Senin, 31 Agustus 2015

Kami

Kami hanya sapu jumlah satu, bisa karena bapak yang bijak. Sehat karena ibu pengasuh. Duri dalam hidup tak lagi kami rasa, karena lama kami tak makan ikan.

Hanya nasi, lebih baik asap, hanya kuli lebih baik korupsi. Orang hanya pakai "hanya", dengan maksud halus agar tak terlimpah segala susah.

Namun ruang dan waktu lebih tau, bersekutu lalu menyeleksi siapa di antara kita yang jadi jawaranya.

Kami hanya anak kampung, yang punya keringat untuk diperas, tidak punya otak yang mapan untuk jadi anggota dewan.

Kami hanya di jalan, trotoar sofa kami, debu jadi selimut, rindu jadi jawaban. Kami sedang berhijrah, menuju harap yang kalender.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Soal Rasa

Terima kasih atas ini, mungkin itu saja.
Waktu itu kita begini, belum tentu besok begitu. Sementara kupasan jeruk di dalam kamar, bersama lentera diskusi kebersamaan.

Bahasa kita memang lain dari bahasa keluarga pada umumnya. "gebleg, norak, instan, lugas, tanpa makna. " Namun bahagia tak terelakkan.

Rasa syukur memancar dari makanan di atas meja yang kau sajikan, dari atas kursi,  di balik mukena kau menunduk. Tau kah kamu aku rindu dan berharap kau mendoakan ku.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Rindu

Untuk yang manis di rumah, malam ini kita terhindar dari menyatu yang memanjakan. Adakalanya kita memang berpisah namun untuk menguatkan. Saya ingat, beberapa jam yang lalu sekuntum sms ku lihat kemudian laksana tawamu di atas sofa.

Kuntum yang lain berderet, seolah canda, doa, perhatian dari lap kacamata yang dibungkus pelindung. Ya.., semua memang berkata kata. Oh ya aku ingat kebun raya, diskusi terjalnya transaksi transaksi yang menggadaikan nasib bangsa. Analisamu tajam, bagai ribuan buku yang sudah kau telan.

Aku tau kau bersama buku sebelum bertemu aku, menyendiri dan tertidur di balik lipatan kertas pengingat halaman.

Aku tau kau sudah biasa sendiri, sementara aku sering sekali meninggalkan rumah, barangkali mencari uanguntuk biaya beli buku.

Besok kita bertiga,  bangganya aku jadi ayah, punya anak, punya cerita, punya nostalgia. Tidur indah ya, buku buku menjagamu, prilaku malam menjagaku atas rayumu lewat kuntum.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Untuk Buya

Pada malam yang gelap, debu debu terbawa angin, di atas aspal masuk ke selokan. Ada yang beruntung hanya singgah di keset dan filter AC. Pada malam malam sebelumnya banyak orang lapar karena tak tau mengolah tanah.

Pada malam malam ini,  banyak orang lapar karena tanahnya tergadai. Debu debu malam hanya ikut hembusan angin, masuk ke dalam selokan kemudian di bawa air.

Cerita ini bukan hendak bermaksud namun memperkirakan seberapa lelah nalar ini bekerja di ujung malam. Ada cara cara,  ada kata kata yang kemudian dirangkai dan pernah bergema di masjid ini.

Buya sang Ulama,  sang pujangga, yang keras, yang tegas yang lembut menghanyutkan. Di dalam tatap malam aku rindu Buya hadir. Smilir ku ingat, seringai suara radio samar, suara Buya terdengar.

Aku rindu, begitu merindu, al fatihah.

01.47 depan Masjidmu Buya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Minggu, 23 Agustus 2015

Gunung Sinabung

Gunung Sinabung merupakan Gunung tertinggi di Sumatera Utara. Sinabung memiliki ketinggian 2.460 meter dari dasar permukaan laut.

Erupsi terbesar gunung ini di tahun 2013 dan masih aktif sampai saat ini. Untuk para pendaki di sekitar Sumatera Utara banyak yang menargetkannya untuk menggapai puncaknya.
Dokumentasi Mapala Stacia UMJ tahun 1999
Sinabung sendiri terletak berdekatan dengan Gunung Sibayak. Di kaki gunung masyarakat Karo hidup berdampingan bersama kesuburan tanah serta potensi bencananya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Manusia Pembelajar

Manusia berencana Tuhan yang menentukan. Kita hanya usaha, ada ungkapan "kita hanya bisa berupaya penuh, sisanya Tuhan yang menentukan".

Sama halnya dalam memilih jalan hidup, ada yang ideal menurut kita ada juga yang tidak ideal dengan kita. Semua itu kembali kepada kita, mau hidup nyaman atau berbuat di luar kotak.
Foto. Wahyu 
Tulisan yang berbelat belit ini juga tidak ideal dibaca, namun bisa ditangkap sebagai ungkapan rasa berbelitnya saya dalam menulis.

Tolong diingat, "apa yang baik buat kita belum tentu baik untuk Tuhan dan sekitar kita,  begitu pun sebaliknya. Saat ini pun saya memilih jalan di luar kotak dan menjadikannya semua sebagai tempat pembelajaran. "Jadilah manusia pembelajar ".

Salam berbagai,
Fadlik Al Iman 

Senin, 17 Agustus 2015

Merdeka Atas Tanah dan Air

Apa yang ada di pikiran saudara saudara jika penerus bangsa lebih sibuk mengurus perayaan upacara.bendera dibandingkan memerdekakan tanah area upacaranya dari sampah. Sudah benar benar merekalah kita atas tanah ini. Jika di lihat dari potret kecil ini maka jawabannya, saudara saudara nyaman dari penjajahan sampah yang bermesiukan bau busuknya.

Merekalah saudara jika airnya tercemar dari sampah, padahal kita semua memerlukan air, yang semakin tercemar dari ketidaksadaran penjajahnya, mereka semua ada di sekitar kita. Yang menjajah dengan senjata sumpahnya, untuk memaksa orang lain rodi memungut da ari hasil kebodohan atau ketidak pedulian.

Telah merdekakah kita atas tanah ini,  yang ditetapkan dari darah para syuhada, dari kucuran airmata para pejuang yang berjuang tanpa ingin di hormati. Sementara kita berhormat pada bendera dalam keadaan tanah, air yang tanpa kita sadari telah terjajah.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

PERTEMANAN

Sebagai makhluk sosial kita diberikan bermacam status,  saudara, kerabat, teman, kawan, dan masih banyak lagi. Banyak media sosial yang juga mendukung laju pertemanan dalam berjejaring.

Seyogyanya berjejaring haruslah menghasilkan sesuatu yang positif, karena tiap individu diberikan keahlian yang berbeda beda. Untuk memaksimalkannya dikuatkan dengan status klub, cabang minat, hobi yang sama dan masih banyak yang lainnya.

Jika pertemanan diisi dengan hal yang tidak tidak bisa disayangkan, mengingat faktor yang telah tertera tadi. Mari berteman, mencari pencerahan, agar bisa bertahan, syukur syukur terbang kaya Suparman.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

PEMBENTUKAN KARAKTER

Pendidikan karakter kerap didengungkan namun selalu saja tak kental dalam penerapan. Tenaga pendidik seolah mati kutu menghadapi ini.

Dalam salah satu dialog bertema pendidikan salah satu narasumber menjelaskan bahwa tenaga pendidik juga kurang memberikan contoh,  terkesan lebih banyak menyuruh siswa untuk baik namun juga dilepas tanpa pemberian panduan.

Dalam hal ini orang yang kerap main di alam terbuka biasanya ditemukan berkarakter, misal saja terjadi di Sispala,  Mapala dan organisasi petualangan lainnya. Perlu sedikit sentuhan untuk menggali rasa syukurnya terhadap alam, karena rasa syukur adalah salah satu aspek dasar untuk menjadikan diri yang berkarakter baik.

Untuk mendukung pembentukan karakter, Sapta Pala SMA NEGERI 7 JAKARTA melakukan kegiatan refleksi 70 tahun kemerdekaan yang kemudian waktunya disandingkan dengan HUT SAPTA PALA yang ke 22 tahun.

Semoga dari beberapa kegiatan yang dibuat, bisa menjadikan para siswa lebih berguna bagi keluarga, masyarakat, agama serta bangsanya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Sabtu, 15 Agustus 2015

Mengintip Google






Kalau orang bilang kita hidup harus punya karya meski sedang duduk. Yang paling mudah membuat gosip tapi itu di larang dan terbelakang. Ada cara hebat untuk membuat semuanya lebih mantap, misal dengan menulis meski dengan satu paragraf.

Zaman dulu perang pake senjata, sekarang beda lagi, bisa dengan buat karya bersama pena. Kalaupun pena nya nggak bawa pan bisa ketakutan ketik di hp.

Hidup harus dibuat ada isinya, dengan nulis mungkin kita bisa kasih kuning di dalam telur. Buat danau di atas gunung atau mengajak capung ke luar negeri. Nggak ada yang nggak mungkin kecuali dua hal. Menjadi Tuhan dan Makan Kepala Sendiri.

Mari tuntaskan peran kita sebagai khalifah, setelah mendapatkan ilmu maka kita dianjurkan beramal, lalu berdakwah mungkin dengan tulisan, setelah itu bersabar, dibaca apa enggak sama orang, sing penting saya sudah menulis. Pas pagi lihat di Google, tak terasa berhambur tanda.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

SAPTA PALA SMA NEGERI 7 JAKARTA DI MEDSOS


Hanya cerita kecil dari perjalanan organisasi kami, dimana jalan mengubah sedikit aroma, menjadi aroma lingkungan yang kami yakin ada gemericik solusi untuk lingkungan dari organisasi kami.

Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta serius untuk menginisiasi gerakan Sispala memiliki nuansa lingkungan hidup di dalamnya, tidak hanya melulu naik gunung, panjat tebing, masuk gua, susuri sungai dan adventur murni lainnya.

Untuk kegiatan kemanusiaan Sapta Pala juga hadir, dimulai dari Tsunami Aceh,  gempa Yogya, Pengandaran,  Padang sampai ke Erupsi Gunung Kelud. Kami yakin dengan berbagi kami bisa terus eksis di tengah paradigma berita miringnya Sispala.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Rabu, 12 Agustus 2015

Melihat Situ Cihuni




Tangerang, 15/8/25.
Satu lagi tempat wisata yang belum banyak diketahui, namun patut diketahui. Ketika ditanyakan para pemancing, maka sebagian mereka mengatakan lebih baik lokasi ini tidak banyak orang yang mengetahui, karena jika banyak diketahui maka yang terjadi sampah di mana mana,  terlebih ketika mengetahui ada ikan di danau, masyarakat pelan pelan ada yang menebar jala,  bahkan ditakutkan membubuhkan potasium di danau.

Situ Cihuni sendiri terletak di desa Cihuni, Serpong, Tangerang. Dahulu danau ini adalah ex galian pasir, hingga air menggenanginya, Wahyudin yang bekerja sebagai wirausaha kerap mancing di Cihuni.  Diceritakannya dia sering mendapat patin, ikan nila, lobster air tawar serta lainnya.

Pesona Cihuni memikat keindahan  para pesepeda yang ingin mencoba jalurnya. Mulai dari tanah merah datar, kemudian bergelombang dan makin kecil hingga menapak dan menanjak. Panorama jajaran pinus memikat para pelancong datang kemari.

Tak cukup disitu, danau ini juga memiliki keragaman flora dan fauna yang memikat, dari mulai tanaman air, rawa serta serangga seperti capung, bahkan tahun lalu Jambore Capung se Indonesia di adakan disini. Pengamat capung Wahyu IDS menyatakan kekagumannya pada tempat ini, terdapat puluhan jenis capung termasuk capung jarum.

Yang khas dari tempat ini terdapat capung berwarna kuning hitam, terbangnya lebih lambat dari pada jenis lainnya, hal ini yang sering dijadikan objek para pecinta fotografi alam liar yang selalu menggunakan kamera makronya. Agung dari Komunitas Sekitar Kita    sering sekali mempublikasikan hasil bidikan kameranya yang diambil dari Situ Cihuni.

Selasa, 11 Agustus 2015

Memerdekakan Konservasi

Jakarta, 11/08/15. Mapala Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta mengadakan kegiatan yang bernuansa lingkungan untuk kesekian kali, kegiatan ini mengusung tema "Memerdekakan Konservasi". Dari kegiatan ini kami berharap agar Mapala, Sispala serta penggiat alam bebas lainnya untuk berupaya menyelamatkan lingkungan. upaya Konservasi sebagai salah satu kegiatan penyelamatan lingkungan ungkap penanggung jawab kegiatan Fauzan Habib.

Zein dari Kader Konservasi Alam Nasional menyampaikan materinya 

Kegiatan ini menghadirkan tiga pembicara Ida Marni dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara, Baruni Hendri dari Yayasan Titian dan Ilham Iskandar Zein (Kader Konservasi Alam Nasional). Ke tiga pembicara secara prinsip mengupayakan agar Mapala, Sispala seyogyanya menjaga lingkungan, dengan mengupayakan Konservasi berarti Mapala kembali ke kodratnya sebagai Pecinta Alam.

Semoga dari kegiatan ini bisa melahirkan pahlawan pahlawan baru untuk penyelamatan alam. Age dari relawan Montana yang masih aktif sebagai volunteer berharap agar kegiatan ini berlanjut, pernyataan serupa juga lahir dari Nina Amban pendiri Bumi Edukasi agar terus berjuang membela lingkungan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Senin, 10 Agustus 2015

Yang Tak Boleh Dilupakan

Dalam berIslam tidak sedikit kewajiban yang harus dilakukan, yang utama diajarkan adalah dengan menuntut ilmu, tampak ilmu segala perbuatan tanpa landasan, ketika ilmu telah dimiliki maka selanjutnya adalah beramal.

Ketika kita melakukan keduanya keharusan yang ketiga adalah dengan berdakwah, menyebarkan sinar sinar kebaikan. Namun di balik segala usaha tadi haruslah dilakukan dengan sabar.

Teringat kaum muslimin dalam berjihad membela negaranya. Di Indonesia kaum muslimin. Menjadi ganda terdepan dalam mengusir penjajah. Hal ini yang tidak boleh dilupakan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Sabtu, 08 Agustus 2015

Pesan Terkini

Pagi secarik kertas dan dingin sebilah pena, tentang kasih sayang untuk para pembela bumi. Saya ingatkan lagi bahwa dahulu manusia menangis rasakan malam, karena kosong dan mencekam.

Kemudian ilmu menjadi cahaya bahwa malam untuk merenung, bersyukur, berharap dalam doa kemudian tangis jatuh tak terhingga. Begitu banyak nikmat tercurah. Pada sebelah rasa, juga ada kalut, mencari, anggur dan tak terkendali.

Kemudian tanpa sadar kesiangan, hidup bau tanpa rencana, amarah meletup, buncahan terangkat dalam tak terkendalinya laksana semu.

Kemudian ada juga dalam terik bersemangat hingga lupa membasuh keringat, gumamnya adalah doa, laksananya adalah hasrat positif. Kemudian diberikannya kasih pada sesama, alam semesta yang sementara.

Untukmu itu aku memendam rasa, ingin memberi meski dalam doa, sambil memasuki barisan dalam inginmu. Saya yang berpesan untuk turut serta, bukan hanya tutur tapi berbuat teratur dengan penuh rasa syukur.

Kemudian baringlah dalam tidur, hingga makhluk makhluk di langit mendoakanmu.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Jumat, 07 Agustus 2015

Biodiversity Lovers

Usai pulang sekolah beberapa anggota Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta menunggu di tempat biasa. Hari ini berbeda dari hari hari sebelumnya. Kami semua berkumpul. Dari alumni, anak anak serta beberapa pengamat burung dan penggiat biodiversity lainnya.

Kegiatan yang dilakukan Sapta Pala mengambil inspirasi dari kegiatan Biodiversity Warriors yang kemudian menjadi Biodiversity Lovers di lingkungan SMA NEGERI 7 JAKARTA.

Kegiatan sederhana ini untuk menguak keanekaragaman hayati Ruang Terbuka Hijau Jakarta. Meski Sapta Pala baru memulai di sekitar lingkungan sekolahnya namun langkah ini patut ditiru Sispala dan penggiat alam terbuka lainnya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Berapa Lama

Di stasiun bernafas beton, pekerjaan menunggu, ojeg, taxi serta seringai aroma roti kopi. Pada lambung yang pagi belum terisi, sedap betul tampaknya. Mengerti betul rupanya.

Kebetulan ketika itu jejak kereta buyarkan seringai. Sering sekali anak anak sekolah, pekerja lalu lalang bersama bayang.
Foto. Fadlik 
Sementara bangunan bangunan tua yang diam enggan cerita,  berapa lama usia stasiun ini. Pijakan langit bergumam, untuk apa dipertanyakan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Catatan Afrika 2001

Hari ini cerah ketika itu. Sama pada maksudmu membuka pintu. Kilauan mahkota pada pucuk pucuk Uhuru. Kemudian pada pagi yamg dingin kami beranjak, meninggalkan masa dimana cita cita harus berkibar.

Mandara mendekat kemudian terlewat,  Horombo diinapkan satu malam, kemudian Kibo. Seingatku malam itu kami mulai pusing karena ketinggian.

Usai Uhuru kami turun, menyusuri Ngoro ngoro,  Saranyeti serta ratusan rumah yang dipagari ranting berduri, kalau kalau singa memangsa ternaknya. Ku minta ketika itu, nikmat sehat serta bara yang menyala menjadikan masa muda yang penuh gelora.

Sementara betina betina berkerabat, membersihkan kuku, taring, menjilat jilat sebaya serta turunannya. Kami bergumam dengan penuh rasa syukur karena dipertemukan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

Rohingya

Untuk mereka yang tertindas dari Rezim Buddha yang keji, mereka diusir dengan diintimidasi, disiksa, bahkan tempat tinggalnya dibakar. Dalam ketidakpastian mereka mengungsi, terapung apung di lautan dalam bayangan maut.

Untuk kita yang mengaku saudaranya, teman se Tauhid,  se Iman, marilah mengulurkan tangan untuk mengurangi beban saudara saudara kita itu.

Sekarang ini banyak dibuka saluran bantuan untuk meringankan saudara saudara kita,  dengan memberikan bantuan finansial, penyebaran informasi sampai kepada doa sangat mereka perlukan, salah satunya dengan mengikuti kegiatan yang diselenggarakan berbagai pihak, yuks simak acaranya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Kamis, 06 Agustus 2015

Semoga

Keragaman di alam begitu memikat, tak hanya itu, hubungan ketergantungan satu sama lain juga membuat kita belajar. Kejadian di atas tak terkecuali pada manusia, hal ini yang kemudian disimpulkan dalam kalimat "selaras bersama alam".

Bumi yang satu menjadi pijakan bermilyar manusia, kemudian alam sedikit demi sedikit beralih fungsi. Hamparan hutan berganti badan jalan,  perairan diurug jadi bangunan, entah sampai kapan hasrat manusia berakhir tenang.

Dalam penghancuran yang masiv, manusia menamakannya demi hajat hidup orang banyak, alam diperkosa tanpa pernah merasa salah, tumpang tindih, alih fungsi atas nama pembangunan.

"Maafkan, banyak manusia yang tak pandai bersyukur, semakin dekat dengan kufur, banyak yang takabur sebelum di kubur. "Semoga tak terjadi pada saya."

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Bermain Juga Belajar

Banyak orang tua mencari nafkah, banting tulang siang dan malam, salah satu alasannya adalah untuk anak. Untuk memberi pendidikan yang berkualitas kepada anak salah satu syaratnya adalah uang, namun tidak terjadi pada orang tua yang kreatif.

Hal ini terjadi di daerah Jakarta, dengan lahan yang sudah bisa dibilang rusak karena polusi multi dimensi seperti limbah cair, polusi udara serta suara. Ridwan memaksimalkan ruang terbuka hijau bekas gugusan di sekitar tempat tinggalnya.

Tiga anaknya diceritakan tentang keterkaitan makhluk hidup, dimana mereka saling menguntungkan satu sama lain. Seperti biasa anak anak memang gemar bermain,metode yang menarik adalah ketika Ridwan menangkap dan memfoto serangga untuk dijadikan objek pembelajaran.

