Gunung Rinjani selalu memberi kesan tersendiri bagi setiap pendaki. Gunung yang terletak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat memikat wisatawan dari berbagai penjuru Bumi Pertiwi dan manca negara. Berikut liputan tentang Gunung Rinjani yang dilakukan pada pergantian tahun 2011 ke 2012 oleh Fadlik Al Iman.
Gunung Rinjani memiliki nilai spiritiual bagi orang Hindu Bali dan Suku Sasak. Orang Bali menganggap Rinjani adalah satu dari tiga gunung yang disucikan karena dianggap tempat tinggal para Dewa, setelah Semeru dan Agung.
Tiba di Lombok setelah adaptasi dan melengkapi semua perlengkapan di Kampus Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM), kami menuju Desa Sembalun menggunakan kendaraan yang difasilitasi rekan dari Mahasiswa Pecinta Alam UMM. Desa Sembalun merupakan salah satu jalur masuk ke Taman Nasional Gunung Rinjani. Saat perjalanan ke Sembalun beberapa kali kami berhenti, takjub melihat karunia yang begitu tak ternilai, Monyet ekor panjang yang lalu lalang, pohon-pohon di ketinggian yang dilapisi lumut sebagai mantel alami .
Dari basecamp Sembalun ke Pos Satu dihiasi padang savana seperti bukit teletubbies, saya sedikit memotong jalan lewat hutan atas saran kawan Mapala UMM karena bisa menghemat dua jam perjalanan. Angin padang yang bertiup membuat ilalang-ilalang melambai bagai jutaan rajutan yang begitu indah. Ada eksotisme yang tidak terbantahkan disana. Selama perjalanan, kami sering berpapasan dengan pendaki asing. Tidak heran, gunung Rinjani memang salah satu daya tarik wisata yang terkenal di mancanegara.
Kami sempat bermalam di Pos II dan di Pos Plawangan Sembalun, awan sudah berada sejajar dengan kaki kami. Di sini hawanya memang lain, sudah terasa benar-benar di alam liar. Angin disini terasa sangat kencang. Pelawangan Sembalun adalah pos terakhir sebelum puncak, dengan ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani berada di ketinggian 3726 mdpl. Berarti masih ada sekitar satu km vertikal, saya jadi malas membayangkannya.
Tekad kami akan summit attack di awal hari tahun baru 2012 . Sisa-sisa tenaga kami kumpulkan demi Puncak Rinjani. Daypack, headlamp, makanan kecil, P3K, air hangat, dan tidak lupa kamera. Target kami tepat saat subuh sudah di puncak dan mengambil foto sunrise dari sana. Jalur menuju puncak adalah pasir, mirip seperti di Semeru. Jalur ini sangat mengerikan, kiri kanan langsung jurang menganga lebar.
Rinjani mengajarkan saya untuk selalu tidak menyerah dalam keadaan apapun. Angin dingin sampai ke tulang, rasa kantuk yang luar biasa, langkah demi langkah kami lakukan, walaupun terkadang kaki terjebak di pasir, yang hanya perlu dilakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa. Dan… kami pun berada di Puncak Rinjani tepat pada hari pertama 2012. “Selamat Tahun Baru 2012 Kawan!”
Rasa haru berbaur menjadi satu, terlebih ketakjuban pada ciptaan-Nya yang menyelimuti, Subhanallah, sungguh tak terbayar. Dari puncak 3726 meter di atas permukaan laut, saya bisa melihat semua sisi Pulau Lombok, bahkan Pulau Bali dengan Gunung Agung dan Gunung Baturserta Sumbawa dengan Tamboranya. Tepat jam 7 pagi kami putuskan untuk turun.
Sesampainya di Plawangan kami beristirahat sebentar dan bersiap untuk turun ke Danau Segara Anak. Danau Segara Anak berada di ketinggian 1700 mdpl. Jalurnya cukup berbahaya, karena banyak sekali bebatuan dan pasir. Hati-hati berpijak disini. Danau Segara Anak memberikan kejutan yang luar biasa, hot spring! Ahhh, rasanya nikmat sekali berendam di air panas setelah perjalanan yang melelahkan. Rinjani memang penuh dengan kejutan.
Yang paling saya tidak bisa lupakan dari Danau segara anak adalah pada saat sunset. Sulit melukiskannya dengan kata-kata. Sinar matahari sore menyinari pegunungan di sekitar Segara Anak. Saya merasa seperti bukan di Indonesia. Tetapi ini benar-benar Indonesia, Bung! Saya benar-benar cinta dengan Indonesia!
Hari ke empat yang namanya turun gunung, pasti turun kan? Tetapi untuk Rinjani, dari Danau Segara Anak kita harus naik kembali ke Plawangan Senaru kalau mau mencoba jalur yang lain, atau bisa juga ke Plawangan Sembalun jika menjajal kembali jalur yang sudah dilewati selama 4 jam! Baru kemudian turun kembali. Jalur dari Segara Anak ke Plawangan Senaru agak ekstrim, bahkan beberapa hampir rock climbing. Harus ekstra hati-hati. Tidak ada ampun kalau salah langkah. Melewati tiga pos, setiap pos memiliki pos ekstra atau pos bayangan.
Sesampainya di Desa Senaru suasana di sini sangat bersahabat, semuanya berkumpul menyaksikan TV bersama-sama, karena tidak semua keluarga memiliki TV. Kami makan dan minum bersama sambil saling bicara berbagi cerita tentang kisah Dewi Anjani legenda Gunung Rinjani serta beberapa aturan-aturan yang ditaati penduduk setempat. Kami bermalam di warung itu. Hari ke enam kami putuskan untuk kembali ke Mataram.
Terima kasih Rinjani surga para pendaki, wajar jika surga ini bisa dinikmati, bayangkan dari Desa Senaru kita mendaki dari ketinggian 500 mdpl. Kami sangat menikmatinya, satu malam di Pos Dua, satu malam di Pos Plawangan Sembalun, tiga malam di Danau Segar Anak, satu malam di Desa Senaru. Kami sarankan buatlah jadwal mendaki tidak di musim hujan, karena selama perjalanan kami sering dianugerahi hujan. Terima kasih juga saya ucapkan untuk rekan – rekan dari Mapala Muhammadiyah Mataram, rekan dari Medan, Palembang dan Pasar Minggu yang menemani perjalanan ini. Nikmatnya Rinjani, ia akan selalu memanggil yang pernah atau belum pernah mengunjunginya, karena ia adalah Surga Para Pendaki. (FAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar