Senin, 06 Oktober 2025

Pendekatan Pendidikan Di Indonesia

 Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyoroti sistem pendidikan Indonesia. 


Ia menilai pendidikan Indonesia masih menggunakan pendekatan abad ke-20, sementara para murid sudah hidup di era abad ke-21.


Hal itu disampaikan Anies saat menjadi keynote speaker dalam konferensi ASEAN for the Peoples Conference bertajuk “Ideas to Upgrade and Reform Our Education Ecosystem” di The Sultan Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (5/10).



“Saya pikir ada fenomena hari ini yang kita hadapi, yaitu kita memiliki anak-anak abad ke-21. Namun, sistem sekolah kita masih beroperasi dengan pola pikir abad ke-20. Jadi, murid-muridnya abad ke-21, gurunya abad ke-20, dan tata letak kelasnya sebenarnya abad ke-19,” ujar Anies.

Heroiknya Suparlan

Pratu Suparlan dia  seorang prajurit Kopasandha yang dikenal karena tindakan heroiknya menahan serangan 300 pasukan musuh sendirian di Timor Timur. Pada 9 Januari 1983 Suparlan tergabung dalam unit nanggala L-II Yang Beranggotakan 9 Orang. unit ini berada dibawah pimpinan Letnan Satu Podiman Dasuki, unit kecil ini melakukan patroli di wilayah KV 34, Kompleks Liasidi, Timor Timur, Wilayah yang dimana para Pasukan Fretelin dalam jumlah besar bersembunyi, keberadaan pasukan TNI itu terpantau oleh musuh. Kelompok Fretelin  yang berkekuatan 300 orang segera melakukan penghadangan. 

Mereka mengambil posisi di diatas bukit dan ketika target terlihat mereka langsung melancarkan serangan gencar. Pasukan TNI pun terjepit, 3 Personel TNI langsung gugur. Sang Komandan, Suparlan dan anggota lainnya yang selamat segera berlindung dan membalas serangan tapi kenyataanya mereka sudah terkepung. Hanya ada satu celah bukit untuk meloloskan diri. Dalam situasi krusial Suparlan dengan gagah berani maju seorang diri menahan musuh untuk memberikan kesempatan pada komandan dan rekanya mundur. Tak ayal lagi ia menjadi sasaran tembak. Tak terhitung peluru yang bersarang ditubuhnya tapi Suparlan tetap maju sampai peluru M16 nya habis. Ia langsung menyambar senapan mesin rekanya yang gugur dan menembaki musuh yang berada di balik semak sampai peluru terakhir. 



Seragamnya sudah basah dengan darah, ia membuang senjatanya lalu mencabut pisau komando dan memburu musuh satu persatu, 6 orang berhasil dirobohkan, sampai ia kehabisan darah dan tenaga ia terduduk. Pasukan pretelin segera mengepungnya dan siap memberi tembakan penghabisan. Saat itulah Suparlan dengan sisa tenaga terakhirnya melompat kearah kerumunan musuh dengan pekik Takbir ia mencabut pin granatnya. Suparlanpun meledajan diri bersama beberapa pasukan Fretelin yang mengepungnya.

Pasukan Bantuan TNI Datang dan FRETILIN Berhasil dipukul mundur, dalam Pertempuran Tersebut Sekitar 7 Tentara Indonesia gugur dan 83 Milisi FRETILIn tewas. Para Personel TNI Menemukan jasad Suparlan dalam Kondisi Tidak Utuh.

Saat gencatan senjata Komandan Fretilin berkirim surat pada TNI menyatakan kekagumannya dan penghormatanya atas keberanian prajurit Suparlan.

Selamat HUT TNI ke 80 
TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju

Sabtu, 04 Oktober 2025

Perjuangan Seorang Difabel

 Dengan Tubuh Bengkok, Difabel Yatim Piatu ini Jualan Kerupuk Tuk Hidupi 2 Adiknya



Setiap langkah Nazaruddin adalah perjuangan. Tubuhnya sering gemetar, kakinya tidak stabil, dan sewaktu-waktu bisa k*j4ng tanpa peringatan. Namun, di lehernya selalu tergantung kantong kerupuk, dagangan sederhana yang jadi satu-satunya harapan untuk memberi makan kedua adiknya.

“Kaki saya suka gerak sendiri, kepala pusing, tangan gemetar terus... tapi kalau saya enggak jualan, adik saya enggak makan.”

Nazaruddin bukan hanya difabel. Ia juga yatim piatu. Sejak ibunya wafat karena k*nker ot4k dan ayahnya lebih dulu tiada, ia mengambil tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Padahal, tubuhnya sendiri nyaris tak bisa dikendalikan setelah menjadi korban t*br*k l*ri saat masih SMA. 


Sejak kec*l*ka*n itu, ia sering k*j4ng, kehilangan keseimbangan, dan harus hidup dengan gangguan s*raf otak seumur hidup. Namun ia tidak menyerah. Setiap hari, Nazaruddin berjalan kaki keliling kampung, menjajakan kerupuk. Penghasilannya sangat pas-pasan, ia pakai untuk membeli obat k*j4ng dan sedikit bahan makanan untuk adik-adiknya.

Ia tak pernah meminta-minta. Ia tetap bekerja. Dengan tubuh yang lemah, dengan langkah yang berat. Kini Nazaruddin hanya punya satu harapan. Bisa sembuh dan buka warung kecil di rumah, agar tetap bisa berjualan tanpa harus berjalan jauh dan menahan sakit.

Donasi dari teman-teman nggak hanya disalurkan untuk Nazaruddin saja. Namun beliau juga setuju dan memberikan izin ke Salam Setara untuk menyalurkan bantuan di galang dana ini ke penerima manfaat lainnya dengan kebutuhan serupa.

Link donasi https://kitabisa.com/campaign/simpultetapberjuang/story