Yang menarik ketika kita semua langsung belajar praktek, karena mengetahui realitas yang ada tanpa mengandalkan logika namun juga rasa, bersamaan dengan kabar sekitar. Apa yang terjadi sebenarnya.

Ridwan mencoba mengenalkan biodiversity di sekitar, bapak penggagas Biodiversity Lovers ini kini gemar mengajak bermain dan belajar anak anaknya, sambil mengenang puluhan tahun lalu dimana ia mengambil jurusan biologi di sekolahnya.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Rabu, 05 Agustus 2015

TIDAK TERKECUALI

Lentera hari di musim kering. Bersama tersayang tidur di kereta, menikmati AC nya dalam perjalanan sederhana, bersama cabang bayi, getir dan harapan bagai bayang dirasa sama.

Kemudian pada Stasiun dan maksud baru, datang dan pergi berjuta rupa, apakah mereka sembahyang, sholat, ke wihara, ke gereja atau penghujat yang kadang asma.

Satu lagi, dari sini, di balik tembok pekerja pekerja tamatan SMA bekerja, membersihkan ubin ubin Stasiun, Toilet atau kaca sisa asmara kenangan lama.
Stasiun Bogor. Foto. Fadlik
Stasiun Bogor diam bersama masa masa yang mengaku terdidik namun diam dalam berbuat. Sementara cahaya dari atas tembikar masuk dan menyeluruh. Sempurnakan tatapmu pada Gunung yang menjulang, diamnya hidup menaungi, murungnya memanggil manusia manusia yang haus pengalaman, tidak terkecuali kami dan cabang bayi.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Cerita Kecil Identifikasi

Tidak hanya capung, burung, kupu kupu atau reptil lainnya, katak juga jadi sasaran empuk identifikasi siswa SOS 2 SMA Negeri 7 Jakarta. Kegiatan ini digemarinya setelah mengikuti acara Biodiversity Warriors di Taman Cattleya beberapa bulan lalu bersama beberapa rekannya.

Handoko pertama tama mengidentifikasi beberapa capung,  burung serta kodok yang hinggap di lubang pohon di taman Cattleya. Rupanya kegemaran pada biodiversity Indonesia membawanya mengidentifikasi sedikit demi sedikit satwa yang ada di Ibukota Jakarta.

Dalam pembicaraan di Wa bersama dengan penggiat alam bebas Doko coba menjelaskan nama latin dari salah satu katak yang di foto Cahyo Prabowo salah seorang senior di organisasi Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta.

Beberapa senior tercengang melihat serta membaca hasil identifikasi kataknya. Bayangkan saja, seorang siswa dari Sosial menjelaskan nama latin ke beberapa alumni biologi, sangat membanggakan. Semoga kegiatan positif ini bisa memacu minat belajar bagi penggiat alam yang notabene hanya bisa naik gunung.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Biodiversity Lovers

Adalah Cahyo Prabowo seorang penggiat alam terbuka yang gemar mendaki gunung, berlari dan bersepeda ini sekarang memiliki kebiasaan baru. Beliau memotret seekor katak yamg terdapat di sekitarnya.
Foto.Cahyo Prabowo 
Inspirasinya tertular dari kebiasaan kawan kawan di Almamaternya yang sekarang ini kerap melakukan pengamatan keanekaragaman hayati di Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta. Cahyo adalah anggota alumni dari Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta.
Cibodas. Foto. Fadlik 
Sebelumnya kawan kawan di Sapta Pala juga sering melakukan pengamatan di RTH. Kegiatan ini mengusung nama Biodivercity Lovers. Minggu lalu 6 orang calon anggota Sapta Pala melakukan pengamatan di Cibodas Jawa Barat. Dari kegiatan ini diharapkan banyak lagi kader yang dengan bangga melakukan upaya konservasi dalam bentuk pengamatan biodiversity di RTH.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Senin, 03 Agustus 2015

