. Banyak kisah disini, dari makan kenyang hingga muntah karena keracunan, iya.. itu ujian karena kebodohan. Makan tapi nggak ngeliat batas pemakaian (ekspayer), walhasil untuk menetralisir, dikeluarkan amunisi norit yang memang ada di Kotak Obat PPGD dari tas hijau bra'i. Rumah yang selalu dihantui kebakaran karena letaknya yang berhimpitan, namun dari rumah ini dihimpun barang barang untuk banyak kegiatan Bakti Sosial. Rumah kebanjiran yang mambantu korban banjir.
Rumah ini tidak terasa seperti rumah yang aman, namun dari penjahat sampai jagoan pernah tertidur pulas disini. Sekretariat Sapta Pala SMAN 7 Jakarta sebagai rumah kami, menjadi lebih berkah ketika anak anak tetangga mau datang berkunjung, pintunya selalu terbuka untuk siapapun yang mau belajar. Rumah ini sering sekali dibersihkan, namun sesering itu pula kembali bau. Kencing tikus, genting bocor, kencing anak kecil, bau pakaian yang busuk, semuanya numplek di sini. Rak Perpustakaan buku yang digantung tepat di atas kepala ketika tidur, yang kadang buat nyelipin makanan, alat panjat sampai kaus kaki.
Berawal dari rumah ini juga dilakukan bisnis backing membecking, mungkin ada yang masih inget ckckck.. (backing yang positif kok), uangnya lumayan buat nutup kontrakan satu bulan. Dari Event fasilitasi Sekolah di Tanah Abang, fasilitasi anak anak sekitar kampung, jadi redaktur dadakan di Buletin CONTEX7 sampai menjadi tempat jasa penyewaan alat Mountenering kami lakukan. Rumah yang satu ini memang memuat banyak kisah. Rumah diberi dan memberi.
Tiap bulan puasa lantunan ayat suci terdengar dari rumah ini, terlebih kalau Pak Kyai, Bung Is serta Mhr didaulat datang. Rumah ini menjadi tempat belajar, kalau tempatnya terlalu sempit atau panas kita punya halaman yang luas di depan rumah, satu lapangan bola sepak, luas banget untuk diskusi, sofanya dari besi ala halte bus untuk pemain bola cadangan agar bisa saling bicara tukar cerita. Meski rumah ini tidak memenuhi kriteria aman dan nyaman namun banyak yang butuh, rumah ini menjadi tempat bisnis, banyak ide muncul, rumah ini menjadi sumber ilmu, tanya, ditanya dan masih banyak lagi. Semoga kita bisa punya rumah lagi, serta meninggalkan kerjaan yang dulu seharusnya nggak dilakukan. Hehe.., mengenang satu rumah banyak kisah. Nyanyian kode : "bibi lung", "ikan", "goGO-nguuuK" (palanye nongol waktu ngitung nasi goreng), "Medical Suplay" dan masih banyak lagi..
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Dari rumah ini juga lahir ide, Qurban, Panitia I'tiqaf, Sevenist Smart Camp (SSC), Lomba Gerak Jalan 7ist, yang arsipnya kadang tertinggal dan disimpan di rumah ini. Banyak kisah disini, dari makan kenyang hingga muntah karena keracunan, iya.. itu ujian karena kebodohan. Makan tapi nggak ngeliat batas pemakaian (ekspayer), walhasil untuk menetralisir, dikeluarkan amunisi norit yang memang ada di Kotak Obat PPGD dari tas hijau bra'i. Rumah yang selalu dihantui kebakaran karena letaknya yang berhimpitan, namun dari rumah ini dihimpun barang barang untuk banyak kegiatan Bakti Sosial. Rumah kebanjiran yang mambantu korban banjir.
Rumah ini tidak terasa seperti rumah yang aman, namun dari penjahat sampai jagoan pernah tertidur pulas disini. Sekretariat Sapta Pala SMAN 7 Jakarta sebagai rumah kami, menjadi lebih berkah ketika anak anak tetangga mau datang berkunjung, pintunya selalu terbuka untuk siapapun yang mau belajar. Rumah ini sering sekali dibersihkan, namun sesering itu pula kembali bau. Kencing tikus, genting bocor, kencing anak kecil, bau pakaian yang busuk, semuanya numplek di sini. Rak Perpustakaan buku yang digantung tepat di atas kepala ketika tidur, yang kadang buat nyelipin makanan, alat panjat sampai kaus kaki.
Berawal dari rumah ini juga dilakukan bisnis backing membecking, mungkin ada yang masih inget ckckck.. (backing yang positif kok), uangnya lumayan buat nutup kontrakan satu bulan. Dari Event fasilitasi Sekolah di Tanah Abang, fasilitasi anak anak sekitar kampung, jadi redaktur dadakan di Buletin CONTEX7 sampai menjadi tempat jasa penyewaan alat Mountenering kami lakukan. Rumah yang satu ini memang memuat banyak kisah. Rumah diberi dan memberi.
Tiap bulan puasa lantunan ayat suci terdengar dari rumah ini, terlebih kalau Pak Kyai, Bung Is serta Mhr didaulat datang. Rumah ini menjadi tempat belajar, kalau tempatnya terlalu sempit atau panas kita punya halaman yang luas di depan rumah, satu lapangan bola sepak, luas banget untuk diskusi, sofanya dari besi ala halte bus untuk pemain bola cadangan agar bisa saling bicara tukar cerita. Meski rumah ini tidak memenuhi kriteria aman dan nyaman namun banyak yang butuh, rumah ini menjadi tempat bisnis, banyak ide muncul, rumah ini menjadi sumber ilmu, tanya, ditanya dan masih banyak lagi. Semoga kita bisa punya rumah lagi, serta meninggalkan kerjaan yang dulu seharusnya nggak dilakukan. Hehe.., mengenang satu rumah banyak kisah. Nyanyian kode : "bibi lung", "ikan", "goGO-nguuuK" (palanye nongol waktu ngitung nasi goreng), "Medical Suplay" dan masih banyak lagi..
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar