Banyak inspirasi dari reptil ini. beberapa ungkapan , contohnya air mata buaya, buaya darat, buaya judi, buaya minum, lidah buaya (nama pohon) dan beberapa yang lain. Dua minggu sebelum saya meninggalkan Borneo setelah penantian selama 5 tahun barulah saya sempat melihat langsung keberadaannya di Sungai Taringin Lama Kabupaten Kotawaringin Barat, kalimantan Tengah. Di dalam kawasan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau atau yang sering disebut SMSL. Panjang buaya ini berkisar 6 meter. Sulit sekali ditemui, selain kamuflasenya yang sempurna, buaya ini juga sangat sensitif terhadap bising, jadi kalau mau nyari keburu ngilang. Kemungkinan besar mudah ditemui ketika kemarau, air sungai sedikit, buaya-buaya juga kadang terlihat berjemur di pinggir sungai atau di dahan pohon yang roboh.
Buaya Senyulong atau Sapit ini memiliki ciri khas pada bagian moncongnya yang menyempit. Buaya ini termasuk dilindungi, menurut penelitian tahun 2009 di salah satu sungai di Kalimantan, bahwa dalam radius 70 kilometer cuma ada 4 ekor buaya Senyulong. Buaya terkenal agresif saat menjaga telur-telurnya. Hewan ini menjadi sumber inspirasi kesetiaan pada pasangan. Ketika pasangannya mati maka yang hidup akan terus setia tidak mencari yang lain sampai akhir hayatnya. Itu makanya orang Betawi bawa roti Buaya kalau ngelamar.
Ada tiga pulau di Indonesia yang dihuni Senyulong, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ada empat jenis buaya yang dilindungi di Indonesia, yakni buaya Irian, buaya Muara, buaya Siam dan Senyulong. Buaya dilindungi oleh Undang-undang, berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Pengecualian bagi buaya darat, nggak akan dilindungi.
Buaya lainnya yakni Siam dan Mindoro yang mulai langka sehingga dimasukkan dalam status konservasi Critically Endangered (Critis) oleh IUCN badan PBB yang menangani permasalahan lingkungan. Reptil dalam status Terancam Punah adalah Senyulong, sedangkan buaya Irian dan Muara dalam status Konservasi Beresiko Rendah. Begitu banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah kepunahan. Pemerintah menetapkan status Insitu dengan menjaga di habitat aslinya, seperti Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Suaka Alam. Eksitu yakni di luar habitat aslinya, seperti Kebun Binatang, Kebun Raya, Taman Safari.
Di habitat aslinya jumlah buaya semakin sedikit, hal ini dikarenakan penebangan liar, pencemaran air sungai, pola tangkap yang tidak ramah lingkungan, beberapa kali saya melihat buaya tertangkap jaring nelayan, bahkan ada yang disetrum. Marilah jaga keanekaragaman hayati Indonesia. Dengan kita menjaga rawa, sungai, danau, muara dan lahan basah lainnya secara alami, berarti kita juga menjaga kelangsungan Senyulong dan beberapa kawan melata lainnya dari kepunahan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Nb. Terima kasih untuk kawanku Inug Wae dan Dessy Arifin yang sudah mempersilakan fotonya.
Buaya Senyulong atau Sapit ini memiliki ciri khas pada bagian moncongnya yang menyempit. Buaya ini termasuk dilindungi, menurut penelitian tahun 2009 di salah satu sungai di Kalimantan, bahwa dalam radius 70 kilometer cuma ada 4 ekor buaya Senyulong. Buaya terkenal agresif saat menjaga telur-telurnya. Hewan ini menjadi sumber inspirasi kesetiaan pada pasangan. Ketika pasangannya mati maka yang hidup akan terus setia tidak mencari yang lain sampai akhir hayatnya. Itu makanya orang Betawi bawa roti Buaya kalau ngelamar.
Ada tiga pulau di Indonesia yang dihuni Senyulong, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Ada empat jenis buaya yang dilindungi di Indonesia, yakni buaya Irian, buaya Muara, buaya Siam dan Senyulong. Buaya dilindungi oleh Undang-undang, berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Pengecualian bagi buaya darat, nggak akan dilindungi.
Buaya lainnya yakni Siam dan Mindoro yang mulai langka sehingga dimasukkan dalam status konservasi Critically Endangered (Critis) oleh IUCN badan PBB yang menangani permasalahan lingkungan. Reptil dalam status Terancam Punah adalah Senyulong, sedangkan buaya Irian dan Muara dalam status Konservasi Beresiko Rendah. Begitu banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah kepunahan. Pemerintah menetapkan status Insitu dengan menjaga di habitat aslinya, seperti Taman Nasional, Suaka Margasatwa, Suaka Alam. Eksitu yakni di luar habitat aslinya, seperti Kebun Binatang, Kebun Raya, Taman Safari.
Di habitat aslinya jumlah buaya semakin sedikit, hal ini dikarenakan penebangan liar, pencemaran air sungai, pola tangkap yang tidak ramah lingkungan, beberapa kali saya melihat buaya tertangkap jaring nelayan, bahkan ada yang disetrum. Marilah jaga keanekaragaman hayati Indonesia. Dengan kita menjaga rawa, sungai, danau, muara dan lahan basah lainnya secara alami, berarti kita juga menjaga kelangsungan Senyulong dan beberapa kawan melata lainnya dari kepunahan.
Salam berbagi,
Fadlik Al Iman
Nb. Terima kasih untuk kawanku Inug Wae dan Dessy Arifin yang sudah mempersilakan fotonya.
Trims Untuk share pengetahuannya Brother, ada banyak lagi kekayaan alam terutama didalam hutan yang menunggu untuk diinterpretasikan....
BalasHapusSalam PhotoGraphium,