Menginspirasi

Pendidikan Dasar Konservasi ini adalah inisiasi beberapa senior di Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta,  hal ini dengan melihat perkembangan zaman dimana Pecinta Alam haruslah menjaga alam dan isinya.
Dokumentasi Sapta Pala 
Diselenggarakan dari tanggal 31-2 Agustus 2015 di kawasan Cibodas Jawa Barat, Sapta Pala mendidik para kadarnya dengan ilmu ilmu dasar kepecinta alaman seperti Mountainering, SAR, navigasi darat sampai ke pengamatan capung,  katak,  reptil, kupu kupu sampai ke capung.
Dokumentasi Sapta Pala 
Hal ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi jenis biodiversity di daerah tersebut. Sebelumnya Sapta Pala bekerjasama dengan mahasiswa dari Universitas Nasional dengan mengidentifikasi biodiversity di beberapa area terbuka hijau di Jakarta.
Dokumentasi Sapta Pala 
Untuk melengkapi data data tersebut Sapta Pala membuat sebuah dokumentasi serius, mereka menggunakan dron untuk melihat kerapatan hutan di daerah cibodas dari udara. Semoga dokumentasi ini bisa memberikan inspirasi bagi para penggiat alam terbuka.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Sosialisasi Film Sapta Pala

Tak lagi dipungkiri bahwa tuntutan zaman membawa rekan rekan petualang mengembangkan sarana sosialisainya. Sebelumnya mungkin dikenal dengan brosur, poster, informasi di media sosial, koran, majalah, bahkan sekarang ini merambah sampai ke film.

Untuk menjawab dinamika tersebut, Sapta Pala SMA Negeri 7 Jakarta membuat beberapa film tentang kegiatan Sapta Pala di alam terbuka, beberapa film diantaranya tentang perjalanan melipiri Muara Gembong.
Dokumentasi Sapta Pala 
Film perjalanan ini menceritakan tentang satu kawasan mangrove di wilayah tersebut. Film ini terdiri dari tiga seri. Tepat di tanggal 2 Agustus 2015 di sebuah kawasan di Tanah Abang Jakarta Pusat, Sapta Pala nensosialisaikan film yang berbau konservasi ini.

Ridwan salah satu senior Sapta Pala mengatakan bahwa komunitas Pecinta Alam hendaknya mengaitkan kegiatan petualangan dengan konservasi sebagai aplikasi langsung terhadap rasa mencintai alam, semoga Sapta Pala bisa terus konsen dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman 

Sabtu, 01 Agustus 2015

Bianglala Yang Merdeka

Ditatap Pura, menatap alam jam sembilan malam.
Dingin menembus terhunus sampai ke anus, iya.., memang begitulah keadaannya.

Sementara bilangan manusia berkendara dengan lampu menembus muka sampai ke dalam mata, gemanya sampai telinga.

Pengeras suara menuntun dari parkiran, cahaya lampu kepala, berongga, ada yang redup, terang, hingga silaunya. Gadis gadis kerudung bawa bendera, ada juga berambut panjang, tersenyum menyambut  kawan sedepa yang beberapa saat lagi menjadi teman seperjalanan.

Tepat kosong kosong, kosong kosong kami beranjak, berangkat, meninggalkan pojok peredu di pinggir warung desa terakhir. Malam lalu bugil terlihat aurat dingin. Ampun ya.. Alloh, hamba bertaubat dan mohon restu agar sampai di puncak.

Selamat mengenang kemerdekaan yang di rebut puluhan tahun silam, dari teriakan Allohu Akbar kami mencapai kejayaan sementara.

Gunung Agung jadi saksi betapa rakyat merebut terang dari keadaan terjajah, terhianati, tersakiti kemudian merebut kembali sambil menghempas kehinaan dari bangsa yang pernah bernama terjajah.

Dari mulut kawah ini yang terwakili, dari lahar dalam tanah tentang gejolak jiwa, semangat menggapai puncaknya, bersamaan dengan sisa tenaga yang membuncah memberikan kalimat tegas, lugas, bercakrawala pada akhirnya. Ini lah kata "merdeka", sambil ku bawa bianglala turun mengajak seluruh pemalas antuk hidup lebih keras. MERDEKA ATAU MATI.

Salam berbagi,
Fadlik Al Iman

(Potret perjalanan hari kemerdekaan di gunung Agung Bali, kemudian disarikan dalam kata kata makna).